Bella vs Shayna

"Apa ini?"

Seorang wanita dengan tinggi badan 170 cm, berambut pirang sebahu dan bertubuh langsing bak model baru saja melempar berkas di atas meja kerja Leonard. Baiklah, dia memang seorang model untuk D&W Diamonds selama beberapa tahun terakhir sekaligus menjadi brand ambassador untuk label diamonds tersebut.

"Maaf Tuan, kami sudah mencegahnya masuk, namun Nona Bella-"

Kalimat penjelasan dari Willy terputus, begitu Leonard menghentikannya dengan isyarat telapak tangannya, seolah hafal dengan perangai Bella.

Beberapa saat setelahnya, Willy keluar dan menutup pintu ruangan kembali. Bella masih berdiri di tempat sama dengan nafasnya yang tidak teratur karena menahan emosi.

"Kali ini apa?"

"Apa maksudmu kali ini apa?"

Ia mendengus kasar dan memutar bola matanya ke atas.

"Kau tidak bisa seenaknya saja memutus kontrak kerjasama kita! Aku masih resmi menjadi brand ambassador -mu!”

Suara isak tangis tertahan yang bercampur dengan rasa kekecewaan dan amarah kini menjadi satu. Bella masih menatap pria di hadapannya dengan mata yang sudah berlinang.

"Aku pikir hubungan kita baik-baik saja, lalu kenapa tiba-tiba ada skandal kalau kau kekasih Shayna dan dia menjadi BA-mu! Tcih. Apa itu benar? Sungguh tidak masuk akal!"

Kali ini Bella melipat kedua tangannya dan menunggu respon dari pria yang masih sibuk dengan pekerjaannya, seolah acuh dengan apa yang disampaikannya barusan. Butuh beberapa menit sampai akhirnya Leonard beranjak dari tempatnya, dan menatap kembali mata sayu di hadapannya.

“Lalu apa maumu?

"Apa?" Alis Bella makin berkenyit.

“Selain pekerjaan, kita tidak pernah saling mengikat untuk sebuah hubungan. Kau adalah artisku, bukan sepasang kekasih. Not more."

Leonard membungkukkan sedikit badannya untuk menatap Bella. Kedua mata birunya mengintimidasinya dan sangat egois.

“Shit, aku bahkan tidak percaya ini. Kau membuangku?"

Tepat disaat itulah, pintu kembali diketuk dan Willy muncul dari sana.

"Maaf mengganggu Tuan, tapi ini sudah waktunya meeting dengan para pemegang saham," terang Willy dengan menundukkan kepalanya.

"Kau akan meninggalkanku?" tanya Bella kemudian, sesaat setelah Willy telah keluar dari ruangan dan pintu kembali tertutup.

"Kurasa pembicaraan kita telah selesai."

Leonard mulai beranjak meninggalkan wanita tersebut, namun Bella dalam satu gerakan menahan lengannya dan menciumnya.

Bella memang salah satu artisnya, walau beberapa kali mereka berciuman, namun Leonard tidak pernah merasakan hal apapun, sekalipun Bella berusaha memperdalam ciumannya. Seperti kali ini.

Seketika ia teringat sosok Shayna. Dan ajaibnya karena itulah tiba-tiba Leonard merasa jijik bagaimana Bella memperlakukannya.

Leonard mendorong tubuh Bella dengan cukup keras hingga wanita tersebut membentur dinding di belakangnya. Rambut pendek sebahunya teracak tidak beraturan. Wajahnya yang syok dan siap menangis itu tetap tak mampu menyurutkan niat Leonard untuk melenggang pergi.

"Kau tidak bisa membuangku seperti ini, Leon!"

teriak Bella hampir putus asa.

"Leon! Leoon!!"

Leonard tetap melenggang pergi, kepalanya bahkan sangat pening mendengar teriakan wanita tersebut di telinganya. Langkahnya menuju ke ruang rapat yang berada tidak jauh dari ruangannya. Seperti yang dikatakan oleh Willy sebelumnya, rapat hari itu adalah rapat dengan para pemegang saham D&W Diamonds.

Seharusnya itu adalah salah satu rapat penting, namun di tengah-tengah jalannya rapat, Leonard kembali kehilangan konsentrasinya.

Ia tidak tahu bagaimana tiba-tiba wajah Shayna membayang dalam benaknya. Ciuman Bella membuatnya sadar bagaimana perasaannya begitu berbeda ketika ia melakukannya dengan Shayna. Ia suka tantangan, karena di saat itulah adrenalinnya meningkat. Namun satu hal yang aneh, hanya dengan memikirkan Shayna saja, ia sudah merasakan adrenalinnya meningkat.

"Itu ciuman pertamaku!"

Oh, sial. Kalimat itu sangat mengganggunya sekarang. Ia tidak pernah percaya seusia Shayna belum pernah melakukan hal itu sebelumnya. Oh sial, dia sudah mulai gila!

⁕ ⁕ ⁕

Hari masih sore, dan udara mulai terasa sejuk. Jalanan kota New York tetap ramai karena itu adalah jam sibuk dimana orang kantor baru selesai bekerja. Sore itu, Shayna baru saja keluar dari studio rekaman. Proses rekaman untuk single keduanya di album keduanya tiba-tiba semuanya berjalan lancar, bahkan sangat lancar. Setelah insiden skandalnya dengan pria misterius beberapa waktu lalu, jadwalnya sudah kembali normal. Bahkan saat ini Emma tengah sibuk memilah-milih beberapa tawaran iklan yang masuk semenjak klarifikasi yang dilakukan oleh Leonard.

Yah, pria tersebut benar-benar melakukannya. Baiklah, sesungguhnya klarifikasi yang dilakukan oleh Leonard sangat tidak membantu, justru memperburuk. Lelaki tersebut bahkan mengaku bahwa dirinya menjadi korban tamparan yang dilakukan oleh Shayna, dan alasan yang diberikan oleh Leonard sungguh sangat gila dan tidak masuk akal sama sekali.

Leonard menjelaskan jika mereka tengah bertengkar, hingga Shayna menamparnya dengan suatu alasan. Pertengkaran sepasang kekasih.

Baiklah, itu sangat menggelikan. Sejak kapan dirinya dan Leonard menjadi sepasang kekasih? Ini bahkan terlalu gila untuk dijadikan lelucon! Satu hal lagi, bergabungnya Shayna di perusahaan DW Diamonds menjadi brand ambassadornya telah membuat namanya menjadi trending dan track lagunya di chart Billboard melonjak naik dari posisi yang sempat anjlok! Ini fantastis sekaligus konyol.

Beberapa hari Shayna merasa frustasi, karena banyaknya paparazi yang selalu mengintainya. Mereka benar-benar haus info tentang dirinya dan hubungannya dengan pria aneh bernama Leonard. Tidak ada yang bisa Shayna katakan selain diam dan menghindar, karena memang tidak ada yang perlu dijelaskan dari hubungan mereka. Karena seringnya mendapat pertanyaan itulah, Shayna akhirnya berpikir, apakah selama ini mereka memang punya hubungan dekat? Tidak sama sekali. Hubungan mereka bermula dari sebuah ketidaksengajaan. Dan itu bukan hal yang harus dibanggakan apalagi diceritakan.

Shayna harus kembali pada kenyataan. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, ia telah terlibat kontrak dengan pihak D&W Diamonds. Emma benar-benar telah mengurus semuanya dengan rapih dan cepat. Padahal untuk menjadi artis dari D&W Diamonds sangatlah ketat. Apalagi menjadi Brand Ambassadornya, biasanya mereka harus menjalani audisi yang sulit dan panjang. Namun yang terjadi pada Shayna, ia mendapat tawaran langsung dari sang pimpinan. Shayna sesungguhnya tidak ingin terlibat jauh lagi dengan pria itu, namun sebaliknya, ia justru masuk ke dalam kandang singa dan sekaligus meningkatkan intensitas pertemuan mereka.

Hari itu Shayna kembali menginjakkan kakinya ke gedung D&W Diamonds dengan perasaan yang sangat campur aduk. Ia telah memakai masker, kacamata hitam dan topi. Percayalah, saat ini dirinya bahkan tampak lebih dari seorang penjahat, dibandingkan sebagai seorang public figure.

Ia masuk ke dalam sebuah ruangan yang begitu luas di lantai 22 dari 30 lantai yang ada. Disana setiap kursi hampir terisi penuh, hanya ada beberapa yang masih kosong. Shayna dan Emma menempati kursi di bagian sisi kiri, menghadap langsung dinding kaca yang ada di di depannya.

Beberapa orang di ruangan tersebut nyaris menatapnya heran, barulah ketika Shayna melepas setiap atribut penyamarannya, hampir kata oohh keluar dari mulut mereka masing-masing. Berikutnya disusul dengan suara sumbang yang gaduh memenuhi ruangan, namun Shayna yakin suara sumbang tersebut tengah membicarakan dirinya, dan yeah, Leonard.

Dari awal aku tidak setuju akan hal ini, Emma. Suara Shayna berbisik tepat di telinga kiri managernya tersebut. Saat itu Emma tengah menajamkan indera pendengarannya demi menangkap suara sumbang tadi. Sialnya, mereka benar-benar membicarakan Shayna dengan sangat tidak pantas.

Emosi Emma makin tersulut. Ia beranjak dari tempatnya dan menimbulkan suara gaduh dari kursinya. Ia ingin sekali mengumpat.

Pandangannya menatap ke sekeliling dalam diam dan nafas yang naik turun. Shayna masih menatap Emma yang kini berdiri menjulang di depannya. Belum sempat Emma mengatakan sepatah katapun, seseorang masuk dan mendominasi suasana.

Sosok Leonard dengan pembawaan tenang dan aura membunuh masih terasa kental dalam memori Shayna. Sosok pria tersebut kini berdiri di depan ruangan dan setiap anggota rapat membungkukkan badannya dengan hormat.

Pria tersebut melontarkan beberapa kalimat pembukanya. Shayna baru menyadari jika dalam memimpin rapat sekalipun, seorang Leonard tidak membutuhkan basa basi. Aura mencekam langsung begitu terasa. Leher Shayna merasa tercekik karena aura yang diciptakan oleh Leonard dalam posisi rapat itu. Hingga tepat dirinya disebut sebagai brand ambassador untuk perusahaan berliannya, Shayna beranjak dan membungkukkan badannya dengan sopan sebagai perkenalannya.

Leonard masih menatap wanita tersebut, walau tatapan tersebut tidak terbalas oleh sang empu. Di rapat sebelumnya dengan para pemegang saham, dirinya merasa kacau karena bayang-bayang wanita liar ini begitu kuat menguasai akal sehatnya. Ia bahkan masih ingat bagaimana sensasi berciuman dengan wanita itu walau telah berganti hari. Itu memang bukan kali pertamanya, dan bukan juga pertama kalinya ia lakukan dengan Shayna, namun di hari itulah, ia merasa tidak mengenal dirinya. Gila, sangat gila memang wanita bernama Shayna itu terhadap dirinya.

Ia kembali melanjutkan point penting dalam rapat tersebut yang akan dilakukan oleh bagian tim divisi strategi perencanaan promosi.

"Terimakasih kepada Tuan Leonard yang telah bersedia datang pada rapat kali ini."

Seorang wanita dengan tubuh agak berisi kembali memberi hormat dengan membungkukkan setengah badannya.

"Saya akan menerangkan bagaimana progress untuk Project Natal kita sebelumnya. Sebenarnya ini sudah pernah saya sampaikan di awal, namun karena ada pergantian model artis untuk project tahun ini, saya ingin menyampaikan sekali lagi, bahwa tahun ini pun kita akan membuat promosi yang ditujukan kepada sepasang kekasih. Produk sudah 60% hampir jadi. Dan sesi pemotretan untuk perencanaan promosi akan dilakukan secepatnya, target bulan depan telah siap."

Wanita itu tengah mempresentasikannya di depan.

"Apakah ada masukan?

Hampir seluruh anggota rapat terdiam, rata-rata mereka fokus pada produk yang ditampilkan di layar monitor. Produk tersebut adalah sebuah cincin yang sangat indah dengan berlian putih yang melingkar di sekelilingnya dan berlian hitam yang mendominasi di tengah. Simpel dan elegant. Sesaat Shayna pun terpesona dengan produk berlian itu.

“Terutama kepada Anda, Nona Shayna," lanjut wanita itu lagi.

Refleks, perhatian teralihkan padanya.

"Apakah ada masukan atau mungkin pertanyaan dari project ini?"

Nada kalimatnya sangat tegas dan terkesan mengintimidasinya. Tapi Shayna tidak ambil pusing.

“Project berliannya sangat indah." Shayna membuka kalimat pertamanya.

"Tapi apakah tidak terlalu klise dan monoton jika project Natal ini dikhususkan kepada sepasang kekasih?"

Kalimat pembuka itu sukses membuat suasana rapat mulai gaduh. Namun Leonard berhasil menguasai agar suasana kembali tenang dan terkendalikan.

Shayna melanjutkannya lagi,

"Saya hanya berpikir bagaimana jika project ini lebih dikhususkan sebagai rasa terima kasih dan perasaan cinta kepada sang Ibu? Karena menurut saya, Natal itu tidak hanya tentang keromantisan sepasang kekasih. Justru di Natal inilah, seharusnya orang-orang juga lebih memaknai kelahiran Yesus dari Bunda Maria kan. Bagaimana perjuangannya melahirkan dan membesarkan di masa-masa sulit itu. Apalagi setelah melihat bahwa project kali ini adalah cincin. Cincin yang berbentuk lingkaran melambangkan cinta yang tidak berujung dan selalu abadi, layaknya cinta tulus yang diberikan ibu kepada anaknya."

Suasana masih hening namun Shayna tahu mereka seolah tengah menunggu kelanjutan penjelasannya.

"Maka, bukankah bagus jika pada Natal kali ini setiap anak berlomba-lomba mengungkapkan rasa cinta mereka kepada ibu mereka masing-masing? Saya rasa ini lebih menarik.”

Kali ini suasana terlalu hening untuk disebut rapat.

"Apa jaminanmu?"

"Apa?"

"Kau tahu kan, project ini lebih penting dibandingkan dengan harga dirimu sendiri. Lalu bagaimana kau bisa yakin jika ide yang kau utarakan tadi akan berhasil?"

"Saya tidak mengatakan jika ide yang saya utarakan tadi akan berhasil, Tuan Leonard."

Shayna geram karena ia merasa direndahkan hanya dengan sebaris kalimat dari Leonard.

"Saya hanya mengutarakan pendapat saya saja, karena bagi saya cinta sepasang kekasih untuk diangkat menjadi Project Natal D&W Diamonds terlalu klise dan monoton, dan itu kurang sesuai dengan identitas D&W Diamonds."

Oh Tuhan, matilah Shayna. Emma sudah menepuk jidatnya sedari tadi. Seharusnya ia lebih dapat mengontrol Shayna di saat seperti ini. Namun sepertinya sudah terlambat. Alih-alih demikian, ia mencoba melihat reaksi dari setiap anggota rapat yang hadir. Seperti yang ia duga, suasana makin memanas saja melihat usulan dari Shayna yang memang agak unik tersebut.

"Maaf Nona Shayna, tapi kita tidak mungkin mengubah hal itu. Waktu yang tersisa sangatlah sedikit, dan-"

Suara dari Divisi Perencanaan sangat tidak setuju dengan ide gila Shayna yang tidak masuk akal.

"Apa yang perlu kau ubah lagi untuk membuat project ini sempurna, Nona Shayna?"

Suara Leonard mendominasi lagi, sehingga bagian divisi perencanaan promosi terdiam seketika.

"Produknya sudah cukup bagus dengan berlian putih bening di sisi kanan kirinya yang melingkar menyerupai mahkota. Namun berlian hitam yang ada di tengahnya, alangkah baiknya jika diganti dengan berlian berwarna biru. Seperti yang kita tahu, selain warna ini juga menjadi primadona bagi siapapun, warna biru sendiri melambangkan kedamaian dan ketenangan. Sangat identik dengan suasana Natal yang memberi kedamaian bagi setiap orang.”

Suasana makin gaduh. Leonard masih sibuk dengan pemikirannya sendiri. Ia tidak sepenuhnya menyetujui ataupun menolak ide yang diberikan oleh Shayna. Ia hanya merasa terkejut dan tidak pernah terlintas sama sekali untuk membuat project Natal yang ditujukan kepada seorang ibu.

Ibu?

Ah sungguh, bahkan Leonard nyaris lupa bagaimana kasih sayang seorang ibu kepadanya.

"Lakukan apa yang dia utarakan tadi. Kita masih bisa mengejar sisa waktu yang ada. Rapat hari ini selesai."

"Selesai?" Semua orang bertatapan satu sama lain.

Shayna bahkan nyaris tidak percaya jika idenya diterima. Leonard sudah melenggang pergi keluar dari ruangan, menyisakan suara gaduh yang riuh rendah di dalamnya. Beberapa ada yang menghujat Shayna dan menunjukkan sikap iri mereka, namun dengan sigap Emma segera menarik tangan Shayna untuk pergi dari tempat tersebut.

Tepat di luar pintu ruang rapat, tubuhnya menabrak seseorang hingga kacamata hitam yang dipakainya terjatuh. Refleks, ia membungkukkan badannya seraya meminta maaf.

"Ternyata kau-dasar wanita rubah."

Shayna yakin itu bukanlah kalimat pujian. Ia kini harus mendongakkan sedikit wajahnya untuk melihat siapa yang menabraknya. Seorang wanita cantik dengan rambut sebahunya tengah melipatkan kedua tangannya di depan dada.

Sekilas Shayna teringat akan suatu kejadian yang membuatnya merasa pernah bertemu dengan wanita tersebut sebelumnya.

Wanita tersebut tersenyum sinis, seraya menginjakkan kakinya pada kacamata Shayna yang tergeletak di lantai hingga tak berbentuk.

Wajahnya agak sedikit dicondongkan pada Shayna, lalu meneliti setiap detail pada wanita di depannya dari atas hingga bawah.

"Aku tidak percaya bagaimana wanita dengan kelas rendah sepertimu bisa membuat Leonard teetarik? Apa yang kau lakukan padanya heh?"

Nada bicara itulah yang akhirnya membantu Shayna merangkai puzzle ingatannya. Oh astaga, dia adalah wanita yang telah menyiramnya saat berada di club bersama Leonard beberapa waktu lalu.

Oh Tuhan, dan sekarang dia dipanggil rubah?

"Maaf Nona, sepertinya Anda salah orang."

Emma menghentikan aksi bullying tersebut dan hendak mengajak Shayna untuk segera pergi dari tempat itu, namun dicegah Bella.

"Cih, bagaimana aku bisa salah dengan orang yang telah menggantikan posisiku!"

Emosi Bella memuncak. Lalu dalam sekali gerakan, ia menampar pipi Shayna dengan tamparan yang cukup keras.

" Itu adalah balasan untuk orang sepertimu!"

Bella berlalu setelah membuat Shayna merasa dipermainkan. Ia dengan sengaja menabrakkan bahu mereka sebelum akhirnya melenggang pergi.

"Pantas saja selama ini DW Diamonds tidak berkembang. Artisnya saja rendah begitu."

Emma mencibir secara spontan, seketika Shayna menepuk pundaknya. Isyarat itulah yang membuat Emma akhirnya mencoba berdamai dengan situasi tadi.

Kini hanya tinggal Shayna dan Emma yang menjadi pusat perhatian di sana. Pandangan Shayna tertunduk; pikirannya makin kacau, apakah sudah benar ia berada disini?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!