Negosiasi dengan Leonard Denjiro

"Transaksi senjata api untuk Mr. Jack sudah selesai. Dan ada beberapa kendala untuk penyelundupan heroin ke Itali, tapi sudah kuselesaikan."

Malam itu, Leonard memang baru saja bekerja untuk gengnya. Ia lebih banyak memantau dan terjun langsung jika transaksi dalam bisnis ilegalnya bernilai besar. Ia tidak ingin mengambil resiko dan ingin memastikan semuanya berjalan sesuai prediksinya. Walau kadang ada kendala seperti yang terjadi di Itali, namun dengan sigap ia mampu menyelesaikannya.

"Cih, Itali lagi."

Javier menenggak habis pada wisky yang ia tuang ke dalam gelas. Sementara Leonard sudah merasa cukup dengan gelas pertamanya, ia masih menikmati cerutunya hingga pandangannya tertuju pada obyek yang memang sedang ditunggunya sedari tadi.

Mereka masih berusaha mencari keberadaan Leonard dan tampak bertanya pada salah seorang pelayan hingga seorang wanita yang ia tidak tahu siapa menunjuk ke arahnya. Sementara si wanita liar yang sengaja ia tunggu, berjalan mengekor di belakangnya.

Keduanya berhenti tepat di hadapan Leonard.

"Kau benar-benar lelaki brengsek!"

"Ckckck, siapa mereka Leo? Apa kau menghamili mereka dalam waktu bersamaan huh?"

Javier menyikut lengan Leonard yang masih tenang dengan cerutunya. Ia bahkan tidak bergeming walau seorang wanita telah memakinya tepat di hadapannya.

"Baiklah, kurasa aku harus menemui tamuku disana."

Javier akhirnya memutuskan untuk menemui si dewa judi dari Tiongkok tersebut. Sementara Leonard sengaja mengulur waktu sampai akhirnya baru beranjak berdiri.

"Siapa yang kalian maksud?"

"Tentu saja kau Tuan Leonard yang terhormat!"

Emma, masih memaki Leonard dengan perasaan yang menggebu. Ia berkacak pinggang dan tatapannya berkilat marah. Namun perhatian Leonard justru mengarah pada wanita yang tengah berdiri di belakang Emma.

"Apa kau!" sergah Emma, yang secara refleks, sengaja menghalau pandangan Leonard dengan memposisikan tubuhnya tepat berdiri di antara keduanya. Sekaligus menegaskan bahwa ini adalah tugasnya sebagai manager Shayna.

Leonard menahan tawa aksi konyol di hadapannya itu walau ekspresi wajahnya tetap tidak berubah.

"Kurasa aku tidak ada urusan denganmu. Aku ingin dia yang menyelesaikannya."

Leonard benar-benar menunjuk ke arah Shayna.

"Jadi apa kau datang untuk berlutut dan memohon padaku?"

"Hei, dengar! Kami bisa saja menuntut dirimu dengan tuduhan pencemaran nama baik dan urusan ini menjadi panjang! Kurasa kau melupakan kalau hukum bisa saja mencekik lehermu sendiri, Tuan."

Emma menatap tajam Leonard. Rasa kagum yang menggebu-gebu pada pria tersebut lenyap dalam situasi seperti ini.

"Aku tidak bicara denganmu."

Hanya satu kalimat namun tampaknya Emma semakin emosi. Wajahnya merah padam karena sedari tadi ia harus menahan amarahnya. Shayna menarik lengan Emma dan berusaha menenangkannya. Ia kini berdiri di samping Emma.

"Tuan, kurasa Anda lupa kalau saya juga bisa menuntut Anda dengan tuduhan telah melakukan tindak pelecahan seksual terhadap saya."

"Apa? Dia melecehkanmu?"

Kali ini Emma nampak kaget dan meminta penjelasan dari pernyataan yang baru saja terlontar dari Shayna. Mungkin memang hal itu sebaiknya tidak ia bicarakan, kenapa ia begitu ceroboh dan mengatakannya?

"Apa kau punya bukti?"

Leonard memincingkan kedua matanya dan menghisap cerutunya dalam-dalam.

"Bahkan aku bisa menuduhmu balik karena aku tidak melakukannya. Kau tahu sendiri wanita liar, jika malam itu kaulah yang menggodaku."

"Ap-apa? Tunggu, jadi maksud kalian malam itu kalian bersama? Oh Tuhan!"

Sekali lagi, Emma harus mengetahui kebenaran yang awalnya memang ingin ditutupi oleh Shayna.

"Kau! Kau tidak punya bukti!" Shayna berkilah.

Ia sejujurnya tidak yakin peristiwa apa yang terjadi di antara keduanya. Bagaimana Shayna dan Leonard melewati malam itu namun Shayna masih dalam kondisi normal. Ia tidak merasakan nyeri apapun dan is hanya mendapati dirinya telah berganti dari dress menjadi baju piyama. Hanya itu. Shayna hanya mengingat bahwa malam itu ia tidak melakukan apapun, justru Leonard yang hendak mengambil kesempatan darinya dan menciumnya!

"Kau pikir aku tidak memasang cctv di kamarku?"

Leonard bersikap seolah-olah perkataannya memang benar adanya. Ia hanya senang bisa mengerjai wanita liar di depannya. Shayna pucat, kakinya benar-benar lemas. Ia mengulang kata cctv dalam benaknya.

Sungguhkah ia menjadi liar dan menggoda pria brengsek yang tidak tahu diri ini ketika mabuk? Oh Tuhan, cobaan apalagi ini?

"Baiklah, lalu apa maumu sekarang?" Shayna menghela nafas setelah beberapa menit kemudian.

Ia mencoba berdamai walau hatinya memberontak. Tanpa ia sadari hal itu memancing Leonard yang tenang untuk semakin mengerjai Shayna.

Leonard dapat menangkap bagaimana roman wajah Shayna yang masih menyimpan amarah untuknya walaupun ingin ia sembunyikan. Leo mendekatkan wajahnya dan selang beberapa detik, ia menghembuskan asap cerutunya tepat ke wajah Shayna. Sial.

"Kau!" Shayna sukses dibuatnya terbatuk-batuk.

"Aku memberi pilihan padamu. Kusebarkan video di malam kau menggodaku atau kau mengambil kesempatan untuk bergabung menjadi brand ambassador D&W Diamonds."

Lelaki tersebut mengulas senyum smirknya, yang lebih mirip iblis di mata Shayna dan Emma.

"Apa katamu?" Shayna berusaha menyembunyikan perasaan syoknya.

"Aku tidak suka mengulang, Nona."

Shayna mengepalkan tangannya. Ia tidak suka keduanya. Sekalipun lelaki itu menawari menjadikannya brand ambassador untuk perusahaannya! Itu sama saja masuk ke kandang singa!

"Jadi brand ambassador untuk D&W Diamonds, setelah itu akan kuklarifikasi beritanya dan masalah selesai. Deal?"

Leonard tidak suka berbelit-belit. Ia mengulurkan tangannya kepada Shayna. Menunggu sambutan untuk tawaran yang ia berikan.

Shayna masih bergeming ditempatnya. Tatapannya masih menatap lurus pada manik mata warna biru di hadapannya. Kesan biru yang seharusnya menenangkan pada sebuah manik mata seseorang telah berubah ketika ia menghadapi iblis di depannya yang memiliki warna sama.

"Deal."

Bukan Shayna, namun Emma yang menyambut tangan tersebut. Aku akan mengurus semuanya dan kupastikan semuanya beres.

"Emma?!" pekik Shayna masih tidak percaya dengan keputusan Emma. "Bukankah tadi kau sendiri yang mengatakan ingin membuat perhitungan dengan si pria brengsek ini? Dimana amarahmu!?"

"Hei Shayna, kita tidak bisa melewatkan tawaran emas di depan mata begitu saja. Sudah, percaya padaku. Atau kau ingin video kalian tersebar dan viral?"

Emma masih setengah berbisik pada Shayna, lalu ia kembali menatap Leonard yang beberapa detik selanjutnya lelaki tersebut melepaskan jabatan tangannya.

“Good, kurasa beberapa hari ke depan kita bisa meeting untuk membicarakan kerjasamanya."

"Tentu, Tuan Leonard," jawab Emma dengan antusias.

Kali ini, ia menampilkan wajah yang memandang Leonard dengan penuh kepuasan. Shayna melupakan hal jika managernya ini memang gila. Sangat tidak waras!

Shayna bisa ikut gila jika dalam situasi seperti ini ia berlama-lama disana. Ia memutuskan untuk menyudahi arah pembicaraan yang tidak direncanakan ini. Namun sesuatu terjadi disana. Shayna tidak bisa memastikan apa namanya, namun di central room terjadi kekacauan dan perkelahian. Beberapa pengunjung mulai berhambur mengamankan diri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!