Aksi Gila Leonard!

Malam itu, udara mulai sejuk di penghujung musim panas. Namun kobaran api di belakang Leonard dan Shayna cukup memberikan efek panas pada tubuh mereka. Jarak keduanya tidak bisa dikatakan dekat, namun juga tidak begitu jauh dari letak kejadian. Kini, keduanya sudah berdiri dari posisi sebelumnya dan Leonard tampak sibuk dengan ponselnya.

“Roberts, apa semua aman?"

"Leo! Astaga, kupikir kau mati! Aku dan yang lain aman. Dia benar-benar tidak main-main."

Leonard mengangguk setuju, walau anggukan tersebut nyaris tidak terlihat. Ia tahu ditempat lain, Roberts juga tengah menatap kobaran api yang menyala hebat.

"Sial, dimana Javier? Sudah kubilang jangan main-main dengan Chen!"

"Javier sedang menuju ke Hawaii dengan jet pribadinya. Biar aku yang urus sisanya, Leo."

"Apa katamu? Hawaii??"

Leonard nyaris menggeram kesal, ia belum memastikan urusan penting apa yang bisa membuat Javier akhirnya meninggalkan dan menyepelekan kehadiran Chen. Baiklah, itu urusan nanti.

"Sial, bukankah itu Chen? Roberts, nanti aku hubungi lagi."

Leonard menutup teleponnya. Ia melihat Chen tengah berjalan tertatih penuh luka tembak menuju sebuah mobil hitam. Dua orang berjas hitam keluar dari mobil tersebut dan membantu Chen untuk masuk ke dalam mobil. Rupanya dia belum kabur. Leonard menyunggingkan senyumya.

Sementara Shayna masih bergeming menatap bangunan yang terbakar di hadapannya. Efek terkejutnya belum mereda, tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang. Oh Tuhan, apalagi ini?

Leonard kembali menarik tangannya dan membawanya lari. Kali ini ia memerintahkannya untuk masuk ke dalam mobil.

"Hei, apa sekarang kau sedang menculikku?!" protes Shayna memekik di dalam mobil.

Namun Leonard telah melajukan kendaraannya, dan tengah mengejar sebuah mobil di depannya.

Baiklah, kita lihat kegilaan apa yang akan ditunjukkan Leonard padanya. Shayna merasa hidupnya sudah kacau sekarang. Hingga tiba-tiba perhatiannya teralihkan pada luka yang dialami oleh Leonard. Seketika ia teringat insiden sebelumnya. Si brengsek ini benar-benar terluka!

Shayna kini menutup mulutnya karena cukup tercengang.

"Astaga, kau terluka! Bagaimana bisa kau bertahan selama itu dengan luka di lenganmu?!"

Kali ini Shayna lebih mirip ibunya yang mengkhawatirkan luka anaknya ketika jatuh dari sepeda.

Baiklah, walau Shayna membenci pria ini, bagaimanapun juga dia merasa tetap bersalah.

“Hei, bisakah kau diam?"

Hanya itu yang terlontar dari Leonard. Ia bahkan tidak menatap Shayna sedetikpun. Kedua matanya tetap fokus pada target yang ia kejar.

Shayna makin kesal. Percuma ia tadi mengkhawatirkan pria ini!

Target mobil yang dikejar Leonard makin jauh dari hadapannya. Bagi Leonard, ini makin menarik. Ia menambah kecepatannya dan tanpa pikir panjang menyusul mobil tersebut dengan menyelinap ke setiap celah di antara banyaknya kendaraan yang lalu lalang. Lalu lintas tidak begitu ramai, namun cukup padat pada beberapa titik jalan.

"Oh!"

Itu adalah pekikan Shayna tepat ketika Leonard membanting kemudi mobilnya ke kiri dengan kasar.

"Hei, cukup! Kau bisa membuatku mati! Cepat turunkan aku! Bisa-bisanya aku terlibat sejauh ini padahal aku tidak ingin berurusan lagi denganmu!"

Sekali lagi, cicitan Shayna tidak digubris oleh Leonard. Pria tersebut benar-benar tidak memperdulikan apapun yang dikatakan oleh Shayna, sepatah katapun.

Sebaliknya, Leonard menurunkan kaca mobil di sampingnya dan ia sedikit menjulurkan badannya keluar. Dalam posisi yang membahayakan itulah, ia mengemudikan dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya beraksi dengan melepaskan peluru dari pistol yang ia gunakan.

Peluru pertama mampu menembus kaca belakang mobil target hingga pecah. Selanjutnya peluru kedua berhasil mengenai ban mobil belakang sebelah kanan. Laju mobil tidak terkendali dan itu adalah kesempatan Leonard untuk melepaskan pelurunya lagi.

Ketika Leonard mulai asyik dengan permainannya, Shayna justru terlalu tegang dengan situasi ini. Baginya ini adalah pengalaman ketiga Shayna dalam waktu satu malam. Ia memang pernah menonton film action, namun ia tidak mengira jika posisi situasi seperti ini akan ia alami sendiri tanpa harus ia minta.

Ia juga sedang tidak terlibat pembuatan video klip dalam sebuah lagunya, atau sedang bermain akting dalam sebuah film, namun ini kenyataan.

Artinya bisa saja detik selanjutnya nyawanya yang menjadi taruhannya. Tidak ada stuntman!

Oh Tuhan! Tolong hentikan ini!! Shayna berpegangan pada sabuk pengamannya, berharap semua itu dapat mengurangi ketegangannya. Namun sepertinya tidak berhasil.

"Menunduklah."

“What?!"

Seperti biasa, Leonard tidak suka mengulang.

Aksi Leonard makin menggila. Ia masih mengejar hingga akhirnya mobil yang dikendarainya telah sejajar dengan mobil target. Bagi lawan, itu adalah posisi untuk mengusir mobil Leonard dengan menghantamnya ke samping. Leonard tidak lepas kendali. Ia mengembalikan laju mobilnya ke posisi semula. Di saat itulah, terjadi saling hantam mobil dengan pihak lawan. Hingga akhirnya Leonard melepaskan kembali pelurunya dan mengenai kaca depan mobil.

Wajahnya kembali tanpa ekspresi, namun Chen tahu itu adalah pertanda buruk untuknya. Chen yang berada di bangku belakang mobil telah pucat pasi begitu mobil Leonard berhasil sejajar dengan posisinya.

Anak buahnya berusaha membalas tembakan Leonard, namun gagal. Disaat itulah, Shayna paham arti perintah Leonard sebelumnya.

Tidak membuang kesempatan, pada detik selanjutnya Leonard melepaskan tembakannya tepat mengenai kepala Chen, disusul orang-orang yang di dalam mobil. Mereka tewas seketika.

Ia kemudian melajukan mobilnya dengan menambah kecepatannya, meninggalkan target di belakang. Namun seperti yang telah ia duga, mobil yang sudah tak bernyawa tersebut melaju tanpa arah hingga akhirnya menabrak tiang pembatas jembatan dan terus melaju hingga masuk ke dalam sungai di bawahnya. Seketika terjadi kekacauan yang parah disana.

Jantung Shayna masih berdegup kencang. Ini bukan karena efek jatuh cinta namun ketegangan luar biasa yang baru saja ia alami. Ia melihat kaca spion pada apa yang telah terjadi di belakang.

Pembunuhan yang benar-benar seperti kecelakaan. Butuh waktu untuk mencari bangkai mobil di dalam sana dan mencari pelakunya. Ia mengalihkan pandangannya pada Leonard dan mengernyitkan alisnya ketika menyadari bahwa pria tersebut tersenyum bagaikan iblis.

"Kau bukan manusia! Bagaimana bisa kau tersenyum setelah membunuh mereka semua?"

"Kau ingin mereka yang mati atau kau yang mati konyol?"

"Ap-apa katamu?"

Detik selanjutnya, Shayna tidak lagi berkomentar. Ia memijat pelipisnya dan mencoba memahami arti pembelaan diri dari pria itu. Sungguh tidak masuk akal.

"Dimana rumahmu?"

Pertanyaan Leonard membuyarkan lamunannya. Shayna tidak langsung menjawabnya sehingga pria tersebut melanjutkan kembali pertanyaannya. Kacau.

"Atau memang kau ingin menginap lagi dirumahku, hem?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!