Javier dan Chloe

Kekacauan di pesta Daniel membuat Javier akhirnya memutuskan untuk pulang lebih awal dari acara. Ia keluar bersama Chloe dan mereka menghabiskan sisa waktu untuk makan di restoran tersebut. Chloe masih lapar ketika Javier memaksanya untuk pergi.

Chloe adalah seorang wanita yang usianya kini baru 24 tahun. Itu artinya usia mereka terpaut sangat jauh hingga 37 tahun dengan Javier. Namun style-nya sangat dewasa, itulah yang membuatnya tidak terlihat seperti seusianya.

Sebenarnya keduanya tidak peduli bagaimana tanggapan orang tentang mereka. Namun perkataan Leonard sebelumnya sangat mengganggunya. Ia dan Chloe seperti ayah dan anak ketika mereka berjalan beriringan. Dan itu cukup membuat Chloe merasa kesal.

Sementara Javier masih cukup acuh. Ia merasa cukup nyaman dengan hubungan mereka saat ini. Ia sudah mengenal cukup baik keluarga Chloe, walau kedua orangtua wanita itu sudah meninggal beberapa tahun lalu karena kecelakaan. Namun Daniel termasuk kakak yang begitu menyayangi adiknya, itu terpancar dengan sangat jelas.

"Aku sudah mengira wanita bernama Shayna itu tidak baik. Bagaimana bisa Daniel membiarkannya menjadi artisnya?"

"Kau terus membicarakannya sejak kita keluar. Bisakah kita membicarakan hal lain?"

Javier mengeluarkan cerutunya. Ia menangkap seraut wajah masam di hadapannya.

"Apa kau lupa aku tidak suka jika kau merokok saat aku tengah makan?"

Javier sengaja memancing amarah perempuan di hadapannya. Ia hanya ingin diperhatikan saat ini, bukan sebagai sampah sementara Chloe membicarakan orang lain. Ia tidak mengindahkan perintah Chloe dan tetap menyalakan cerutunya.

"Oh God, makan ini dan berhentilah merokok."

Chloe mengeluarkan beberapa permen mint dan meletakkan di atas meja bundar mereka. Javier menatap pada permen-permen tersebut.

Di saat moment seperti inilah, Javier merasa bahagia walau terkesan kekanakan. Ia menyimpan cerutunya dan mengambil salah satu permen tersebut. Ia mengulumnya tanpa mengindahkan pandangannya dari sosok Chloe di hadapannya.

Chloe masih menyelesaikan makanannya hingga ia tidak menyadari ada sisa yang menempel di sudut bibirnya. Javier yang mengetahuinya mencoba untuk menghilangkannya dengan tangannya. Tepat di saat itulah, Chloe menatapnya. Jarak keduanya begitu dekat, hingga Javier dapat merasakan hembusan nafas Chloe di wajahnya.

Javier mencium Chloe lagi dengan posesif,

"Aku menginginkanmu lebih."

⁕ ⁕ ⁕

Penthouse Javier adalah tujuan mereka selanjutnya. Chloe telah menerima ciuman Javier yang sangat posesif sejak mereka memasuki lift pribadi milik Javier. Pria ini menggiring Chloe tanpa melepaskan ciumannya dan membawanya masuk ke penthousenya.

Javier menyalakan saklar lampu dengan tangannya, lalu menyudutkan Chloe di salah satu dinding. Walau mereka telah melakukan ritual ini berulang kali, bahkan ketika keduanya di Roma kemarin, tampaknya satu sama lain telah menjadi candu.

Chloe mulai melonggarkan dasi milik Javier dan melepasnya. Namun ia tidak berhasil melepas jas Javier karena pria itu menahannya.

Keheningan kamar menjadi saksi biksu atas permainan dari hormon adrenalin mereka. Javier tidak memberi celah kepada Chloe, tampaknya malam ini ia ingin memanjakan pasangannya dengan cara istimewanya. Nafas Chloe tercekat, dengan gusar ia seolah teringat sesuatu. Ia mencoba membalikkan permainan dan memanjakan Javier. Tanpa diperintah, Chloe tahu apa yang paling disukai pria itu.

Menit selanjutnya, Javier memang berhasil dimenangkan oleh Chloe. Kepuasan inilah yang selalu ditunggu oleh pria tua ini ketika bercinta.

Baiklah, dia hanya pria normal biasa yang masih butuh kehangatan di atas ranjang walau usianya sudah bertambah banyak. Ia tidak pernah merasakan definisi kenikmatan yang diinginkannya ketika bersama wanita lain. Walau mereka telah dibayar mahal sekalipun oleh pria ini, namun Javier masih kesal karena kepuasan yang diinginkannya tidak tercapai. Ia harus membunuh mereka jika itu memang perlu dilakukannya, apalagi jika salah satu diantara mereka mengaku hamil karena dirinya.

Chloe adalah wanita yang berbeda. Ia dapat memberikan apa yang dibutuhkan oleh tubuh Javier. Ia tidak perlu mencari kemanapun lagi, karena Chloe adalah jawaban dari ketidakpuasannya selama ini. Baginya, sentuhan Chloe adalah magnet.

Javier masih berada pada kenikmatannya, dan itu merupakan moment yang ditunggu oleh Chloe saat ini. Lebih tepatnya membuat Javier lengah. Tanpa menghentikan ritualnya pada Javier, ia dengan cekatan meraih tas yang memang tidak jauh dari tempatnya. Ia mengeluarkan sebuah benda bernama pistol yang sepertinya sudah ia persiapkan. Namun sayang, gerakannya terbaca oleh Javier. Pria itu mencekal tangannya..

"Apa itu Chloe?"

Suara serak Javier menguasai keheningan di antara permainan mereka. Ia bertanya dengan tatapan yang dingin dan tajam. Chloe belum pernah melihat tatapan itu sebelumnya. Sebuah tatapan yang sangat mengintimidasi lawan bicaranya.

"Aku tanya, apa yang kau lakukan!"

"Lepaskan aku, Javier. Sakit!"

Chloe merintih kesakitan. Sontak tubuhnya dipaksa berdiri dari posisinya semula dan sepasang mata tengah menyudutkannya. Javier memutar tangan Chloe dengan erat, hingga membuat pistol tersebut mengeluarkan pelurunya di udara sebelum akhirnya terlempar begitu saja di atas lantai.

Kau ingin membunuhku?"

Chloe tidak langsung menjawabnya. Ia meringis kesakitan karena ulah Javier sekarang. Sungguh sial baginya, rencananya gagal dengan sia-sia. Ia pikir dapat mengelabui Javier dengan memanjakannya, rencana untuk membunuh pria itu akan berjalan lancar. Oh sungguh sial. Mungkin seharusnya ia meminumkan racun terlebih dahulu ke minuman Javier? Itu mungkin ide yang lebih baik, namun kenyataannya sekarang, Chloe tidak berdaya. Ia tertangkap basah oleh Javier.

"Jawab!"

Javier menarik rambut Chloe, sehingga wajahnya kini tertengadah ke atas.

"Ya, aku ingin membunuhmu," ucap Chloe mendesis, tidak kalah sengit dengan Javier yang kini sangat mengintimidasinya.

“Damn you! Dasar wanita jalang! Aku mencintaimu tapi apa yang kau balas?!"

Tubuh Chloe makin terpojok ke dinding di belakangnya dengan tekanan yang begitu kuat dari Javier.

"Cinta? Cih, aku sangat muak bahkan ketika melihatmu."

Chloe membuang mukanya dan menatap pada sebuah dinding yang disulap menjadi kaca yang sangat besar dengan menampilkan pemandangan malam kota Manhattan yang ramai dan indah.

Di saat Chloe lengah itulah, tangan Javier yang gesit meraih sesuatu dari saku dalam jasnya dan menyalakan mode on pada mini voice recordernya. Ia membuat rekaman atas pembicaraan dengan Chloe.

"Jadi benar yang dikatakan Leo, kau hanya memperdayaku."

Javier tersenyum tipis walau Chloe tidak melihatnya.

"Aku tidak masalah dengan kau menggelapkan uang perusahaan, aku bahkan bisa memberi lebih jika memang yang kau butuhkan adalah uang. Aku bisa menikahimu dan seluruh hartaku adalah milikmu."

"Menikah katamu?" Chloe mencibir. "Apa kau tahu, menikah denganmu tidak akan bisa mengembalikan jiwa yang telah mati, Javier."

Sesaat waktu terdiam. Javier tampaknya menunggu Chloe melanjutkan kembali penjelasannya, tanpa berniat melepaskan cengkeramannya dari wanita itu.

"Kau masih ingat dengan Alvin?"

Chloe sengaja memberi jeda pada kalimatnya. Seolah ia ingin menata kembali mentalnya yang pernah rapuh beberapa tahun lalu jika mengingat nama itu.

"Alvin Federich adalah kekasihku. Saat itu, kami akan melangsungkan pernikahan seminggu lagi. Namun kau menghancurkan mimpi kami. Kau memanipulasi kematian yang dialami Alvin kala itu, dan kau tahu? Di dalam mobil yang dikendarainya ada kedua orangtuaku bersamanya. Mereka tewas seketika dalam kecelakaan mobil yang sempat menghebohkan beberapa tahun silam. Kau telah membunuh mereka semua, Javier! Kau pembunuh!"

Mata Chloe menatap wajah Javier, namun wajahnya kini berlinang air mata.

"Aku bahkan rela menjadi budak seks-mu, merelakan diriku sebagai wanita one night stand-mu, sampai aku bisa memperdaya dan masuk dalam duniamu. Aku ingin menghancurkanmu, aku ingin kau mati di tanganku!"

Teriakan Chloe begitu emosional. Ia menangis disana. Rasanya begitu sakit ketika mengingat mendiang kekasihnya yang telah lama tewas dan bayang-bayang pelukan kehangatan dari orangtuanya yang kini tidak pernah lagi ia dapatkan sekarang.

"Kau akan menyesal membunuhku, Chloe."

Chloe menghapus kasar air matanya dengan telapak tangannya. Lalu ia terkekeh mendengar perkataan Javier yang lebih mirip lelucon untuknya.

"Menyesal katamu? Aku bahkan akan berpesta setelah kematianmu, Javier!"

Tawa Chloe terdengar parau karena isak tangisnya yang masih tertahan.

"Melakukan seks denganmu adalah suatu hal bodoh dalam diriku. Kau pria yang sangat memuakkan dan apa yang bisa kunikmati dengan usiamu yang sudah tua? Shit, kau pikir aku bahagia denganmu?"

Javier tidak berkata lagi. Ia hanya menatap wanita muda itu. Pembunuhan yang nyaris dilakukannya sekarang adalah sebuah perencanaan dari hidupnya. Ia terlalu bodoh, terperdaya oleh wanita seperti Chloe. Atau mungkin ini adalah balasan dari sikapnya selama ini yang selalu mempermainkan wanita? Cih, bahkan takdir terlalu kejam sekarang. Disaat ia ingin membuka hatinya, ia justru dipermainkan oleh takdirnya sendiri.

"Pergilah."

Javier mulai mengendorkan cengkeramannya dan melepaskan Chloe yang masih emosional.

"Pergilah dari sini. Dan jangan membuatku berubah pikiran untuk membunuhmu. Aku tidak ingin melihatmu lagi."

"Kau adalah pria bodoh yang pernah kutemui, Javier. Kau bukan Javier yang sadis. Cinta telah membutakanmu, namun sayang itu bukan cinta."

Akhirnya tanpa membuang waktu, Chloe membenarkan gaunnya dan bersiap untuk pergi saat itu juga. Ia lupa meninggalkan pistolnya disana, dan seorang pria tua yang mulai percaya akan cinta.

Sepeninggal wanita tersebut, Javier memungut senjata Chloe yang terlempar di balik pintu. Ia meneliti jenis pistol yang digunakan olehnya.

Shit, rupanya Chloe memang ingin membunuhnya. Desert Eagle adalah jenis pistol yang sangat mendunia. Walau jenis pistol tersebut bukan produksinya, namun Javier paham pistol tersebut tidak sembarang orang dapat memilikinya. Cih, bagaimana wanita seperti Chloe mendapatkan jenis pistol itu?

Javier mengeluarkan handphonenya dan menelepon seseorang.

"Leo, aku ingin kau melakukan sesuatu untukku."

Tampaknya Javier sengaja memberi jeda pada kalimatnya. Ia mengambil nafasnya agak panjang, seolah yang diucapkannya begitu berat,

"Chloe baru saja keluar dari penthouseku dan aku ingin kau memantau keberadaannya. Pastikan dia mati dan kirim mayatnya pada Daniel."

Javier segera menutup teleponnya. Tidak ada artinya ia mempertahankan seorang wanita yang telah berkhianat padanya. Jiwanya seakan mati kembali. Sejak dulu ia memang tidak percaya wanita, karena mereka sama, hanya akan menyakitinya. Ia sudah memutuskan untuk mengakhiri semua ini. Biarkan Leonard yang membereskannya, karena jauh dalam lubuk hatinya, ia tak akan mampu membunuh Chloe dengan tangannya sendiri.

Terpopuler

Comments

Hazel Nolasco

Hazel Nolasco

Wah, nggak nyesel deh baca cerita ini, bikin merinding!

2024-01-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!