Mr. Chen Minghao

Mr. Chen masih melanjutkan permainan kartunya bersama Roberts. Ini sudah kedua puluh kalinya ia menang, dan tiga kali kalah. Sayangnya, ia harus memenangkan tiga kali permainan lagi jika ingin berhadapan dengan si brengsek Javier. Ia bahkan sudah menahan amarahnya sejak tadi. Tidak, bahkan beberapa tahun lalu. Ia menyimpan dendam lama untuk si Javier saat mereka terlibat judi di Tiongkok, dan Chen Minghao kalah telak dari Javier.

Para penonton yang sengaja berkumpul melingkar di belakang mereka ikut merasakan ketegangan yang terpancar dari permainan yang dilakukan Chen dan Roberts. Mereka sudah mengenal Roberts dengan keahliannya bermain judi, namun malam itu mereka menyaksikan sendiri bahwa kepiawaian seorang Roberts ternyata masih bukan apa-apanya. Ia hampir kalah telak oleh seorang warga Tiongkok yang datang bersama beberapa orang, yah sepertinya adalah anak buahnya.

Lagi-lagi Roberts kalah. Dua kemenangan milik Chen, namun sesuai perjanjian dari Javier, ia harus memenangkan satu kali permainan lagi jika memang ingin bermain dengan Javier. Namun sayang, kedua matanya menangkap sesuatu. Ia kehilangan Javier di tempatnya duduk tadi. Sosok Javier tidak ada dimanapun, sekalipun ia telah menyapu pandangannya ke sekeliling ruangan.

"Sial, dimana si brengsek itu?!"

 Chen menggebrak meja judi hingga kartu dan uang yang berada di atasnya berserakan. Roberts makin geram, ia sudah dipermalukan oleh warga Tiongkok tersebut dan kali ini si pecundang tersebut membuat onar.

"Oh shit! Aku bahkan telah salah meladenimu! Si brengsek Javier memang dari awal cuma mempermainkanku! Arrghh!!!"

Dia memaki dalam bahasa mandarinnya. Lalu menghamburkan semua yang ada di meja, dan situasi berubah menjadi ricuh. Chen benar-benar marah.

Situasi tersebut memicu perseteruan di antara dua kubu. Roberts dan beberapa anak buah Javier yang memang berada di sana terlibat perkelahian dengan anak buah Chen. Mereka berkelahi dengan tangan kosong. Roberts melawan Chen, dan keduanya saling menjatuhkan satu sama lain.

Chen memiliki postur gempal dan sedikit botak, namun ia masih gesit dalam menghindari pukulan lawan. Hingga tubuhnya yang gempal tumbang dalam sekali pukulan yang dilayangkan Leonard.

"Leo!" seru Roberts.

"Ada apa ini?" Leonard masih terlibat perkelahian dengan mereka.

"Javier pergi dan Chen marah!" Roberts melayangkan tinjunya pada sang lawan.

“Shit! Sudah kubilang jangan bermain-main dengan Chen!" Leonard jadi geram.

Akhir-akhir ini Javier memang agak diluar batas kenormalannya. Ia tidak ingin membenarkan bahwa semua yang dialami Javier karena kematian Chloe. Itu terasa menggelikan sekaligus menyedihkan bagi pria tersebut.

Leonard dan Roberts mulai menumbangkan lawan mereka satu persatu. Anak buah Chen menyerang dengan brutal, bahkan ada pengunjung dan pelayan yang menjadi korban.

"Roberts, evakuasi pengunjung ke tempat aman! Pastikan semuanya keluar dari sini!"

Walau tanpa kata, Roberts mengangguk mengerti. Ia segera menghentikan gerakan melawannya dan mengevakuasi para pengunjung ke tempat yang aman. Sekilas perhatian Leonard tertuju pada Shayna dan managernya yang ikut berbaur dengan pengunjung lainnya untuk dievakuasi ke tempat yang aman.

Tanpa membuang waktu, Leonard segera menyelesaikan perkelahiannya dengan cepat. Ia memelintir tangan lawannya dan mendorongnya hingga meringis kesakitan dan tersungkur membentur meja.

Shayna melihat kekacauan yang terjadi. Seketika perhatiannya tertuju pada Leonard yang tengah ikut dalam perkelahian tersebut. Alih-alih demikian, rupanya ada seseorang yang hendak memukul Leonard dengan sebuah kursi lipat. Tanpa pikir panjang Shayna menarik diri dari proses evakuasi tersebut dan berlari menghampiri Leonard.

Dalam hitungan detik, Shayna memukul kepala orang tersebut dengan tasnya. Seketika sang lawan membalikkan badannya dan hendak menyerang Shayna. Namun sesuatu membuatnya tercengang, Shayna melakukan pembelaan diri. Ia memukul lawannya dengan tangan kosong dan menendangnya. Aksi yang dilakukan Shayna bukan semata-mata sebagai gerakan refleks, namun wanita tersebut memang pernah belajar beladiri.

Leonard yang menyadari akan hal itu, segera melumpuhkan anak buah Chen seketika.

“Pergilah, ini bukan tempatmu."

"Setidaknya kau bilang terima kasih, Tuan."

Itu adalah obrolan singkat yang terjadi di antara keduanya sementara mereka masih fokus dengan lawan masing-masing. Hingga ada anak buah Chen yang mengeluarkan pisau dan hendak menyerang ke arah Shayna. Sayangnya wanita tersebut sedang terlibat perkelahian dengan lawannya yang lain. Leonard yang menyadarinya, segera bergerak dan melumpuhkan orang tersebut. Sialnya, pisau tersebut sempat mengenai lengannya.

Shayna tercengang tidak percaya. Ia melihat sendiri bagaimana seorang Leonard tiba-tiba melindungi dirinya. Orang itu tumbang dalam sekali pukulan. Sebagai gantinya, Leonard menancapkan pisau yang sempat menggores lengannya ke atas punggung orang tersebut yang saat ini posisinya tengah berada di bawahnya. Darah segar muncrat begitu saja darisana.

Untuk kedua kalinya, Shayna ternganga dan menutup mulutnya. Ia memang bisa beladiri, lebih tepatnya karate, namun untuk menyaksikan sendiri bagaimana darah segar muncrat keluar begitu saja dari tubuh seseorang, sungguh, ini pengalaman baru untuknya.

Chen beranjak dari tempatnya dan mulai memberikan penyerangan, ia mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya ke arah Leonard dan beberapa titik dimana anak buah Javier berdiri. Leonard menyadari adanya suara tembakan yang mengudara, ia mengeluarkan senjata apinya sebagai upaya perlindungan diri dan membunuh lawan mereka yang sudah diberi belas kasihan. Sebenarnya Leonard dan anak buahnya bisa saja mengeluarkan senjata api sedari tadi, namun itu bukan prinsipnya, apalagi ini adalah tempat usaha milik Javier.

Namun jika lawan sudah mengeluarkan senjata api, maka pilihan terakhir melawan mereka dengan senjata yang sama pula. Beberapa anak buah Chen tewas seketika, begitu pula dengan anak buah Leonard. Suasana semakin panas. Roberts dan sebagian anak buah Leonard sudah pergi untuk mengevakuasi para pengunjung ke tempat yang aman, termasuk yang berada di lantai bawah.

Leonard masih berada di ruangan yang sama. Chen melepaskan pelurunya ke arah Leonard, namun ia mampu menghindar. Sebagai gantinya, ia menyerang lawan dengan satu peluru yang tepat mengenai kakinya. Chen lumpuh. Namun ia masih bertahan. Tangannya masih memegang senjata, ia berlindung di balik tiang dinding yang berada di sisi ruangan dan mengamati situasi.

Ia mengeluarkan rakitan bom waktu yang berukuran kecil dari dalam tasnya yang tergeletak tidak jauh dari tempat persembunyiannya. Ia menyalakan waktu mundur dan berencana untuk melakukan pemusnahan pada bangunan tersebut, beserta orang-orangnya tak bersisa. Sementara anak buahnya sudah mulai menipis. Mereka tergeletak tak bernyawa di sekitarnya karena tembakan senjata api. Petaka baginya telah menyulut api di kandang naga. Ia telah selesai dengan rakitannya dan hendak menyerang kembali dengan melesatkan tembakannya, namun sebuah peluru berhasil melumpuhkan tangan kanannya. Senjatanya terlepas hingga beberapa meter dari kuasanya. Leonard keluar dari persembunyiannya dengan langkah yang cepat.

Ia melepaskan pelurunya ke arah Chen. Di luar perkiraan Leonard, rupanya Chen memiliki gerakan yang gesit dengan tubuhnya yang gempal. Ia menghindari setiap peluru yang dilepaskan Leonard, walau akhirnya ada satu peluru yang mengenai kembali tangannya, namun Chen tetap bertahan. Ia menuju ke arah balkon, dan melarikan diri dari sana dalam posisi ketinggian 3 lantai.

"Brengsek! Apa kau pikir bisa kabur!"

"Hahahah, musnahlah kalian semua! Aku sudah memasang bom waktu! Dalam 5 menit dari sekarang, bom itu akan meledak!!"

Chen berbaik hati memperingatkan, lalu ia benar-benar kabur dengan menuruni setiap celah dari instruktur bangunan tersebut hingga dirinya dapat mencapai lantai dasar.

“Damn it!"

Leonard tahu mengumpat tidak akan memperpanjang waktu ledakan bom. Ia menghubungi Roberts dan memastikan bahwa semua pengunjung telah dievakuasi ke tempat aman.

Sementara Shayna mendengar perkataan orang Tionghoa tersebut, secara spontan bergegas mencari keberadaan bom yang dikatakan oleh Chen. Ia sendiri masih belum paham apa yang sebenarnya telah terjadi dan bagaimana bisa dirinya masih berada disini, bukan bersama Emma dan pengunjung lainnya. Mungkin dirinya sudah gila, terlibat terlalu jauh.

Tidak ada pilihan yang bagus, kabur menghindari bom mungkin bisa saja, tapi kali ini ia ingin mencari dan menghentikannya.

"Apa yang kau lakukan heh?" Leonard mencengkeram lengan Shayna sehingga pergerakannya terhenti.

"Aku mencari bom itu! Kita harus menghentikannya! Kau tahu kan caranya menghentikan bomnya!"

Tanpa kata, Leonard segera menarik tangan Shayna dan membawanya lari menuju balkon. Rupanya beberapa orang dari pihak Leonard telah melakukan hal serupa; mengikuti apa yang dilakukan oleh Chen sebelumnya. Mereka bergegas kabur dari bangunan 3 lantai itu.

Satu hal lagi yang belum pernah dilakukan oleh Shayna, malam itu ia melakukannya entah keberanian darimana. Ia benar-benar turun dari balkon menuju lantai dasar. Dan tepat hanya berkisar beberapa meter dari letak konstruksi bangunan, terjadi ledakan besar. Tubuh Leonard dan Shayna terhempas dari jarak sebelumnya hingga ke posisi tengkurap. Seketika bangunan usaha milik Javier benar-benar terlahap api.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!