7. Potret dalam figura

Adam adalah sosok yang sangat bertanggung jawab. Jadi meskipun bisa memberikan wewenangnya pada anggota tim. Dia tidak akan melakukan hal tersebut, selagi dia berkesempatan untuk memimpin jalannya investigasi di lapangan maka dia akan turun tangan langsung. Bukan tidak percaya dengan anak buahnya, tapi cara Adam menyelesaikan kasus dengan cepat adalah menganalisa dan menyelidiki sendiri fakta kejadian. Rasa lelah akan hilang begitu kasus tersebut terungkap kebenarannya.

Seperti waktu itu, dia harus memimpin operasi penggerebekan disalah satu hotel berbintang. Seorang artis terkenal telah menjadi target institusinya beberapa bulan terakhir untuk kasus penyalahgunaan narkotika. Aksi mereka malam itu berjalan lancar, sang artis ditemukan tengah berpesta sabu dengan beberapa orang teman pria dan juga wanita.

Kasus tersebut membuat heboh masyarakat terlebih sang artis selama ini dikenal baik dan juga religius. Untuk proses penyidikan Adam menyerahkan tugas kepada tim yang sudah dibentuk, Adam selaku pimpinan membuat jumpa pers untuk memberikan keterangan terkait sang artis yang terbukti melakukan pelanggaran sehingga naik status menjadi tersangka.

" Wah Dana sedang ada event di luar kota pak, minggu depan baru balik! " ucap sang pemilik cafe menjelaskan tak kala Adam datang ke BlacknWhite meminta informasi tentang band yang sering tampil di sana. Beberapa hari disibukkan dengan pekerjaan tak mampu mengalihkan pikiran Adam dari gadis yang dia lihat di pesta tunangan Andreas.

" Boleh saya minta kontaknya, kebetulan ada yang ingin saya tanyakan terkait bandnya! " ucap Adam formal karena seragam yang dia kenakan mengundang perhatian sang pemilik cafe yang merasa pernah melihat pria tersebut. Tapi dimana?

" Oh tentu pak! " pria muda itu bergegas men scrolling ponselnya dan mencari kontak Dana untuk diberikan pada Adam.

Setelah Adam berlalu barulah pria pemilik cafe ingat kalau pria itu adalah Kapolsek yang baru di lantik di wilayah mereka. Dimana ketika itu BlacknWhite ditunjuk sebagai catering acara. Dia juga pernah bertemu sang Kapolsek muda yang diketahui bernama Adam Bagaskara itu di acara Bang Andreas beberapa waktu yang lalu. Ada urusan apa ya sama Dana, semoga Dana gak terlibat hal yang aneh-aneh batin pria itu berharap.

Duduk dibalik kemudi mobilnya, Adam men dial nomor Dana. Adam berdecak kala mendengar suara operator di sebrang sana. Dia kemudian mencoba mengirimkan pesan chat. Centang satu menandakan nomor tersebut dalam mode tidak aktif atau berada diluar jangkauan. Adam menghembuskan napas kasar. Dia sendiri tidak mengerti bagaimana dia bisa begitu menggebu demi wanita yang baru sekali dia jumpai.

Ting!

Sebuah pesan masuk membuyarkan Adam, dari Satria.

" Jangan lupa ke pameran gue Dam, gue udah janjiin ke Jordy tentang kehadiran lo"

Adam melirik arloji di pergelangan tangan. Masih ada beberapa jam untuk acara tersebut. Dia bisa pulang dulu untuk mandi dan berganti pakaian. Tapi dia ketiduran hingga datang terlambat

" Sorry bro, gue dinas sampe subuh jadinya ketiduran pas pulang!" tandas Adam menjabat tangan Jordy kemudian saling merangkul ala man hug.

" Gak masalah Dam, selamat untuk jabatan baru lo, gue denger dari Satria kalau lo seorang Kapolsek sekarang"

" Alhamdulillah dikasih amanah" Adam merendah

Mereka pun berbincang-bincang seputar masa sekolah dan kabar teman-teman yang lain. Jordy tak bisa berlama-lama karena tengah malam nanti dia akan terbang kembali ke Inggris.

" lo muter dulu Dam, gue mau menyapa beberapa pengunjung yang baru datang! " ucap Satria setelah Jordy pamit.

Adam mengangguk setuju, Hedy dan Andreas tidak bisa datang karena ada urusan lain, alhasil dia berselancar sendiri. Sejujurnya dia tak paham dengan fotografi tapi demi menghormati kawan dia pun melihat -lihat beberapa foto yang dipajang. Hingga sebuah foto dalam ukuran besar membuatnya terpaku. Foto yang diambil secara candid itu benar-benar mencuri perhatian. Sosok seorang gadis tengah menatap ke arah laut dengan senyum tipis menawan.

Deg.

Jantung Adam berdebar kencang takkala menyadari sosok dalam potret tersebut. Tangannya terulur mengusap pigura. Dari mana Satria mendapatkan foto ini, tanya Adam seorang diri. Mungkinkah Satria mengenal gadis itu?Dan yang yang tak kalah menarik adalah tulisan dibagian atas " Not For Sale ".

Sebagai seorang yang memiliki insting terlatih, pastinya Adam heran. Diantara semua pigura yang terpajang di dinding galeri, hanya foto tersebut yang tidak dijual, Adam yakin ada sesuatu dibaliknya.

" Ehem, apa Kak Adam salah satu dari sekian banyak orang yang punya keinginan sama? "

Adam berbalik, menoleh kearah suara.

" Hai Shakila, sejak kapan kamu berdiri disana!" wajar Adam bertanya karna sedari kedatangannya dia tidak melihat Shakila sama sekali.

" Cukup lama, selama Kak Adam terus memperhatikan foto itu, aku kira Kak Adam adalah orang yang kesekian tertegun begitu lama didepannya."

Adam terkekeh sembari mengusap tengkuk.

" Aku tidak begitu mengerti tentang seni fotografi, tapi aku akui, gadis itu sangat cantik, ada aura yang terpancar dari balik senyumnya, entahlah mungkin karena angle-nya pas, "

" Sayang fotonya tidak dijual, hanya bisa dilihat untuk sesaat, jadi pandangi sampai puas kak, sebelum Mas Satria membawa kembali pulang ke studio " ucap Shakila terkekeh.

Adam mengerutkan kening, perkataan Shakila terasa ambigu, adat raut kesedihan yang menyelinap di wajah istri sahabatnya itu. Dia hendak bertanya lebih jauh namun urung dia lakukan karna Satria tengah berjalan menghampiri mereka.

***

Nirmala mematikan sambungan ponsel , dia baru saja mengabari Amai Ina kalau dia sudah mengirimkan sedikit uang untuk sang bibi. Tidak banyak karena memang itu adalah hasil dari menyanyi di BlackNwhite beberapa waktu lalu. Kendati keadaannya masih memprihatinkan Nirmala tetap berbagi terlebih hasil panen Amai Ina tahun ini tidak bagus.

" Kau sendiri belum bekerja nak, kenapa masih berpikir untuk mengirimi amai," keluh Ina tidak tega. Nirmala tidak menyembunyikan keadaannya karena dia tidak ingin Amai Ina tau dari orang lain kalau keponakannya menjadi pengamen di negri orang.

" Amai tidak usah khawatir, seminggu yang lalu Mala diajak nyanyi di cafe, honornya lumayan mai, ditambah lagi sama yang punya acara Mala dikasih uang tips sama dengan honor yang dikasih band. Tidak banyak mai, hanya sedikit untuk tambahan uang belanja dapur."

" Kau ini selalu memikirkan orang lain, kau kan bisa simpan saja untuk kebutuhan lain waktu, kau sendirian disana nak. "

Namun sekeras apapun Ina membantah, Nirmala memiliki seribu alasan untuk menjawab. Gadis itu benar-benar sosok yang perhatian.

" Ya sudah jaga kesehatanmu nak, amai mau bersiap kerumah Hanif, besok ada alek manjalang kerumah mintuo, amai mau bantu masak-masak" ucap amai ina mengakhiri percakapan mereka.

Nirmala menghembuskan napasnya. Meski sudah ikhlas dengan pernikahan Hanif yang digelar tak lama setelah keberangkatannya, tetap saja ada kesedihan yang menggelayut. Andai saja dia orang berada mungkin sekarang dialah yang menjalani biduk rumah tangga bersama pria itu.

Sejujurnya Nirmala tidak tau sejauh mana perasaannya pada Hanif. Cuma bersama Hanif, Nirmala merasa nyaman. Hanif adalah adalah pria yang mengajarinya tentang senyum yang tulus. Dulu Nirmala sedikit dingin. Kata Aini, senyum nya kaku.

Hanif sendiri bukan pria kocak, tapi dia orang pertama yang pernah membuat Nirmala tertawa lepas tak kala pria itu terjerembab kedalam sawah.

" Kamu sangat cantik kalau tertawa!" ucap Hanif kala itu. Nirmala merona dibuatnya.

" Memangnya selama ini Mala gak cantik ya da! "

Hanif menggelengkan kepala, Nirmala mengerucutkan bibir membuat Hanif gemas.

" Uda bercanda sayang, kamu sangat cantik kalau gak cantik mana mungkin uda mau jadi pacar kamu, " Hanif mencubit pipi gadis itu. Nirmala balas mencubit pinggang Hanif karena pria itu membuatnya salah tingkah. Keduanya berlarian sepanjang pematang sawah seperti adegan film india.

Nirmala mengetuk kepalanya sendiri. Kok bisa-bisanya dia melamunkan Hanif. Gadis itu istighfar berulang kali. Tidak pantas lagi Hanif untuk dikenang karena statusnya sekarang adalah suami orang.

Nirmala beranjak dari duduk, mempersiapkan diri untuk mengantar lamaran kerja. Sore hari barulah dia mengamen. Namun langkah nya terhenti begitu mendengar teriakan Mpok Atik.

" Mala... Mala, ..Mala!"

" Berisik woy, gue mau tidur! " seru Aini dari kamarnya

" Bodo, suruh siape tidur jam segini, orang udah bangun lu malah mau molor!"

" Diem gak! "

" Ogah.. Mala.. Mala! " Mpok atik semakin menjadi.

Nirmala bergegas membuka pintu sebelum terjadi perang dunia ketiga. Mpok Atik tampak mengatur napasnya yang ngos-ngosan.

" Ade impo loker nih buat elu! "

***

alek menjalang kerumah mintuo \= ngunduh mantu

angle \= sudut penempatan kamera

Bantu vote , komen, gift dan like ya guys🥰

Terpopuler

Comments

YuWie

YuWie

masih tertahan ya Mas Adam buat ketemu neng Nirmala

2024-02-19

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!