Dark Snow In New York City

Dark Snow In New York City

PROLOG

New York, AS

Suasana New York masih ramai karena sudah memasuki musim panas. Dari balik balkon mansionnya, seorang lelaki berpakaian rapi lengkap dengan jas hitam mahalnya, memandang langit New York dengan tatapan kosong.

Tangannya menyimpan kembali senjata apinya yang sempat ia gunakan untuk membunuh seseorang yang kini telah terbujur kaku di bawah kakinya.

"Bereskan dia."

Kalimat tersebut murni perintah kepada beberapa anak buah yang berada disana. Tidak sampai menunggu lama, pekerjaan itu telah selesai dikerjakan dengan cekatan seolah mengurus mayat dengan bercecer darah sudah menjadi kebiasaan mereka.

Mereka telah pergi, meninggalkan sang pria itu seorang diri. Ia mengambil segelas wine-nya dan menyesapnya. Ia bahkan tahu, langit New York pernah menertawakan hidupnya yang begitu susah dan kelam yang ia alami beberapa tahun lalu. Dia bukanlah siapa-siapa, bahkan kekuasaanpun dia tak ada. Wanita? Cih, bahkan para wanitapun enggan menengok kepadanya, semuanya tidak menginginkan dirinya.

Sepuluh tahun lalu, ia sangat memprihatinkan. Tubuhnya kurus kering, dengan tubuhnya yang tinggi, proporsi badannya tidak mampu memikat hati wanita ketika melihatnya. Penampilannya sangat berantakan, rambutnya tidak pernah ia tata rapi. Dan parahnya, ia menghabiskan uang tabungannya untuk berfoya-foya, entah untuk mengonsumsi ganja atau mabuk-mabukkan. Hidupnya sangat hancur. Dialah Leonard Denjiro Hashimoto atau lebih dikenal dengan Leonard Denjiro, seorang mahasiswa Harvard University yang mendapatkan beasiswa dengan peringkat nilai terbaik, namun ia memilih tidak menamatkan kuliahnya. Itu adalah sesuatu yang miris namun tidak pernah disesalinya.

Seolah seperti kejadian kemarin, Leonard yang kini berusia 33 tahun itu masih ingat dengan jelas bagaimana takdir mempermainkannya.

⁕ ⁕ ⁕.

Flashback 10 tahun lalu, New York

Malam itu Leonard dan beberapa temannya tengah berkumpul di salah satu club mewah untuk menghabiskan malam mereka. Club tersebut terletak di dekat Times Square. Times Square atau Great White Way sendiri merupakan nama persimpangan jalan utama di Manhattan. Tempat yang tidak pernah sepi dan merupakan wilayah paling sibuk di NYC. Bagaimana tidak, mulai dari pagi hari orang sudah mulai lalu-lalang di Times Square, karena tempat ini merupakan salah satu pusat perkantoran dan belanja tersibuk di NY.

Makin siang, suasana makin ramai dan ketika menjelang sore, mulai bermunculan atraksi unik dengan menggunakan kostum tokoh superhero, entah tokoh spiderman atau ironman dan tokoh lainnya. Hal itu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berfoto. Malam hari, Times Square makin ramai, terutama di hari Jumat dan Sabtu malam. Seperti Sabtu malam ini. Leonard bisa melihat sorotan layar digital dari berbagai penjuru sisi gedung yang sekaligus disulap sebagai penerangan bagi kawasan ini. Layar digital tersebut berupa gerak gerik gambar iklan seperti lampu disko yang menerangi tempat terbuka.

Club mewah yang kini dimasukinya adalah salah satu tempat termahal. Mereka sengaja menghabiskan malam itu disana, karena Leonard menang judi. Orang yang berkunjung adalah orang-orang kaum sosialita, pengusaha kaya dan pejabat tinggi. Club ini juga terkenal dengan wiski-nya yang memiliki beragam jenis yang berasal dari Amerika-Asia. Tidak hanya itu, ada pula jenis vodka, tequila, dan anggur.

Malam itu, Leonard memesan wiski, disusul dengan kedua temannya. Club yang cukup nyaman sebenarnya, karena cahaya lampu yang temeraman dan ada balkon di lantai dua. Dari balkon tersebut tentu saja bisa melihat betapa sibuknya Times Square di malam hari.

Salah satu teman Leo mengeluarkan sebatang rokok dan membagikan sisa rokok di dalam bungkus itu kepada temannya yang lain, Leo mengambil satu dan menyulutnya. Tatapannya menyapu ke setiap sudut ruangan dalam pencahayaan yang temeraman.

Entah malam keberapa ia menghabiskan waktunya seperti ini. Ia bahkan enggan melanjutkan bahan tugas akhirnya di Harvard University dan meninggalkan bisnis yang telah ia rintis saat menginjak tahun kedua di bangku kuliahnya. Akhir-akhir ini pria berdarah campuran Perancis-Jepang itu merasa bosan dengan kehidupannya.

Maka, lihatlah wajah dan penampilannya. Ia tidak mengurus hidupnya selama setahun dan membuat hidup pria itu berantakan. Rambutnya tidak pernah tertata rapi, tak pernah memakai parfum dan baju ala kadarnya. Ia pergi menghabiskan malamnya bersama dengan teman-temannya, hm, sebutlah teman yang telah membuat hidupnya menjadi tidak bosan ini. Ia membeli ganja dan mengonsumsinya bersama dengan mereka. Mereka ada tiga orang, termasuk Leo. Kedua teman Leo semuanya orang asli Amerika. Hanya pria ini yang campuran Perancis-Jepang. Kedua bola mata pria ini berwarna biru, sayang tertutup oleh topi dan rambutnya yang sengaja dipanjangkan.

Alunan lagu masih memenuhi ruangan dan menghipnotis siapapun yang berkunjung. Selang beberapa menit, sang DJ mengubah alunan lagunya yang slow dengan alunan lagu dari Luis Fonsi ft Daddy Yankee yang berjudul Despacito. Beberapa orang yang tadinya enggan untuk berdansa langsung memutuskan ke dance floor.

Kedua teman Leo mencoba peruntungannya malam ini, langkah mereka menghampiri wanita incarannya disana dan berdansa di hadapannya.

Sialnya, mereka mendapat masalah dari hal tersebut. Wanita-wanita itu mendorong tubuh teman Leonard dan sedikit terjadi kekacauan disana. Leo hanya tersenyum pahit melihat aksi penolakan itu. Sesungguhnya ia tidak begitu tertarik dengan wanita. Wanita baginya sungguh tidak penting. Leo menyulut rokoknya sampai gerakannya terhenti ketika sebuah suara menyapanya.

"Hai, maukah kau berdansa denganku?"

Wanita itu hendak meraih tangan Leo sampai akhirnya Leo diserang.

Sekelompok orang berbaju hitam menyerangnya. Mereka memukul wajah dan perutnya hingga membuat tubuh Leo tumbang. Belum sempat Leo membalas perlakuan mereka, seseorang menghampirinya dan menarik tubuhnya dengan kasar, hingga tubuh yang sudah lemah itu dipaksa berdiri.

“What the fuck are you doing?! Beraninya kau sentuh wanitaku!"

Bersamaan dengan itu, sebilah pisau mengenai bagian perut Leo sebelah kiri. Darah segar langsung keluar dan membekas di bajunya.

Suasana makin histeris melihat aksi tersebut. Namun tetap tidak ada yang berani untuk ikut campur. Begitu pula dengan kedua teman Leo yang pengecut. Mereka paham betul siapa lawan Leo malam itu, salah satunya yang bernama Richard adalah pemilik club tersebut yang terkenal dengan kekejamannya.

"Chard! Richard, stop! Kau bisa membunuhnya!" Wanita itu beranjak dan mencoba melerai perkelahian tersebut.

"Oh Tuhan, lihat, kau hampir membunuhnya! Dia sekarat!"

Pria yang dipanggil Richard itu kini tampak makin emosi. Ia melihat lawannya masih bertahan hidup walau dalam kondisi sekarat. Ia kembali memainkan pisaunya dan langkahnya kembali memburu pria itu. Suara Bella menggema menyuruh Leo untuk melarikan diri.

Leo yang sekarat menyeruak kerumunan orang-orang di dalam club tersebut. Pria bernama Richard itu dan beberapa anak buahnya mulai mengejarnya dengan geram. Andai saja salah satu diantara mereka membawa pistol, tentu saja dengan sekali tembak mereka bisa memastikan kalau lawannya tersebut akan langsung mati. Leo masih beruntung, malam itu mereka tidak membawanya. Hanya sebilah pisau yang akan digunakan sebagai alat membunuhnya.

Tubuh Leo melemah dan ia mulai kehilangan fokusnya. Entah karena efek dari wiski atau ganja yang ia konsumsi sebelumnya atau dari luka tusuk yang ia alami sekarang. Leo tidak tahu. Sungguh, ini malam yang sial baginya.

Leonard menghindari jalanan-jalanan sepi dan gang-gang kecil, karena ia tidak tahu sampai kapan dirinya bisa bertahan lari dari mereka dalam kondisi seperti sekarang. Ia bisa tumbang kapan saja, dan ia hanya dapat berharap ketika ia tumbang berada di tengah keramaian sehingga setidaknya ada yang menolongnya. Itu adalah harapannya. Realitanya, meloloskan diri di tengah keramaian di sepanjang jalan Times Square di Manhattan sangatlah tidak mudah. Ia harus berhasil menyeruak dalam kerumunan orang yang luar biasa banyak. Namun disisi lain, jika ia berhasil kabur, maka bisa dipastikan mereka akan kesulitan menemukan Leo.

Pilihannya kabur adalah menyeberang jalan. Walau ia tahu itu bukan ide bagus, tapi tidak ada salahnya ia coba. Saat itu, lalu lintas kendaraan cenderung normal. Ia merasa tertantang dan menguji kembali peruntungannya malam itu. Namun belum sampai setengah jalan, suara klakson terdengar nyaring mencegah langkah kakinya. Ia masih berjalan sempoyongan tepat disaat seseorang keluar dari Koeningsegg CCXR Terevita yang tadi membunyikan klakson untuknya.

"Oh, shit! What the fuck are you doing?!"

Malam ini, ia menerima kalimat kasar itu dua kali hanya berselang menit saja. Sempurna sekali Leo malam itu!

Dia adalah seorang pria tua yang mengatai Leonard. Umurnya mencapai sekitar 50 an tahun, namun ia memiliki fashion yang bagus. Pria tua itu mengenakan setelan jas mahal yang kini tampak berkilat oleh sorotan lampu digital gedung di sekitarnya. Leo tidak menjawab. Tangannya masih menahan luka tusuk di perutnya dan mencoba berdiri tegap agar tidak tiba-tiba pingsan. Tampaknya lelaki itu menyadari sesuatu, sampai akhirnya sekelompok orang yang tadi mengejar Leo kini berada disana.

"Rupanya ini ulahmu."

"Ah, Tuan Javier, ma-maaf, tapi dia incaran kami sekarang."

Richard yang tergagap mulai berbasa-basi. Tampaknya anak buah Richard pun mengalami hal serupa. Mereka semua salah tingkah, tertunduk dan tidak berani menatap seseorang yang kini berdiri di hadapan mereka. Leo dapat menangkap perubahan situasi yang drastis ini. Siapa Tuan Javier yang disebut mereka ini?

"Dia anak buahku. Cepat tinggalkan tempat ini, atau kupatahkan tangan kalian semua."

Orang yang bernama Javier itu menggeram dengan nada suaranya yang lebih berat dan rendah dibandingkan sebelumnya. Bahkan sorot matanya kini berubah menatap mereka lebih tajam. Sebuah ancaman yang murni perintah jika mereka tidak ingin celaka.

Richard menggiring anak buahnya pergi. Pria itu menganggap urusannya selesai dengan Leo tanpa mengucapkan sepatah ancaman padanya. Cari mati namanya jika ingin memperpanjang urusan ini. Siapa yang tidak tahu Javier Wyman. Seorang mafia besar dan terkenal kejam di dunia. Anak buahnya banyak, hingga ribuan. Bisnisnya mulai dari legal dan ilegal yang hampir tersebar di dunia. Semua orang menghormatinyalebih tepatnya takut.

"Ikut aku, kau bisa mati disini."

Nada itu murni perintah untuk Leo.

Di belakang mobilnya suara klakson sudah nyaring terdengar sejak beberapa menit yang lalu. Area yang seharusnya dilarang parkir ini mengundang perhatian petugas kepolisian yang tengah bertugas di sekitar tempat tersebut. Tanpa membuang waktu lagi, mobil berwarna silver itu melaju berbaur dengan pengendara mobil lain.

Sekilas Javier melihat ke arah spion, memastikan bahwa mereka sedang tidak diikuti. Dugaannya tepat. Rupanya mobilnya pun sudah dikenal polisi dan mereka enggan berurusan dengannya. Javier hanya menyunggingkan senyumnya.

Leonard menatap Javier. Itu adalah pertemuan pertamanya. Memang pertemuannya dengan Javier tidak sepenuhnya memberikan kesempurnaan, namun Leonard belajar tentang kekuasaan, kekuatan, dan kejayaan. Itu adalah tiga hal penting dalam kamus besar Javier untuk meraih keinginannya dan sebelumnya Leonard tidak mendapatkannya dari ayahnya. Auara pria itu sangat kuat, sampai akhirnya Leonard pun menyetujui untuk melepas segala masa lalunya dan bergabung bersama Javier. Menjadi bagian anggota mafia terbesar di dunia.

Terpopuler

Comments

Ming❤️

Ming❤️

Kapan ni thor? Seperti sudah lama sekali gak ada updatenya, rindu aksi si tokoh utama!

2024-01-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!