Shayna? Menarik!

Fenomena matahari terbit adalah sesuatu yang disukai oleh Shayna setelah musik. Namun tampaknya pagi itu, matahari menyapanya dengan sesuatu yang berbeda. Ia merasakan tubuhnya benar-benar tidak bersahabat. Cahaya tersebut begitu menyilaukan penglihatannya, yang menandakan hari sudah siang. Padahal selama ini Shayna selalu bangun ketika subuh, atau saat mentari baru saja beranjak dari peraduannya.

Wanita tersebut masih menggeliat di kasur yang empuk, dengan posisi memincingkan kedua matanya. Butuh beberapa detik sampai akhirnya ia mulai beradaptasi dan terbangun dari alam bawah sadarnya.

Seketika yang teringat adalah insiden semalam. Memori puzzlenya menyampaikan insiden di party Danniel, moment dimana ia bertemu dengan seorang pria yang akhirnya membawanya pada deretan kejadian yang tidak ia sangka. Kejadian itu masih menyisakan rasa malu walau Shayna mengingatnya dengan samar-samar. Namun ingatannya hanya sebatas ketika ia berhasil menampar wajah Leonard, insiden dimana pertengkaran Javier dan Leonard terjadi.

Selebihnya, Shayna tidak begitu ingat. Wanita tersebut sudah duduk dengan membenamkan wajahnya di antara kedua lututnya yang ditekuk.

Detik selanjutnya ia baru saja menyadari bahwa ia bukan berada di rumahnya. Kamar luas dan mewah, namun asing bagi Shayna. Ia kembali mencoba mengingat memorinya yang masih tercecer. Sampai akhirnya ia teringat akan gaunnya yang sudah tidak melekat di badannya. Ia menyibak selimut yang menutupi tubuhnya untuk memastikan bahwa ia tidak salah lihat.

Oh my, dimana gaunnya? Dan piyama siapa yang ia pakai?

Ingatan Shayna benar-benar diuji sekarang! Ia membutuhkan waktu agak lama sampai akhirnya teringat bahwa ia menghabiskan malamnya bersama si brengsek Leonard! Oh Tuhan...

Seolah tidak mempercayai pada ingatannya sendiri, ia meloncat dari kasur dan mencoba untuk berjalan. Ia ingat dengan cerita Emma hal pertama yang dirasakan ketika seseorang kehilangan keperawanannya adalah nyeri di bagian selangkangannya. Namun Shayna merasa baik-baik saja dan tidak nyeri ataupun ngilu saat melangkahkan kakinya. Ia memejamkan kedua matanya. Kakinya begitu lemas. Kepalanya sangat pening.

"Tok tok tok."

Seseorang mengetuk pintu kamar, namun belum sempat Shayna beranjak untuk membukakan pintu tersebut, seseorang telah masuk ke dalam. Ia seorang wanita dengan memakai seragam pelayan dengan perpaduan warna hitam dan putih. Wanita yang diperkirakan usianya menginjak 40 tahun tersebut mengulas senyum pada Shayna seraya meletakkan sebuah nampan yang berisi sarapan.

"Selamat pagi, Nona. Saya meletakkan sarapan Nona disini karena Nona tidak turun ke ruang makan."

Wanita tersebut menjelaskan sambil menundukkan wajahnya. Lalu ada seorang maid yang masuk tidak lama setelahnya. Kali ini maid tersebut membawakan bingkisan yang Shayna sendiri tidak tahu apa isinya.

"Nona, gaun yang semalam sudah kami bersihkan, dan ini baju ganti yang sudah kami siapkan."

Maid tersebut meletakkan dua bingkisan di atas kasur dengan kepala yang tertunduk sopan.

"Tunggu, sebenarnya ini dimana?"

Oh sial, Shayna justru mengeluarkan pertanyaan yang begitu bodoh. Lihat saja kedua maid di depannya, mereka saling bertukar pandang, walau kedua ekspresi mereka datar, namun Shayna dapat menangkap jika mereka menahan tawa.

“Tidak hanya Nona yang bertanya-tanya, kami juga terkejut karena ini pertama kalinya Tuan Leonard membawa seorang wanita ke rumahnya," jelas seorang Maid yang lebih muda, yang tadi membawakan bingkisan untuk Shayna.

Sontak hal itu membuat gemas Maid yang lebih tua mencubit pantatnya.

"Tuan-Muda-Leonard?" tanpa sengaja, Shayna mengejanya.

"Betul, Nona." Mereka tersenyum. "Maaf Nona, apakah ada hal lain yang Nona butuhkan?"

Ditanya begitu, seharusnya Shayna menjawab antarkan dia pulang saat ini juga. Tapi pada akhirnya, Shayna hanya menggeleng pelan.

"Baik, jika Nona membutuhkan sesuatu, Nona bisa memanggil kami kembali."

Setelah mengatakannya, keduanya kemudian lekas pergi meninggalkan Shayna. Wanita tersebut masih termangu menyerap semuanya mentah-mentah. Leonard?

“Dia Leonard, Shayna! Dia adalah CEO dari brand DW Diamonds! Si pengusaha tampan yang sukses! Oh tidak, bagaimana dia bisa ada disini? Tunggulah Shayna, aku akan menyapanya dan meminta fotonya!"

Tiba-tiba saja yang teringat adalah suara Emma yang terasa masih teringang jelas di benaknya saat menyebut nama Leonard di party Daniel. Oh, tidak! Ini tidak baik untuknya! Menyadari hal itu, ia segera bergegas membersihkan diri di kamar mandi.

Kamar yang ditempati Shayna saat itu memiliki ruangan yang sangat luas dan terdapat kaca besar sebagai pengganti salah satu dindingnya yang langsung menghubungkannya dengan balkon di luar kamarnya. Warna ruangan dominan putih dan hitam, dan interior kamar tersebut dipermanis dengan adanya pantry kecil di salah satu sudut dan beberapa sofa di tengah. Nuansa yang pertama kali ingin disampaikan adalah kepribadian pemiliknya yang simpel, namun misterius.

Sementara kamar mandinya, terdapat whirlpool bathup atau lebih dikenal dengan sebutan jacuzzi yang terbuat dari bahan porselen dan kaca pada bagian dindingnya. Bagian dasarnya memiliki lubang-lubang yang memancarkan uap-uap air bertekanan tinggi, berguna untuk menenangkan syaraf. Hal yang menakjubkan adalah, jacuzzi ini terletak di sebelah kaca dinding sehingga ketika mandi, sang empu akan dimanjakan dengan menikmati pemandangan dari luar yang menampakan hamparan luas rumput hijau dan danau kecil buatan di belakang mansion sang empu.

Shayna adalah wanita beruntung yang dapat merasakan interior mewah kamar mandi milik Leonard yang berada di dalam mansionnya.

Tunggu, mungkin kata tidak sengaja lebih tepat dibandingkan beruntung. Ia sendiri tidak tahu seberapa kaya pemilik mansion ini melihat interior sebuah kamar saja sudah begitu menakjubkan.

Puas bermain di area jacuzzi mewah milik Leonard, ia kini membiarkan dirinya diterpa air shower. Sialnya, air dingin yang menerpa wajahnya masih belum mampu mengusir bayang-bayang wajah Leonard. Ia tidak tahu bahwa pertemuan pertamanya di club adalah benar-benar bencana baginya. Belum selesai dengan memori tersebut, ingatannya membawanya kembali pada insiden semalam.

Merasa kesal, Shayna mempercepat gerakan mandinya. Ia mengambil sebuah handuk putih yang berada disana, dan segera menggantinya dengan pakaian yang telah disiapkan untuknya di atas kasur. Saat ini yang harus ia lakukan adalah keluar dari mansion itu! Ia tidak ingin berurusan apapun dengan si Leonard!

⁕ ⁕ ⁕

“Bagaimana?”

Pertanyaan tersebut entah kesekian kali terucap hingga pagi ini. Daniel masih berada di dalam penthousenya di kawasan Manhattan. Langkahnya masih saja mondar mandir di sekitar balkon. Ia hanya menunggu telepon dari seorang detektif yang sengaja ia sewa tadi pagi semenjak ia tidak bisa menghubungi kembali nomor Chloe. Ia bahkan tidak bersama Javier, bahkan Javier mengaku tidak tahu dimana Chloe berada.

Sesungguhnya ini bukan sekali dua Chloe tidak bisa dihubungi, namun perasaan Daniel kali ini mengatakan berbeda. Ia begitu cemas. Semenjak Chloe berusaha menghubunginya beberapa kali saat dini hari tadi, namun sayang ia tidak terbangun untuk sekedar mengangkatnya. Ia tidur di sofa panjang setelah party-nya selesai sementara ponselnya tergeletak begitu saja di karpet. Ia semakin gusar.

Tidak lama setelahnya, seseorang mengetuk pintu penthousenya. Daniel yang telah terjaga semenjak tadi, segera berlari menuju pintu utama. Namun tidak ada seorangpun disana. Hanya ada sebuah peti mati yang tergeletak begitu saja tepat di depan pintunya.

Daniel mengernyitkan keningnya. Hatinya berkecamuk, ia membuka peti tersebut dengan perlahan.

"CHLOOOOOEE!!!!"

Daniel tahu dan hafal bagaimana wajah Chloe dan postur tubuh adiknya. Di dalam sana terbujur kaku seseorang dengan wajah dalam kondisi pelipis yang berlubang karena sebuah peluru. Sementara kedua matanya masih terbuka. Ia tidak lagi mengenakan dress, hanya tertutup oleh bunga-bunga. Kondisi tubuh lainnya penuh dengan bercak kemerahan dan lebam karena kecupan atau pukulan dengan benda tumpul yang diterima oleh Chloe dan kedua kakinya terdapat aliran bercak darah yang telah mengering yang diduga berasal dari inti selangkangan wanita tersebut. Adiknya dibunuh dengan begitu sadis. Pandangan Daniel kosong. Kedua kakinya lemas seketika. Ia tidak tahu alasan apa hingga sang pelaku begitu tega membunuh adiknya.

"Aku butuh bantuanmu."

Daniel menghubungi seseorang melalui ponselnya. Terlibat pembicaraan hingga beberapa menit setelahnya. Setelah itu, Daniel menutup kembali ponselnya. Tangannya mengepal dengan kuat dan penuh amarah. Ia bersumpah, akan membalas dendam kepada siapapun pelaku yang telah tega membunuh adiknya!

⁕ ⁕ ⁕

Ponsel Leonard berdering tepat ketika Leonard telah sampai di mansionnya. Seperti biasa, Javier yang menelepon. Ia mengangkat telepon tersebut sembari melewati beberapa maid yang telah menyambut kedatangannya seperti biasa.

“Tadi Daniel meneleponku, dia menanyakan Chloe."

Suara di ujung memberitahu. Suaranya begitu parau, nampaknya Javier mabuk di hari yang masih pagi ini. Atau bisa dipastikan ia melewatkan malamnya tanpa tidur dan hanya ditemani dengan minumannya.

"Seharusnya mayat Chloe sudah ada di penthousenya."

Leonard mulai menaiki anak tangga menuju kamarnya. Dia bilang begitu, karena urusan Chloe bukan urusannya lagi, dia sudah menyerahkan semuanya pada anak buahnya.

"Apa kau mabuk?"

Javier hanya terkekeh, dengan keras. Leonard tahu Javier bukan orang yang lemah terhadap alkohol. Jika ia sudah mulai mabuk, artinya ia sudah menghabiskan puluhan botol sekaligus. Cih, apa benar dia meminumnya sejak semalam?

"Jangan rusak dirimu, Javier. Chloe sudah tiada."

Leonard mengatakannya dengan begitu lirih dan hati-hati. Javier tidak pernah seperti ini, apalagi hanya karena wanita. Tanpa sadar, Leonard memijat pelipisnya. Kini ia sudah berada di depan pintu kamar. Namun kamar yang ada dihadapannya, bukanlah kamar tempat biasa ia tidur. Itu adalah kamar kosong, tempat dimana si wanita liar itu semalam tertidur.

"Ya, ya, ya, kau benar! Apa dia begitu cantik saat dia mati heh?"

Lalu, Javier terkekeh kembali dan menenggak minumannya hingga Leonard mendengar tegukan itu melalui kerongkongannya. Leonard hanya menggeleng, walau tahu Javier tidak melihat.

"Buruk, sangat buruk."

Sekali lagi, Javier tertawa.

Leonard kini sudah membuka pintu kamar dan pandangannya langsung tertuju ke kasur yang sudah tertata rapi. Ada dua bingkisan disana, Leonard meraihnya. Itu adalah gaun milik si wanita liar dan satunya adalah pakaian ganti yang sengaja ia siapkan untuknya. Ia mendengar suara shower dari kamar mandi. Sepertinya si empu sedang membersihkan diri.

"Istirahatlah Javier. Malam nanti kita masih ada misi."

“Shit, misi apa? Bukankah misi kita selama ini untuk membunuh Chloe heh? Heh, ha-ha-ha-hahaha."

Leonard sangat benci ketika Javier terlihat buruk. Ia tidak menyukai hubungan mereka, namun kondisi Javier saat ini begitu menyedihkan.

"Kau dimana? Sebentar lagi aku akan menyusulmu."

Setelah Javier menjawabnya, di saat itulah Leonard memutuskan sambungan teleponnya dan menyimpannya kembali ke saku dalam jasnya. Di waktu yang sama, seseorang keluar dari kamar mandi. Butuh waktu beberapa detik setelah ia menatap keberadaannya, lalu orang tersebut menjerit histeris.

"Ap-apa yang kau lakukan disini?!" Suara Shayna memecah keheningan.

Ia menyilangkan kedua tangannya; menutupi badannya walaupun ia sudah mengenakan bathrobe. Gerakannya yang spontan itu begitu menggemaskan di mata Leonard. Tanpa sadar, Leonard menyimpan senyumnya dengan tetap menampilkan wajah datar seperti biasanya.

Namun langkahnya yang perlahan mendekatinya sukses membuat wanita itu semakin panik. Itu bagian yang paling disukainya.

"Oh, astaga! Berhenti disitu! Kubilang berhenti!"

Shayna melempar beberapa pajangan yang berada di dekatnya ke arah Leonard. Namun lelaki tersebut begitu mudah memiringkan tubuhnya ke kanan, atau ke kiri dan sedikit membungkuk demi menghindari lemparan tersebut. Kehabisan senjata, akhirnya Shayna memilih untuk masuk kembali ke kamar mandi, melupakan pakaian gantinya yang seharusnya ia ambil terlebih dahulu.

Namun, usahanya gagal. Leonard berhasil menangkap lengannya hingga ia berbalik dan kini Leonard mengurungnya di antara dua lengannya yang berotot. Shayna terpojok dan sukses membuatnya tidak bisa melarikan diri. Ia mencoba menggerakan tubuhnya untuk mencari celah, namun tampaknya sia-sia. Lelaki itu justru semakin merapatkan wajahnya nyaris tanpa celah.

Leonard sengaja melakukannya. Melihat kepanikan yang terpancar dari wajah wanita itu rupanya menarik baginya. Jarak keduanya begitu dekat, hingga Leonard dapat melihat bagaimana manik mata berwarna hitam itu menatapnya. Ia bahkan tahu bagaimana aroma sabun yang baru saja dipakai oleh wanita itu dan shampo yang digunakannya untuk membersihkan rambutnya. Aromanya begitu menenangkan.

Pandangannya tertuju pada bibir wanita itu yang memang berwarna semu peach dengan alami. Seketika memorinya mengingatkan kembali pada kejadian semalam yang membuatnya hampir saja lepas kendali. Namun ia juga tidak menyukai posisi semalam. Ia tidak suka kegiatannya tertunda. Ia hanya pria normal biasa.

"Kau masih berhutang padaku."

Leonard sengaja mengatakannya tepat disamping telinga kanan Shayna. Itu sukses membuat bulu kuduknya meremang dengan spontan.

"Hutang katamu?"

Shayna mengernyitkan kedua alisnya. Ia melihat senyum smirk lelaki dihadapannya yang lebih mirip menampilkan sosok iblis.

Ingatan Shayna langsung membawanya pada kejadian semalam dimana Leonard menciumnya. Sangat jelas sampai Shayna merasa jengkel.

"DUG!!!"

Shayna berhasil membenturkan dahinya ke muka Leonard dengan keras. Pria itu mengerang dan merasakan sakit yang luar biasa. Ada darah segar mengalir dari hidungnya.

"Oh shit! Kau!"

Leonard menyekanya darahnya.

"Aku tidak peduli siapa kau, walaupun kau adalah seorang CEO DW Diamonds. Tapi bagiku, kau benar-benar manusia iblis."

Tanpa mengindahkan Leonard, Shayna segera mengambil bingkisan untuk ia ganti baju dan memanfaatkan waktu tersebut dengan baik. Tidak lama setelahnya, Shayna telah keluar dari kamar mandi dengan pakaian gantinya. Leonard masih belum bergeming dari tempatnya semula. Namun yang membedakannya adalah, ia telah melepas jasnya dan menggulung lengannya sampai siku, sementara kedua tangannya ia jejalkan ke dalam saku celananya. Pandangan matanya tak pernah lepas untuk menatap sosoknya dengan tajam. Oh sial, bagaimana bisa seorang iblis memiliki kadar ketampanan di atas rata-rata? Itu tidak adil bukan?!

"Mau kemana kau?"

"Kau masih bertanya aku mau kemana?"

Shayna jadi menghentikan langkahnya ketika si lelaki yang ada di dekatnya tidak peka bahwa ia ingin segera mengakhiri perjumpaan mereka.

"Dengar, aku belum puas telah membalas apa yang telah kau lakukan padaku. Tapi aku tidak mau berurusan lagi denganmu, jadi kuharap ini terakhir kalinya aku menemui orang sepertimu!"

Shayna benar-benar geram karena wajah lawan bicaranya hanya datar dan tidak berekspresi. Ia benar-benar iblis yang menjelma sebagai manusia yang tidak tahu diri. Tidak biasanya emosi Shayna memuncak seperti ini, namun biarlah ia melampiaskannya hari itu.

"Hei, kau pikir semudah itu kabur?"

Leonard menyunggingkan senyum di wajahnya yang begitu datar. Kita lihat seberapa lama kau akan bertahan tidak menemuiku.

"Apa katamu? Untuk apa aku menemuimu? Buang-buang waktu saja."

Shayna kembali berjalan, namun kali ini ia kembali menghentikannya. Ia menatap wajah Leonard yang walaupun keduanya sama-sama dalam posisi berdiri, Shayna masih harus mendongakkan wajahnya.

Ia berjalan mendekat dan menatap Leonard tidak kalah sengit. Dalam satu gerakan yang pasti, ia menendang selangkangan Leonard dengan ujung sepatunya. Keras dan dalam. Seketika Leonard merasa lumpuh.

"Hei wanita liar! Oh shit, kau benar-benar gila!"

Ia meraung namun tidak dipedulikan oleh Shayna. Wanita itu melenggang pergi meninggalkannya. Sementara Leonard masih mengerang kesakitan dan akhirnya melepaskan kepergian wanita itu walau ia mampu menahannya melalui anak buahnya yang berjaga di mansionnya. Wanita liar itu memang menarik. Jiwa untuk bermain-main dengannya muncul seketika. Ia mengeluarkan ponselnya kembali, lalu menghubungi asistennya.

"Willy, aku ingin kau mencari tahu siapa Shayna dan buatkan skandal untuknya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!