Adam tau kalau tindakannya diluar nalar, secara pertemuannya dengan Nirmala tergolong sangat singkat.Tapi dia malah memaksa Nirmala memberikan kesempatan. Membuat gadis itu tak berdaya. Bukan saja karena tatapan penuh harap tapi demi menjaga wibawa sang kapolsek dimata anak buahnya yang terus memperhatikan interaksi diantara keduanya.
Dan disinilah mereka sekarang, dalam mobil mewah yang parkir di sebuah resto cepat saji berlogo pak tua. Hujan turun dengan deras dan sepertinya merata di seluruh wilayah Jakarta membuat kemacetan terjadi di mana-mana, Adam tidak mau ambil resiko. Kesediaan Nirmala sudah menjadi angin surga. Dia harus memanfaatkan waktu yang diberikan dengan baik.
Awalnya Adam hendak mengajak Nirmala turun di restoran tersebut. Sayangnya tempat itu penuh. Bahkan sampai ke meja teras pun terisi. Mungkin karna lokasinya dekat dengan perkantoran. Terlebih sedang jam makan siang. Akhirnya drive thru menjadi pilihan.
Adam membayar makanan tersebut dengan kartu miliknya. Satu paket ayam plus nasi, spaghetti, dan kentang goreng dipesan, seketika ruangan mobil didominasi oleh aroma khas makanan. Nirmala menyantap makanannya dengan pelan dan tenang, bagaimanapun tidak seleranya dia sekarang, gadis itu terbiasa menghargai rezeki yang ada didepan mata.
" Sepertinya enak, sayang cuma pesan satu! " Adam membuka percakapan untuk mengusir keheningan yang tercipta sejak mereka keluar dari polsek tadi.
Nirmala memandang Adam dengan kening mengkerut.
" Bapak mau spagheti juga? " ucap Nirmala tidak enak hati. Gimanapun Adam lah yang mentraktir nya.
" Ngiler aja liat kamu makan! " kekeh Adam. Nirmala tersenyum tipis. Jadi teringat ucapan Aini dan juga Amai Ina kalau cara mengunyah Nirmala sangat menggugah selera orang untuk mencicipi apa yang dia makan.
Kalau pada mereka berdua, gadis itu pasti akan menyuapi nya, karena mereka memang sedekat itu. Tapi kalau pada Adam tidak mungkin dia melakukan hal yang sama. Selain baru kenal, tidak etis memberi makanan bekas mulutnya pada orang lain.
" Boleh nyobain dikit gak, dari pada saya ngences! " lanjut Adam membuat Nirmala dilema.
" Gimana caranya, garpunya cuma satu pak, kita gak punya garpu lagi! "
Penyematan kata kita membuat hati Adam menghangat. Agaknya dia berlebihan karena Nirmala hanya menjaga kesopananan dalam setiap kalimatnya.
" Garpu bekas kamu juga gak masalah! "
Nirmala kembali memandang Adam seksama, pria ini tengah menguji kesabarannya sedari tadi. Lagi-lagi Adam memasang ekspresi andalan, layaknya anak kecil yang meminta keinginannya dikabulkan.
Nirmala menghela napas kemudian memberikan kotak makanan miliknya pada Adam.
" Suapin! "
Dibuat jengkel karena sifat pemaksa Adam yang dominan membuat Nirmala ingin keluar dari situasi ini. Tapi hujan begitu betah turun ke bumi tidak ada tanda-tanda akan berhenti malah semakin deras. Kalau tidak mengingat map yang dia bawa pasti Nirmala tidak peduli. Lebih baik kehujanan daripada duduk bersama orang asing yang banyak maunya.
Tak urung Nirmala menggulung spagheti tersebut dengan garpu plastik yang ada ditangannya kemudian menyuapkan pada pria itu. Adam sangat senang mengerjai Nirmala. Dia ingin melihat bagaimana reaksi gadis itu. Sedikit banyak dia mulai membaca karakter Nirmala. Sebagai seseorang abdi negara yang dibekali dengan ilmu psikologi mudah bagi Adam untuk mencari titik lemah lawan bicara.
Menurutnya Nirmala gadis yang baik, tau cara menghargai orang-lain. Adam juga yakin Nirmala menerima ajakannya karena tak ingin mempermalukan dirinya dihadapan banyak orang.
" Udah cukup! nanti malah saya yang abisin makanan kamu! " ucap Adam setelah suapan ketiga.
"Nanggung, saya juga udah kenyang pak! " ujar Nirmala kembali menyuapi Adam. Layaknya seorang kekasih itulah yang dilakukan Nirmala pada Adam.
" Makannya yang pelan, sampe belepotan gini! " ucap Nirmala lembut. Ibu jarinya bergerak mengusap saos disudut bibir pria itu membuat jantung Adam berdetak kencang. Nirmala sepertinya tidak sadar apa yang dia lakukan barusan membuat perasaan Adam makin tak karuan.
" Ini yang terakhir,,, aaaaaa! "
Meski didera panas dingin, tak urung Adam membuka mulut. Setelah makanan itu habis, Nirmala mengemas kotak yang sudah kosong kedalam kantong plastik lalu membuka botol air mineral dan memberikannya kepada pria itu. Gerakannya terhenti manakala dia menyadari sesuatu.
" Maaf, saya tidak bermaksud lancang seperti tadi, soalnya saya kepikiran Rama! "
" Siapa Rama? "
" Adiknya Abud, anak lelaki yang nemanin saya ngamen! "
Adam tersenyum lega, pikirnya tadi Rama adalah pria dewasa yang dekat dengan Nirmala.
" Oooh, muka saya mirip Rama ya? "
Nirmala menggeleng,
" Nggak, kelakuannya yang sama! "sahut Nirmala jujur.
Adam sontak tertawa, Nirmala menyamakan dirinya dengan anak kecil.
" Saya pikir gak ada yang lucu pak, lebih baik antar saya pulang atau saya pulang sendiri! " ancam Nirmala. Dia bingung pada diri sendiri, bisa-bisanya dia menerima ajakan tak jelas Adam. Padahal selama ini dia selalu mawas diri terhadap orang yang baru dikenal.
Adam mengatur napas sejenak agar tawanya mereda. Dia memandang intens pada gadis itu.
" Tapi urusan kita belum selesai! "
"Urusan apa pak? perasaan saya gak melakukan kesalahan apapun! saya warga negara yang baik meskipun dari kampung, saya selalu mentaati peraturan! " beber Nirmala percaya diri.
Adam terus saja menatap gadis disebelahnya. Sorot matanya yang teduh membuat Nirmala salah tingkah. Gadis itu mengarahkan pandangannya kearah lain.
" Kamu sudah melakukan kesalahan Mala dan saya tidak bisa mentolerir yang sudah kamu lakukan! "
Nirmala memberanikan diri membalas tautan mata Adam dengan ekpresi bingung membuat Adam gemas. Muncul keinginan untuk mengemas gadis itu dalam pelukan, menghujani nya dengan ciuman sayang. Tapi keinginan itu dia tahan sekuat mungkin. Ada etika yang harus dia jaga, terlebih mereka berdua tidak ada status apapun.
" Kamu sudah mencuri hati saya Mala, dari pertama kali melihat kamu di pesta ulang tahun Mitha, kamu sudah membawa bagian penting dalam hidup saya, dan kamu harus bertanggung jawab untuk itu! "sambung Adam menjawab keheranan gadis itu.
Deg!
Nirmala sontak kehilangan kata-kata, lidahnya terasa kelu. Seharusnya pengalaman menolak banyak pria yang mengungkapkan perasaan padanya bisa dia lakukan pada Adam. Bahkan lebih mudah secara pertemuan keduanya masih bisa dihitung jari. Tapi Nirmala malah terdiam seribu bahasa. Bingung harus menanggapi bagaimana.
Gadis itu bahkan tetap diam tak kalah Adam memberanikan diri mengenggam jemarinya yang tampak mungil dibandingkan tangan pria itu.
Nirmala merasakan debar tak biasa, ketika Adam meletakkan telapak tangannya didada pria itu. Detak jantung Adam begitu terasa.
" Kamu bisa merasakan bukan, saya tidak pernah seperti ini sebelumnya, bersama kamu adrenalin saya berpacu cepat. Satu hal yang tidak saya alami saat bersama gadis manapun. " lanjut Adam
Nirmala masih tak bergeming, disaat Adam menyatukan kening mereka berdua pun gadis itu masih belum sadar perlakuan lembut Adam seolah menghipnotis nya. Cuping hidung mancung mereka berdua nyaris berbenturan.
" Saya jatuh cinta sama kamu Mala, jatuh cinta pada pandangan pertama kita, izinkan saya mendapat tempat di hati kamu! " deru napas pria itu begitu kentara menerpa wajah Nirmala. Aroma parfum Adam mengusik indera penciuman ya, begitu nyaman. Entah perasaan apa yang menghampirinya kini. Memandang Adam dalam jarak sedekat ini membuat Nirmala sadar pria didepannya penuh pesona.
Nirmala mendorong pelan tubuh Adam, dia tidak boleh terbawa suasana. Apapun yang dia rasakan sekarang hanyalah kekaguman pada sosok berseragam coklat itu. Sama yang dirasakan kebanyakan gadis diluar sana pastinya.
" Maaf, sebaiknya kita menjaga batasan, anda seorang yang memiliki profesi yang dihormati , setidaknya jangan melakukan sesuatu yang menjatuhkan citra anda pak! " ketus Nirmala mengingatkan. Gadis itu juga merutuki kebodohannya yang menerima perlakuan romantis pria itu barusan.
" Apa saya salah mencintai seorang gadis? saya single , tidak terikat hubungan dengan siapapun, saya juga manusia yang memiliki hati dan perasaan! " ucap Adam sendu.
" Apa yang bapak rasakan tidak salah, dan sebagian orang-orang mengalami hal yang serupa, yang salah adalah bapak terlalu menggebu. Bahkan bapak tidak tau siapa saya. Tatapan mata tidak bisa dianggap sepenuhnya benar. Bisa saja yang bapak rasakan ke saya hanya kekaguman semata. Sama seperti saya yang dari dulu sangat mengagumi profesi polisi dan tentara. "
Adam terkekeh.
" Saya sangat menyadari kondisi hati saya Mala, bagi saya cinta tidak butuh alasan. Kalaupun saya jatuh cinta pada seorang yang buruk sekalipun, cinta tetaplah cinta!"
***
Jangan lupa bantu lika vote komen gift ya guys🥰 makasih semuanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Rahmawati
Adam langsung to the point
2024-10-19
0
Nani Haryati
cerita nya bagus thor, bahasa ny juga sopan. sarat akan makna. kerennn 👍👍👍
2024-09-30
2
Yulay Yuli
Bijak ya Bapak Adam 😘
2024-09-17
0