" Amai tidak punya apa- apa, cuma doa yang bisa amai beri semoga kau senantiasa sehat dan selamat di negri orang!" ucap Amai Ina saat membantu Nirmala mengemas barang-barangnya.
Selepas empat puluh hari kepergian Ibu Rabiah, Nirmala memutuskan untuk mewujudkan angannya, merantau ke ibukota. Tak ada lagi yang bisa dia harapkan. Berada dikampung ini akan membuat dia makin terpuruk. Bukan saja tentang kehilangan Ibu tapi juga tentang pandangan orang-orang pada dirinya. Kalau selama ini Ibu Rabiah lah garda terdepan ketika orang-orang mengatakan dia anak pungut, anak yang tidak diharapkan, bahkan ada yang dengan kejam menyematkan dia sebagai anak haram. Sekarang sang pembela telah pergi untuk selama-lamanya.
" Tak usah risau kan apapun mai, doa amai sudah cukup sebagai bekal untuk Mala melangkah!"
Amai Ina sebenarnya tidak rela melepas Nirmala, walau bagaimanapun gadis itu sudah tinggal bersama mereka sejak bayi. Masih terkenang di benak Ina kala itu saat Nirmala pertama kali datang ke rumah mereka.
" Kak Bia pulang Mak!" seru Ina saat melihat kakak iparnya turun dari angkutan umum yang berhenti tepat didepan rumah gadang mereka.
Wanita tua yang bernama Amak Ijah tersenyum sumringah kala mendapati putri sulungnya sudah kembali setelah beberapa tahun merantau di negri orang. Senyum itu mendadak pudar tak kala melihat Rabiah menggendong bayi mungil dalam dekapannya.
" Apa yang kau lakukan Bia, semua orang di kampung ini tau kau mandul, bagaimana kau mengakui kalau anak ini adalah bayimu! "
" Bia tak mandul mak, dokter yang bilang kalau aku dan uda anto sehat, kami belum memiliki anak karena memang belum takdirku melahirkan, sekarang bayi ini akan membungkam mulut orang-orang!"
Setelah menikah Rabiah dibawa suaminya merantau ke Jakarta, tidak seperti sekarang dimana komunikasi lancar, ketika itu mereka hanya menggunakan surat untuk bertukar kabar. Jadi tidak sulit bagi Rabiah untuk membuat sebuah kebohongan.
" Kau bisa membohongi orang-orang tapi tidak dengan amak, katakan ada apa sebenarnya kenapa suamimu tidak ikut pulang! " ucap amak mendesak Rabiah sambil terus memandang bayi mungil berkulit putih bersih itu.
Siapa yang akan percaya kalau bocah bermata bulat jernih ini anak dari putrinya. Sangat kontras dengan fisik Rabiah maupun sang suami yang berkulit sawo matang.
Rabiah menghela napas hingga cerita pun mengalir dari mulutnya. Mendengar kebenaran yang disampaikan, amak juga Ina merasa iba. Tidak sepantasnya bayi yang baru berumur seminggu menanggung beban seberat itu.
Amak dan Ina sepakat mendukung semua keputusan Rabiah dan menerima bayi yang diberi nama Cahaya Nirmala itu menjadi bagian dalam keluarga mereka.
Semua berjalan normal hingga petaka mulai datang ketika Anto tak pernah kembali, desas desus tentang Anto yang sudah menikah lagi membuat Rabiah merana ditambah dia tidak bisa menyusul dikarenakan kondisi amak yang mulai renta. Keselamatan Nirmala juga menjadi pertimbangan membuat Rabiah tidak bisa berbuat apa-apa. Belum selesai satu masalah muncul masalah baru dimana status Nirmala sebagai anak Rabiah mulai dipertanyakan dikarenakan Nirmala tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik, sulit untuk warga kampung mempercayai kalau gadis itu adalah anak Rabiah dan suaminya.
Gunjingan orang-orang membuat kondisi amak ijah semakin menurun hingga tutup usia. Rabiah semakin nelangsa manakala Anto mengirimkan surat perceraian mereka. Tak ada lagi yang tersisa dalam hidup Rabiah kecuali satu tujuan yang terus terpatri, menjaga dan melindungi Nirmala hingga ujung usianya.
" Mala jadi sedih karena tidak bisa bertemu mamak Edi sebelum berangkat! "suara Nirmala membuyarkan Ina dari lamunannya.
" Yang penting kau sudah pamit lewat telepon kan, itu sudah cukup, gak mungkin mamak mu kembali pulang kesini sementara baru seminggu bekerja! "
Nirmala mengangguk mengerti.
Mamak Edi adalah adik lelaki satu-satunya sang ibu, suami dari amai Ina. Kesehariannya bekerja sebagai buruh lepas, saat ini beliau sedang ada pekerjaan membangun mesjid di sebuah kota yang cukup jauh dari kampung ini.Tak memungkinkan bagi Nirmala menyusul untuk sekedar pamitan.
Teringat sesuatu, Ina membuka lemari milik mendiang Rabiah, mengambil kunci dari bawah lipatan kain kemudian membuka laci kecil yang ada disana. Dulu Rabiah pernah berpesan jika dia sudah tidak ada, Ina harus memberikan kotak beludru merah yang dia simpan selama ini pada Nirmala.
" Apa ini mai? "
Amai Ina menggeleng, karena dia sendiri tidak tahu apa isi kotak tersebut. Nirmala mengerutkan kening saat mendapati sesuatu dari dalam, sebuah liontin dengan bandul permata berwarna biru. Sebagai seorang biduan dia sedikit banyak tau tentang perhiasan dan kualitasnya.
Meskipun tak pernah memiliki barang barang mewah, Nirmala paham kalau benda yang sekarang dia pegang bukanlah perhiasan sembarangan.
" Kalung siapa ini amai? "
" Entahlah, amai tak tau pasti yang jelas amanah Kak Bia sudah amai sampaikan, simpan saja dengan baik, mungkin suatu saat kau memerlukan benda ini."
" Apa ini ada kaitannya dengan orang tua kandung ku? " Gumam Nirmala gamang.
Nirmala memang sudah mengetahui kalau dia bukanlah anak kandung. Terus-terusan diolok sebagai anak pungut membuat Nirmala bertanya-tanya. Gak ada api tentu tidak ada asap.Hinaan yang ditujukan padanya tidak serta merta terjadi tanpa alasan dibalik itu. Oleh karenanya Nirmala menanyakan hal tersebut pada sang ibu. Rabiah mau tak mau berterus terang tentang fakta sebenarnya. Nirmala cukup shock namun mengingat bagaimana perlakuan Rabiah selama ini dia pun menerima keadaan dengan cepat.
Nirmala tidak berniat mencari tau siapa orang tua kandungnya. Baginya tidak lagi penting, kalau kelahirannya saja tidak diharapkan untuk apa dia bersusah-payah. Faktanya tidak sesederhana itu. Rabiah masih merahasiakan kebenaran yang sesungguhnya. Semua ini dia lakukan demi keselamatan Nirmala, hanya itu.
Malam begitu cepat berlalu, pagi menjelang Nirmala sudah bersiap-siap depan rumah menanti angkot yang akan membawanya ke terminal pasar. Sengaja Nirmala menyewa angkot karna barang-barangnya tidak akan muat jika menaiki ojek.
" Pastikan tidak ada barang-barang yang tercecer Mala, sudah kau tandai semua kan? " ujar Amai ina memastikan.
Mala mengangguk. Gadis itu menghembuskan napas berat, untuk pertama kalinya dia akan pergi jauh dari kampung. Matanya berputar mengelilingi rumah gadang yang menorehkan banyak kenangan dalam hidupnya. Tanpa disadari bulir-bulir bening menetes dipipi tanpa mampu dicegah.
Terlebih menatap Amai yang kini sesenggukan melepas kepergian Nirmala yang sudah dianggap sebagai putrinya sendiri.
" Elok -elok di rantau orang nak, pandai lah membawa badan, jangan tinggalkan sembahyang, rajin-rajin berkirim kabar, jenguk jugalah amai dan mamak dikampung jika kau punya kesempatan nak, hiks"
" Iya mai, akan ku ingat pesan amai, maafkan mala selama ini sudah banyak merepotkan amai, titip rumah mai, sampaikan salamku pada mamak, hiks"
Perlahan tapi pasti angkot yang membawa Nirmala sudah berjalan menyusuri jalan kampung. Riuh tawa anak-anak bermain, suara kicau an burung di perkebunan, senda gurau bapak-bapak yang duduk sambil minum kopi di kedai gorengan. Sungguh pemandangan ini akan Nirmala rindukan. Selamat tinggal kampung halaman.
Sepeninggal Nirmala sebuah sepeda motor berhenti didepan rumah gadang.
" Assalamu'alaikum "
" Waalaikum salam! " sahut amai Ina dari dalam, dia tengah bersiap-siap hendak menutup jendela rumah karena mau pergi ke sawah. Bergegas dia ke pintu depan untuk melihat tamu yang datang.
" Ooh nak Hanif, ada apa gerangan datang kemari! "
" Nirmala ada mai? "
" Nirmala sudah berangkat ! apa nak Hanif tidak diberi tahu? "
Setahu amai Ina, Nirmala sudah pamitan kepada semua kawan-kawannya. Dia telah mengundurkan diri dari orkes dan sekolah tempat dia mengajar seminggu yang lalu.
" Berangkat kemana mai, mengajar atau menyanyi? "
" Nirmala merantau ke Jakarta nak, sekarang mungkin sudah berada diatas bus! "
Sontak persendian Hanif melemah. Nirmala nya pergi tanpa memberitahu padahal pria itu sudah bertekad untuk membatalkan perjodohan dan mengajak Nirmala untuk kawin lari.
***
*rumah gadang: rumah adat Minangkabau
Bantu vote dan komen ya🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Rahmawati
telat km hanif
2024-10-19
0
Rahmawaty❣️
Ih ngajak kawin lari . Yg ada nnti sengsara krna ga dpt restu orgtua.. Krna restu orgtua itu penting
2024-08-02
0
Rahmawaty❣️
nirmala mungkin ank org kaya kali ya
2024-08-02
0