"Eugh!"
Nirmala membuka kelopak matanya perlahan. Gadis itu merasa asing dengan tempat dimana dia sekarang terbaring. Seingatnya dia tadi sedang berada disebuah lobi perusahaan, menunggu ojek online-nya datang.
Dia baru saja melakukan sesi wawancara kerja dengan hasil yang memuaskan. Dia di terima sebagai customer service di sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang ekspor impor. Ketika beranjak dari duduk mendadak seisi ruangan terasa berputar, Nirmala berusaha mencari pegangan agar tidak tumbang ketika sebuah tangan kokoh menahan tubuhnya yang oleng. Seketika semua menjadi gelap.
" Kamu sudah bangun?" ucap seseorang menyapa. Nirmala menoleh pada arah suara. Sosok tampan berwibawa duduk dibelakang meja memandangnya tanpa ekspresi.
Nirmala tidak mengenal pria itu. Diapun memaksakan diri bangun dari posisinya.
" Maaf saya dimana? " tanya Nirmala sopan.
" Kamu di ruangan saya, tadi kamu pingsan dilobi. Apa kamu sedang sakit?"
Nirmala menggeleng .
" Nggak pak, saya pusing saja karena belum makan dari pagi! " Jawab Nirmala pelan.
Pria itu sudah menduga. Definisi mengundang penyakit ya begitu. Terlebih saat tak sadarkan diri, perut gadis itu berbunyi persis orang keroncongan.
"Beraktifitas dengan perut kosong tidak baik untuk kesehatan, buang kebiasaan buruk seperti itu Bagaimana kamu kerja nantinya kalau keseringan pingsan!" tegas pria itu mengingatkan.
Nirmala tertunduk malu. Belum lagi bekerja dia sudah memperlihatkan sisi buruk pada perusahaan. Semoga saja kejadian ini tidak merubah keputusan yang sudah di berikan untuknya, batin gadis itu cemas.
Tok..tok
" Masuk!"
Seorang wanita berseragam masuk kedalam ruangan, dengan sikap hormat dia meminta izin mengantarkan makanan dan minuman yang dibawa dengan nampan.
" Taruh saja diatas meja sana!" ucap pria itu.
Wanita itu mengangguk kemudian meletakan sebuah piring berisi nasi dengan taburan bawang goreng, semangkuk sup daging yang masih mengepulkan asap, satu botol air mineral dan secangkir teh hangat. Setelah pekerjaannya selesai wanita itu pamit kembali keruanganya.
" Makanlah!" titah pria itu lagi.
Nirmala terkejut.
" Terima kasih pak, tapi saya makan di rumah aja!" ucapnya sungkan.
" Makan atau kamu akan kehilangan kontrak yang sudah kamu tandatangani tadi!" ancam pria itu tak menerima penolakan.
Nirmala menelan saliva. Tak mau itu terjadi, dia sudah bekerja keras demi mendapatkan posisi ini. Selain wawancara , dia juga menjalani serangkaian tes intelektual yang memaksa dia untuk belajar semalaman.
Nirmala tidak punya pilihan selain mengikuti perintah dari pria yang ternyata adalah CEO perusahaan ini , terlihat papan tag yang ada diatas mejanya. Gadis itu merasa malu, bisa-bisanya dia pingsan dihadapan sang boss.
Pria itu mengalihkan pandangan pada layar laptop, dia tahu Nirmala pasti tidak nyaman jika dia terus memperhatikan.
Pantas saja Adam sangat mencintai Nirmala, gadis itu seperti bidadari. Rambutnya panjang dengan warna hitam legam berkilau, sedikit bergelombang di bagian ujung, bulu matanya lentik, hidung mancung , bibir merah alami, dan yang paling dia kagumi, bola matanya bulat sempurna dengan binar jernih yang memancar.
"Saya udah selesai pak!" ucap gadis itu membuyarkan lamunannya. Pria yang tak lain adalah Devan melirik keatas meja depan sofa.
" Biarkan saja, nanti cleaning service akan membereskannya!" ucap Devan mencegat Nirmala yang tengah merapikan bekas makanannya. Membuat gadis itu tidak enak hati, sudah di terima kerja, ditolong saat pingsan, dikasih makan pula sampai kenyang.
" Gak papa pak saya akan kembalikan ini ke pantry, sekalian mau pamit pulang, terima kasih atas bantuan bapak!" ucap Nirmala mengabaikan perkataan Devan.
" Tunggu saja disini, ada seseorang yang akan menjemputmu!"
" Gak usah repot-repot pak, saya bisa pulang sendiri!"
" Saya gak repot, yang mau menjemput kamu Adam, saya memberitahunya soal keadaanmu tadi, dia dalam perjalanan kemari, jadi tunggu saja!"
Mulut Nirmala menganga, kenapa jadi begini. Apa hubungan sang boss dengan Adam. Dia bingung dengan situasi yang mempertemukannya dengan orang-orang yang saling terkoneksi.
" Saya Devan, adik Andreas, malam itu kamu menyanyi di acara pertunangan kakak saya!" ucap Devan menjelaskan kebingungan Nirmala.
Pantas saja.
" Tapi saya tidak melihat anda disana pak!"
Pria itu tersenyum tipis.
" Saya tidak terlalu suka pesta, selesai acara inti saya tidur dikamar!"
Dibanding Andreas, Devan memang terlihat lebih dingin.
Tok...
Tok...
Tanpa menunggu jawaban pintu didorong, seorang pria tampan yang tak lain adalah Adam masuk dengan raut cemas.
" Kamu kenapa sayang?kok tiba-tiba pingsan? " Adam merangkum wajah Nirmala.
" Tadi aku habis wawancara mas, pas mau pulang mendadak pusing!" terang Nirmala
" Kalau sakit kenapa memaksakan diri!"
" Aku gak sakit kok mas, cuma belum makan sedari pagi. Aku takut terlambat tadinya!"
Adam menghela napas, " Lain kali jangan melakukan hal itu, untung kamu pingsan disini, kalau dijalan gimana?"
" Maaf!"
Adam membawa Nirmala dalam pelukannya, mencium kepala gadis itu berulang kali. Ada perasaan bersalah dalam hatinya, karena disibukkan oleh pekerjaan, dia mengabaikan Nirmala. Mereka tidak bertemu lagi sejak acara makan rujak bersama. Walaupun sering video call setiap malam.
" Makasih atas bantuan Lo Van!" ucap Adam begitu Nirmala pamit ke toilet.
" Dia karyawan gue, sudah seharusnya gue melakukan itu!"
Adam cukup terkejut dengan pernyataan adik sahabatnya itu. Merutuki diri sendiri karna melupakan keadaan kekasihnya yang tengah sibuk mencari pekerjaan kesana kemari padahal dia memilik banyak perusahaan.
" Makasih udah menerima Nirmala!"
Devan tersenyum tipis , " Dia lolos murni, bukan karena dia pacar lo ataupun kenalan Andreas, gue bahkan gak tau kalau dia akan bekerja disini kalau bukan karena insiden pingsan tadi!"
Kebetulan Devan tadi hendak keluar kantor, saat bersamaan dia melihat Nirmala tengah mencari sandaran sambil memegangi kepala. Merasa ada yang tidak beres dia bergegas menahan tubuh gadis itu, menggendong dan membawa ke ruangannya. Untung suasana sepi. Jadi tindakannya tidak mengundang perhatian banyak orang
Berhubung sekretarisnya sedang makan siang, diapun meminta Bu Ita bagian HRD untuk membantunya menyadarkan Nirmala. Nirmala sempat membuka mata sejenak kemudian tertidur lagi. Dengkuran napas yang teratur menandakan gadis itu tengah terlelap.
" Dia Nirmala, baru saja tanda tangan kontrak sebagai customer service yang baru, lusa dia mulai bekerja, seingat saya tadi dia baik-baik saja!' ucap Bu Ita menjelaskan siapa gadis itu.
Tanpa diberitahu sebenarnya Devan sudah mengenali Nirmala. Baru saja keluarganya membahas tentang gadis itu semalam, dia tidak terlalu peduli, tapi ketika melihat paras Nirmala dalam jarak dekat, pria itu berdecak kagum.
" Dia gadis yang pintar, nilai tes tertulis nya sempurna begitu juga wawancara. Saya sedari awal tidak memperhatikan background pendidikan karena wajah cantiknya, baru sadar dia cuma tamat SMA begitu sudah menjalani tes. Saya rasa dia berhak mendapat kesempatan pak!" sambung Bu Ita. Memang untuk bisa bekerja di perusahaan ini wajib sarjana, kecuali cleaning service dan juga petugas keamanan
" Tidak apa -apa, cuma sebaiknya ini menjadi rahasia kita, karena kalau karyawan lain mendengar mereka akan iri dan berpikir perusahaan tidak adil menerima tamatan SMA!"
" Baik pak, saya sudah katakan hal itu juga pada Nirmala dan dia setuju untuk tetap diam,"
" Gue hanya heran, sebagai seorang yang kaya raya Lo tidak berpikir untuk memberikan Nirmala satu posisi disalah satu perusahaan lo. Manajer HRD gue bilang Nirmala gadis yang pintar!" sarkas Devan dengan wajah datar.
Adam mengetatkan rahang, dia tidak suka dengan cara Devan mengatakan kalimat tersebut seolah dia tidak peduli pada sang kekasih.
"Terserah apa yang Lo pikirkan, yang pasti Nirmala bukan tipikal orang yang mau dibantu, dia gadis yang punya prinsip. Gue gak mau memaksa. Gue memberikan kebebasan pada Nirmala untuk menjalani apa yang dia suka!"
Devan tersenyum tipis. Sebagai sesama pria, dia yakin Adam menyesali diri karena tidak peka. Devan mengerti sebagai seorang petinggi di salah satu sektor kepolisian, pastinya Adam sibuk, terlebih sepekan terakhir pria itu wara-wiri depan televisi untuk memberikan keterangan seputar kasus yang terjadi dalam wilayah kerjanya.
" Gue pikir lo harus lebih memperhatikan Nirmala, atau ada orang lain yang akan memberikan apa yang gak Lo bisa kasih."
Adam masih berusaha menahan sabar. Sejak lama dia dan Devan jarang bicara karena memang adik sahabatnya itu tidak pernah membuka ruang pertemanan.
" Apa maksud lo?"ucapannya dengan amarah yang tertahan. Tak ingin memancing keributan di rumah orang. Apalagi dengan seragam yang dia kenakan sekarang. Tentu akan memberikan preseden buruk untuk institusinya jika dia menghajar Devan hanya karna perkataan.
Devan mengedik kan bahu, saat bersamaan Nirmala kembali dengan wajah yang lebih fresh. Gadis itu baru saja mengembalikan piring kotor kemudian merapikan diri di toilet. Pipinya tak lagi pucat berganti dengan semburat pink yang tak begitu kentara. Bibirnya juga lebih berkilau.
Tanpa banyak bicara, Adam menggandeng Nirmala pergi. Membuat Nirmala bingung karena raut muka pria itu nampak tak bersahabat. Devan lagi-lagi tersenyum tipis.
"Adam, Adam. Kali ini gue setuju sama nyokap, kalau lo gak segera ambil langkah. Gue bakalan maju menggantikan lo!"
***
Akhirnya sampe di part 20, jangan lupa sawer dengan like, vote, komen dan gift ya, biar author makin semangat🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Rahmawati
lah si devan, kemaren seolah gk tertarik, jgn taruh hati dulu siapa tahu nirmala kakakmu
2024-10-19
0
Yulay Yuli
Devan, Nirmala itu ade lo😁 sotoy y saya thour
2024-09-17
0
Nurhartiningsih
hayoooo bang Adam...yakinkan emak lo.krn bnyk yg mengharapkan Nirmala kl loe nurut sm emak lo
2024-05-12
0