Paman

Rosetta mendorong Maxiliam, sama sekali ia tidak percaya pada pria di depannya. "Aku tidak mempercayai mu, Max."

"Aku tau kau tidak akan mempercayai ku. Tolong Rosetta, aku tidak akan melakukan hal yang kau tidak sukai."

"Sekarang pergi! Pergi Maxiliam!" teriak Rosetta sambil menunjuk ke arah pintu.

"Mommy." Sapa Javer. Mendengarkan suara keributan, ia terbangun dari tidurnya.

Rosetta menoleh dan menghampirinya. "Sayang kamu bangun?"

"Aku tadi dengal libut-libut," ucap Javer. Dia memiringkan kepalanya ke arah pria yang tak jauh dari sana."Dia siapa Mommy?"

"Dia, dia paman mu." Rosetta mengusap pipi Javer. "Sayang sebaiknya kamu tidur dulu. Nanti Mommy akan menyusul. Mommy masih ada perlu dengan paman."

Javer mengangguk, dia memutar tubuhnya dan kembali ke lantai atas. Rosetta menghela nafas.

Rosetta menatap sengit. "Sekarang pergilah."

Maxiliam menggelengkan kepalanya. "Tidak! Aku masih ingin di sini dan aku tidak akan pulang." Tekadnya.

"Apa perlu aku menghubungi Lili?" Ancamnya.

Maxiliam mengepalkan kedua tangannya. Lili tidak boleh tau tentang kedatangannya. Bisa-bisa ia di awasi olehnya. "Rosetta tidak bisakah kau kasihan pada ku. Aku mohon, aku berjanji tidak akan mengatakan siapa diriku."

Rosetta terdiam, ia memang tidak bisa memberikan kasih sayang sosok seorang ayah. Ia berbalik dan tak mengatakan apa pun. Ia kemudian menutup pintu dengan pelan dan menatap wajah pria di depannya. "Sayang, sebesar apa kau menginginkan sosok ayah?"

Maxiliam menunduk, ia kemudian memilih duduk di sofa. Untunglah Rosetta tidak menyuruhnya pergi. Sepanjang malam Rosetta dan Maxiliam tidak bisa memejamkan kedua matanya, Maxiliam terus teringat ucapan Rosetta sedangkan Rosetta teringat dengan tatapan permohonan Maxiliam dan wajah Javer.

Rosetta menuruni ranjang, ia menoleh ke arah jendela dan sinar matahari mulai menebus kaca jendela. Ia pun membersihkan wajahnya dan membersihkan tubuhnya.

Ia membuka pintu kamarnya dan mencium aroma kue. Ia berlari menuju dapurnya dan melihat seorang pria memakai celemek sedang menutup pintu oven. Kedua tangan kekarnya separuh terlihat. Dia menggunakan pelindung panas dan pakaian lengannya di lipat.

"Kau belum pulang?" tanya Rosetta. Dia menuju ke meja makan dan menuangkan segelas air putih.

Maxiliam menoleh, ia tak akan pulang. Lagi pula Rosetta tidak akan mengusirnya.

"Apa tamparan ku masih kurang?"

Maxiliam tersenyum, dia menaruh jus di depan Rosetta. "Terserah kau mau berpikir apa?"

Rosetta menatap jus jeruk di depannya. "Maxiliam apa kau membenci ku?" tanya Rosetta tanpa menatap ke arahnya.

"Tidak! Aku tidak membenci mu."

"Kalau kau tidak membenci ku kenapa kau bersikap dengin pada ku?" tanya Rosetta.

Maxiliam duduk di depan Rosetta. "Aku tidak membenci mu. Aku hanya tidak suka kau mengganggu Lili."

Rosetta akui, ia memang bersikap manja dan menyebalkan. Karena ia memang tidak suka pada Lili atau sikapnya. "Semua orang sangat menyayangi Lili. Aku cemburu, tapi aku tidak suka dia memperlihatkan aku mengganggunya padahal tidak. Aku suka melawan Maxiliam. Tapi untunglah kau mencintainya, aku kagum pada mu."

Rosetta meneguk jus jeruk dan menyisakannya separuh. "Aku senang kau menyayangi Lili. Semoga kau bahagia."

Maxiliam terdiam, entahlah ia harus mengatakan apa. "Kau baik-baik saja?"

Rosetta merasa aneh dengan pertanyaan tersebut, ia hanya mengedikkan kedua bahunya. "Iya, aku baik-baik saja."

"Mommy!" Javer mengucek kedua matanya dan mencari sekeliling ruangan.

"Iya sayang."

"Mommy dia siapa?" tanya Javer. Dia menelengkan kepalanya dan merasa tak suka. Dia teringat tadi malam dan pernah melihatnya. "Dia itu siapa? Kenapa tidak pulang?"

"Dia Paman Maxiliam, suaminya adik Mommy."

"Kenapa di sini?" tanya Javer tak suka.

Maxiliam tau jika Javer merasa tak nyaman dan asing padanya. "Javer maafkan Paman, Paman hanya ingin bertemu dengan Javer."

"Oh."

Javer menempel pada Rosetta dan memeluknya. "Mommy aku ingin pulang."

"Pulang kemana sayang?"

"Ke rumah kita." Rengeknya. Ia tidak betah berada di sini.

Maxiliam bergegas ke arah Javer dan berjongkok. "Sayang kamu mau kemana? Rumah Javer di sini."

Javer menggelengkan kepalanya. "Tidak! Rumah Javer jauh. Javer mau pulang."

Maxiliam tak ingin jauh lagi dengan putranya. "Bagaimana kalau Paman ajak Javer jalan-jalan? Terserah Javer mau beli apa pun."

Javer mendongak dan menatap lekat wajah Rosetta. "Aku mau pelgi sama Mommy."

"Baiklah, hari ini kita pergi." Maxiliam mengusap pucuk kepala Javer. Dadanya bergetar, tangannya terasa menyentuh seseuatu yang lembut. "Ya sudah ayo main sama paman."

Rosetta merasa resah, ia seharusnya tak membiarkan Javer bermain dengan Maxiliam. Jika putranya menjadi dekat, permasalahannya tambah runyam.

Maxiliam menghubungi Sekertaris untuk membelikannya baju ganti bukan membawakannya dari rumah dan menyuruhnya ke apartement Rosetta.

Selang beberapa saat Sekertaris itu pun datang. Dia melihat Rosetta dan seorang anak yang sedang bermain mobil-mobilan.

"Tuan ini pakaian yang sudah saya beli."

Maxiliam mengangguk, ia meminta izin untuk memakai kamar mandi di kamar Rosetta. "Rosetta aku pinjam kamar mandi mu."

"Iya." Ketusnya.

Maxiliam hanya tersenyum dan berlalu pergi. Sekertaris pria tersebut memandangi Rosetta dengan tatapan yanh sulit di artikan. Pria itu seakan ingin bertanya tapi takut salah. Bagaimana bisa bosnya berakhir beradi di apartement Rosetta?

"Duduklah aku akan membuatkan minuman untuk mu."

"Terima kasih Nona."

Sekertaris berkacamata itu tersenyum. Ia duduk sambil melihat Javer yang yang khusuk bermain. Javer menatap pria iti kemudian melanjutkan bermain.

"Dia kok mirip ya dengan bos."

"Ini minumlah."

"Iya Nona Rosetta."

Rosetta pun duduk, ia tersenyum melihat Javer yang menabrakkan robotnya ke robot lainnya.

"Hancul! Aku adalah monstel besal. Aku akan memakan mu."

"Ciu, Ciu,"

Rosetta terkekeh, biasanya suara Monster menyeramkan, tapi putranya malah mengeluarkan suara anak burung. "Aku akan memakan Javel." Rosetta menggelitiki tubuh Javer hingga bocah menggemaskan itu tertawa kegelian.

"Mommy katanya paman mau belikan Javel mainan."

Rosetta menghela nafas. Ingin sekali ia mencegahnya, tapi ia tidak tega. "Sayang biar sama Mommy saja dan tante Emely ya. Jangan sama Paman."

"Tapi paman sudah janji Mommy."

"Sayang sama Mommy saja."

"Kenapa Rosetta?" tanya Maxiliam yang baru saja datang. "Javer ayo kita berangkat sayang."

"Max sebaiknya jangan. Bagaimana kalau Lili tau? Aku capek Max untuk menjelaskannya."

"Sudah kau tak perlu khawatir. Aku yang akan mengurusnya."

Drt

Rosetta mengambil ponselnya yang berada di meja. Ia melihat nama Lili di layar ponselnya. "Apa Lili tau kesini?"

Maxiliam menggelengkan kepalanya.

Rosetta mengangkat ponselnya. Ia mengeraskan suaranya hingga di dengarkan oleh Maxiliam dan Sekertaris tersebut.

"Rosetta kau ada di mana? Mommy ingin bertemu dengan mu. Cepatlah kesini!"

"Iya aku akan kesana." Rosetta menutup ponselnya dan bergegas ke lantai dua. Ia bersiap-siap ke rumah kedua orang tuanya.

Terpopuler

Comments

dori

dori

sebel sm rose. terlalu mudah luluh. udh tau lili itu cewe teh hijau. kapantose jd tangguh dan tegas. jgn ksh max kesempatan.. enakan dia bs menikmati dan celup sana sini

2024-11-25

1

Khoerun Nisa

Khoerun Nisa

bdoh Ros kmu cih

2024-06-12

0

Indah Zhie

Indah Zhie

lanjuttt thorrr

2024-02-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!