Tak terasa sebulan terlewati. Sudah banyak berkas lamaran kerja yang Nirmala kirimkan ke berbagai perusahaan maupun toko-toko besar. Namun hingga sekarang tak ada satupun panggilan untuk sekedar wawancara.
Nirmala pikir uang tabungannya akan ludes tak bersisa kalau dia tidak kunjung mendapat kerja. Beruntung Nirmala membawa speaker dorong yang dulu dia dapat dari hadiah lomba menyanyi di kampung waktu tujuh belasan. Berbekal benda itu dia berkeliling mengamen untuk mencari pemasukan. Dibantu Abud bocah umur sepuluh tahun, anak tetangga sebelah, Nirmala berkeliling kota masuk dari satu resto ke resto lain, dari satu cafe ke cafe lain. Tentu saja tempat yang tidak ada live musiknya.
Nirmala tidak mau mengamen di lampu merah karena selain melanggar aturan dia tidak ingin diuber-uber satgas setiap kali razia.
Suara merdu ditambah wajah cantiknya membawa nilai tambahan bagi Nirmala karena tak sedikit pelanggan resto atau cafe yang memberinya uang lebih. Abud yang tadinya pedagang asongan mendadak alih profesi sebagai asisten Nirmala mengumpulkan uang kedalam bakul kecil yang mereka bawa.
Sejauh ini penghasilan mengamen cukup untuk menutupi biaya sehari-hari. Abud juga kecipratan rezeki kalau biasanya dia cuma mengantongi uang dua puluh ribu sehari sekarang dia bisa memberi emaknya paling sedikit limapuluh ribu.
Mengamen bukanlah cita-cita Nirmala tapi demi bertahan hidup dia mengabaikan rasa malu yang kadang melanda. Dia tidak ingin seperti Aini, hingga sekarang sahabatnya itu masih menjalani pekerjaannya sekalipun Nirmala terus mengingatkan. Aini malah terang-terangan mengajak Nirmala untuk melakukan pekerjaan tersebut
"Kau jauh- jauh merantau cuma untuk mengamen, sampai kapan?lebih baik kau pikirkan tawaran ku, dengan kecantikan mu kau bakal jadi primadona. Kalau gak mau out of service gak papa, yang penting kau banyak jual minuman!"
Nirmala memutar bola matanya.
" Aku lebih baik mengamen seumur hidup daripada menjadi pelayan e*sek-e*sek. Jangan bodohi aku Ai, kau pikir mereka mau beli minuman kalau gak raba-raba dulu."
" Terserah kau saja, jangan bilang aku membiarkanmu sengsara di negri orang. "
Nirmala tak lagi menimpali. Sempat terlintas dalam benak Nirmala untuk pulang kampung, setidaknya dia masih memiliki pekerjaan yang jelas dulunya. Tapi keinginan itu dia kubur dalam-dalam. Berganti satu keyakinan bahwa apa yang dia jalani sekarang hanya sementara.
"Mala, gue tadi udah nyamperin Cang Komar, cuma dia bilang orkes nya udah full. Lagian sekarang orgen tunggal juga sepi job. Kalah saing sama band anak muda! " cetus Mpok Atik, emaknya Abud.
Nirmala memang meminta bantuan Mpok Atik untuk memperkenalkan dia dengan pemilik orkes di gang sebelah. Berharap bisa menambah pemasukan selagi dia belum memiliki pekerjaan tetap.
" Gak papa mpok, mungkin belum rezekinya disana!"
"Kenapa lu gak ikut audisi aje, lu pan paket lengkap loh La, pinter nyanyi, cakep juga. Gue yakin lu menang dah! " Mpok atik ber selonjor didepan pintu kamar.
" Jangan nge racunin Mala dengan mimpi siang bolong mpok, lu pikir mudah apa masuk tipi modal cantik dan merdu doang! " timpal Aini sewot.
Dari pertama tinggal di kos-kosan tersebut mereka berdua seperti anjing dan kucing gak pernah akur. Aini risih dengan kecerewetan wanita beranak dua itu. Meskipun demikian Aini tak jarang memberi Abud dan adiknya uang jajan.
" Lu kali yang nge racunin, ngajakin Nirmala mengikuti jejak lu, jangan mau La, die ini syaiton, suka maksiat gue heran sama lu La, bisa-bisanya punya temen lucknut begini"
Aini mencebikkan bibir, meniru ekspresi Mpok Atik memonyong - monyongkan bibir. Nirmala hanya menggelengkan kepala. Dia meminta kedua orang itu diam tak kala ponselnya berdering. Harapan Nirmala membuncah ketika melihat nomor asing menghubunginya. Berharap itu adalah panggilan kerja yang dia nantikan.
" Oh iya saya sendiri! " jawab Nirmala deg-degan. Ekpresi gadis itu membuat Aini dan Mpok Atik penasaran. Keduanya berdesakan berusaha mencuri dengar.
***
Nirmala memasuki sebuah cafe yang berlokasi tak jauh dari tempat dia tinggal. Gadis itu takjub dengan interior cafe yang minimalis tapi mewah. Sesuai dengan nama BlacknWhite, nuansa warna barang-barang didominasi hitam dan putih. Pandangan Nirmala berotasi ke seluruh arah. Dia tersenyum tak kala seorang pria berkacamata melambaikan tangan dari atas panggung.
Pria yang bernama Dana itu adalah sosok yang menelponnya tempo hari.
" Gue dapet nomor lo dari Bude Warni. Waktu itu gue sedang makan nasi goreng pas liat penampilan lo. Gue suka karakter suara lo. Ada serak-seraknya. Kebetulan penyanyi gue sedang cuti melahirkan, sementara minggu ini band gue udah kontrak sama BlacknWhite buat live music. Katanya sih ada party gitu. Kalo lo mau bisa gabung ama kita. Itung-itung nambah pengalaman. "
" Tapi suara aku lebih ke dangdut bang,"
"Gak papa ada cengkok nya, yang pasti lo bisa pop sama RnB kan"
" Bisa bang! "
" Good, Lima ratus ribu deal?"
Mendengar uang sebanyak itu hanya untuk dua jam sungguh sebuah anugrah untuk Nirmala. Lebih dari apa yang dia dapat dari ngamen seharian.
" Okay ntar gue sharelock, outfitnya hitam putih"lanjut Dana mengakhiri pembicaraan
Dan disinilah Nirmala sekarang. Sesuai dengan yang disepakati Gadis itu datang satu jam lebih awal untuk latihan bersama bandnya Dana terlebih dahulu.
Dana baru tau kalau Nirmala pernah menjadi biduan orkes di kampungnya. Pantas saja gadis itu tidak kesulitan begitu sesi latihan dimulai bahkan dibanding penyanyi tetap nya, Nirmala lebih memiliki keluwesan dengan semua lagu. Gadis itu pandai mengekspresikan maksud dari lirik yang dinyanyikan. Berasa penyanyi professional.
Outfit yang dikenakan gadis itu juga sesuai ekpektasi. Dia agak khawatir tadinya. Maklum dia mengenal Nirmala sebagai pengamen jadi wajar kalau dia ragu bahkan mempersiapkan outfit ganti untuk berjaga jaga.
Sebagai biduan berpengalaman tentu saja Nirmala sangat tau cara berpenampilan. Sebuah blouse putih tanpa lengan dipadu dengan blazer hitam untuk bawahan gadis itu memakai rok tutu midy warna hitam juga dipadukan dengan sepatu kets. Rambut yang dikuncir kuda ditambah anting bulat sedang menambah catchy penampilan gadis itu. Yang Nirmala kenakan bukanlah barang-barang mewah. Tapi kecantikan alami Nirmala membuat semua itu menjadi berkelas.
Nirmala mulai menjalankan tugasnya tak kala party sudah dimulai. Seorang gadis cantik dengan gaun ala princess begitu bahagia ketika meniup kue ulang tahun raksasa, semakin bahagia tak kala pria gagah yang berada disampingnya menghadiahkan sebuah cincin bukan saja sebagai hadiah tapi pertanda kalau pria gagah tengah melamar gadis cantik itu. Gadis cantik itu makin terharu mana kala pria itu bertekuk lutut dan mengatakan will you marry me. Sungguh bagi Nirmala itu pemandangan yang manis dan untuk mengiringi kebahagiaan kedua insan tersebut Nirmala menyanyikan sebuah lagu romantis yang kerap dibawakan dalam suasana seperti ini.
Sang keybordis sempat bengong karena lagu tersebut gak ada dalam list mereka. Untung dia hapal diluar kepala kunci lagu tersebut. Sehingga improve Nirmala tidak sia-sia. Dana selaku manager dan juga gitaris band mengacungkan jempol memuji kecepatan gadis itu membuat nilai bandnya dimata pemilik cafe semakin sempurna.
Dibalik euforia acara, diam-diam ada sosok tampan yang terus mengarahkan pandangan pada Nirmala. Sosok yang selama ini tak tersentuh oleh yang namanya cinta seketika terpana oleh siluet yang tengah memegang mix diatas panggung melantunkan bait-bait cinta dalam rangkaian lagu. Menghadirkan debar yang tak biasa manakala mata mereka bertemu tatap meski hanya beberapa saat tapi bagi seorang Adam adalah magnet yang menariknya dalam perasaan yang sukar untuk dilukiskan.
Mungkinkah Fall in love in the first sight itu benar adanya. Entahlah yang pasti Adam tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah Nirmala. Tak sia-sia dia datang ke pesta ulang tahun Mitha, pacar Andreas. Meskipun sedikit terlambat, dia baru sampai tak kala Andreas melamar Mitha, sebuah suara merdu menggelitik rasa penasarannya untuk melihat keatas panggung saat itu lah jantungnya berdetak lebih cepat.
Sayang momen tersebut tidak bisa dia nikmati lebih lama, dia harus pamit lebih awal karena ada panggilan tugas. Adam sengaja berjalan melewati panggung, tersenyum pada gadis yang saat itu sedang menunggu intro. Gadis itu mengangguk kepala sopan dengan senyum manis nya membuat Adam makin tak karuan.
***
Hallo jangan lupa bantu vote dan komen ya🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Rahmawati
pandangan pertama langsung suka sm mala
2024-10-19
0
☆ ʙᴀᴋᴜʟ ᴛʀᴀsɪ ☆ 🔴
heeem kisah cerita yang menarik
smangat thor😘😘😘
baru mampir,cuma like doank
gak pernah ninggalin jejak hehe
maap yaa🙏🏻🙏🏻
keasyikan baca ceritanya keren sih
sampe lupa komen
hahaha
2024-10-02
1
strawberry
nemu bacaan yg bagus 👍...
2024-07-23
0