Kau adalah Milikku. Titik

"Cut! Oke, untuk hari ini cukup!"

Seorang sutradara mengakhiri adegan syuting pada malam hari itu. Shayna berjalan tidak bersemangat menuju tempat Emma berdiri. Ia tahu hari itu akan mendapat teguran lagi dari managernya. Lihat saja gaya berdiri dan aura yang terpancar dari seorang Emma sekarang. Bahkan tanpa memandangnya pun Shayna tahu jika emosi managernya tengah berkecamuk.

"Shay!" tegur Emma, ketika melihat Shayna dengan entengnya meneguk minuman ionnya di sebelahnya.

Minuman tersebut habis tak bersisa.

"Aku tahu Emma, syuting berikutnya aku akan berusaha lagi."

“Apa kau sakit? Lihat dirimu, seharian kita take berulang kali karena kau tidak fokus dan terlihat seperti memikirkan sesuatu! Oh Tuhan, bisa-bisa aku jadi mati muda karena tingkahmu yang seperti ini!"

Shayna paham jika Emma tampak emosi. Ia benar, karena dirinya, seharian mereka mengambil adegan yang sama berulang kali hingga membuat lembur para kru. Ini tidak mudah.

Fokusnya pecah karena seharian ia memikirkan tentang Daniel. Ia yakin Daniel hendak menciumnya jika ia tidak bergerak cepat untuk menghentikan aksinya. Apa yang membuat Daniel melakukan itu? Apa karena ia memeluknya?

Kurasa itu bukan suatu alasan.

"Shay! Oh my, Shayna!"

Emma berkacak pinggang, memutar bola matanya ke atas.

"Apa kau baru saja melamun? Why, ada apa Shay?"

Emma masih berusaha mencari celah agar Shayna mau menceritakan sesuatu kepadanya. Tapi Shayna sendiri merasa tidak tahu bagaimana mengutarakannya dan mulai darimana.

"I'm fine, Emma. Mungkin aku butuh istirahat."

"Baiklah, apa perlu kuatur ulang jadwalmu? Aku bisa mengaturnya agar kau punya waktu untuk istirahat."

"Tidak, tidak perlu. Aku baik baik saja."

Belum sempat Emma menanggapi hal itu, suara teleponnya berdering.

"Ya, sebentar lagi aku akan kesana. Oke, tunggu aku ya."

Emma menutup teleponnya. Kali ini Shayna melipat kedua tangannya di depan dada dan mulai menghakimi Emma dengan tatapannya. Ia tahu bahwa sebelumnya Emma sudah sepakat akan mengurangi jatah clubbingnya.

"Bukankah lusa kemarin kau baru saja clubbing?"

"Shay, aku juga butuh istirahat, dan ini caraku beristirahat. Okay?"

"Kalau begitu, ayok ikut aku pulang dan kita tidur lebih awal malam ini."

"Oh ayolah, sejak kapan kau seperti ibuku Shay?"

Untuk hal ini, Emma tidak mengindahkan perintah Shayna. Dia sudah berkemas dan siap untuk pergi.

"Sudahlah, lebih baik malam ini kau pulang dan tidur lebih awal. Besok kau harus syuting lagi dan berikutnya kau akan ada jadwal pembuatan video klip untuk single terbarumu. Okay?"

Emma menepuk pipi kanan Shayna lalu melenggang pergi. Para kru mulai berangsur meninggalkan studio tersebut.

Hal itu membuat Shayna untuk tidak ingin berlama-lama disana. Ia mengganti bajunya dan melenggang pergi.

Namun sesuatu menghalau langkahnya. Rupanya di lobby bawah sudah berkumpul banyak wartawan dan mengepung dirinya. Shayna tidak dapat berkutik, bahkan untuk maju selangkahpun membuatnya harus bersusah payah.

Lampu blitz dari kamera dan pertanyaan dari para wartawan mulai menghujaninya. Suara sumbang mereka membuat pening kepala Shayna. Ia hanya mampu menangkap sayup-sayup pertanyaan yang dilontarkan dari mereka mengenai kejelasan hubungannya dengan Leonard. Lagi. Dan lagi.

Rupanya topik ini masih saja menjadi bahan utama makan malam mereka.

Shayna hanya mampu tersenyum. Sialnya lagi Emma sudah kabur meninggalkan dirinya.

Biasanya hal seperti ini akan sangat mudah ditangani oleh managernya tersebut.

"Nona Shayna, tolong berikan kejelasan Anda. Sudah berapa lama Anda dan Tuan Leonard menjalin hubungan?"

"Apakah masuknya Anda sebagai brand ambassador D&W Diamonds ini karena Anda kekasih Tuan Leonard?"

"Saya dengar Anda menjadi pihak ketiga hubungan antara Tuan Leonard dan Nona Bella?"

"Nona Shayna, tunggu Nona. Tolong berikan kejelasannya."

Shayna benar-benar kewalahan menghadapi mereka semua. Jumlah mereka sangat banyak dan Shayna merasa terkepung karena mereka mengelilinginya tanpa celah sedikitpun. Namun seseorang berhasil menyeruak kerumunan tersebut dan menarik tangan Shayna.

Detik selanjutnya, orang tersebut mencium bibir Shayna dalam gerakan yang sangat cepat. Yah, Shayna yakin itu ciuman bukan kecupan.

Moment itu menjadi sebuah insiden yang tidak terlewat begitu saja. Kamera yang siaga sedari tadi akhirnya berakhir pada moment yang mengejutkan. Shayna baru saja menyadari jika yang menciumnya adalah Leonard.

"Apa itu cukup menjawab semua pertanyaan kalian?"

Bukan pertanyaan sebenarnya, karena Leonard tidak membutuhkan jawaban. Ia kini telah berhasil membawa Shayna melewati kerumunan tersebut.

Keduanya terus berjalan menuju mobil Koenigsegg CCXR Trevita berwarna silver milik Leonard.

Akhirnya para wartawan yang haus info itu berhasil dihentikan aksinya.

Mobil terus melaju membelah malam jalanan kota Manhattan.

"Untuk apa kau lakukan itu?"

Suara Shayna memecah kesunyian di antara keduanya setelah beberapa saat kemudian.

"Untuk apa kau menciumku? Dan untuk apa membuat berita bohong jika kita sepasang kekasih huh?"

Leonard tidak menjawab. Sesungguhnya ia masih kesal mengingat kejadian beberapa waktu lalu ketika ia berkunjung ke rumah Shayna pagi-pagi buta, namun wanita liar ini justru mempersilakan masuk seorang lelaki. Ia yakin sosok pria tersebut adalah Daniel, karena bagaimanapun mereka adalah partner kerja hingga Leonard hafal betul gesturnya.

Itulah yang membuatnya kesal dan moodnya berubah sangat buruk di awal hari.

"Wahai Tuan Leonard yang terhormat! Aku rasa Anda masih punya telinga untuk mendengar dan mulut untuk berbicara bukan? Kenapa Anda tidak menjawabku?"

"Kau adalah milikku.”

Kalimat yang sukses membuat Shayna terdiam. Hatinya kesal, marah dan campur aduk. Oh gila. Sepertinya percuma Shayna berbicara dengan Leonard kali itu. Pria di sampingnya sedang tidak waras.

"Hentikan mobil ini."

"Untuk apa?"

"Kau masih bertanya untuk apa?"

Shayna harus menghirup nafas dalam-dalam untuk mengontrol emosinya.

"Dengar Tuan, kau berjanji akan mengklarifikasi berita skandal tentangku. Tapi kenapa kau justru menambahkan kebohongan? Karena berita bohongmu, hidupku tidak sebebas dulu. Kau membuatku susah. Hampir setiap kali aku keluar rumah, aku harus menyamar diriku seperti buronan. Aku bukan penjahat, tapi seperti kriminal yang selalu diburu oleh wartawan. Seperti tadi. Kau lihat sendiri kan?"

"Satu hal lagi, aku bukan kekasihmu. Kita tidak punya hubungan spesial apapun. Kau yang memintaku untuk menjadi brand ambassadormu, karena perjanjian konyol kita. Baiklah, sayangnya aku tidak ingat hari itu aku melakukan apa padamu karena aku benar-benar mabuk. Tapi bisakah kau tidak memanfaatkan situasi itu? Aku benar-benar kesulitan sekarang, Leonard."

Sesaat mobil senyap. Bahkan suara deru mobil pun tidak terasa.

"Hanya itu?"

"Apa kau bilang? Hanya itu katamu?" Shayna menaikkan sebelah alisnya, bertambah kesal.

"Lalu kenapa kau menerima seorang tamu pria di pagi hari buta. Apa itu harus kukatakan pada semua orang jika kau selingkuh dariku?"

"Menerima tamu pria?"

Sayangnya kali itu, Shayna harus benar-benar mengulang memorinya kembali untuk mengingat apa saja yang sudah ia lakukan sebelumnya.

"Maksudmu Daniel? Oh my God, itu hakku mau menerima tamu dari siapapun dan kapanpun, dan itu bukan urusanmu. Kita tidak punya hubungan spesial, Leonard."

"Kau milikku!"

Leonard membanting stirnya ke kiri, ke tepi jalan.

Emosinya benar-benar memuncak.

Shayna benar-benar dibuatnya takut. Di saat yang bersamaan, rasa pening di kepalanya kembali kambuh. Ia menahan rasa sakit di kepalanya, sementara di sisi lain ia harus menghadapi Leonard dengan auranya yang sangat kuat. Aura membunuh.

"Kau gila, Leo. Seharusnya dari awal kita tidak pernah bertemu."

Shayna melepas sabuk pengaman di badannya.

Ia tahu mungkin keputusannya salah, namun ia lebih memilih untuk keluar dari mobil dan menghindar dari pria tersebut.

Leonard sedang tidak waras karena menganggap Shayna adalah miliknya dan wanita itu telah berselingkuh darinya.

Suatu kebetulan dari Tuhan, sebuah taksi melintas tepat di depannya. Ia mencegat taksi kuning tersebut dan masuk ke dalamnya sebelum Leonard menariknya kembali. Taksi melaju membelah jalan, meninggalkan Leonard yang tampak frustasi dan marah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!