Ddrrrttt...
Gio meraih tas milik nya , yang terletak di kursi samping kemudi. Tentu sebelum nya Gio meminta Aiden untuk meletakkan nya di sana di saat ia akan datang menemui Mona yang tengah menunggu nya . Namun Gio justru malah menemukan pemandangan yang sangat ia benci, lagi dan lagi Sally bertindak kurang ajar dengan melakukan perundangan pada gadis yang lemah.
Hingga berakhir dengan Gio melompat menyelamatkan Mona yang di rasa tidak bisa berenang kala itu .
Gio merogoh saku pada tas nya . Meraih ponsel nya yang terus saja berdering sejak tadi .
Melihat ke arah layar, tertera nama adik nya—Amora yang menghubungi nya .
" Kenapa dek ?". Tanya Gio dengan suara rendah nya .
" Kakak belum pulang ? Aku udah ada di rumah" . Balas Amora dari seberang sana. Jika di dengar dari nada bicara nya seperti nya adik nya itu tengah dalam kondisi hati yang buruk .
" Bentar lagi kakak sampe ". Balas Gio singkat lantas menutup sambungan nya secara sepihak.
Aiden melirik Gio dari kaca spion tengah . " Biasa bro sedikit macet". Ucap nya memberitahu yang dapat di angguki oleh Gio.
" Sebenar nya kalian mau bawa aku kemana ?". Lagi , dan lagi hanya itu yang Mona tanya kan .
Sungguh! Ia merasa bingung juga takut namun Mona tetap dalam kondisi tenang nya, tak ingin terlihat lemah.
" Lo butuh pekerjaan kan ? Gw ada kerja buat lo ". Balas Gio menyandarkan punggung nya pada sandaran kursi. .
Mona mengernyit kan dahi nya, bingung. " Jadi kak Aiden cerita ke kamu ?" Tanya Mona dengan ekspresi raut wajah yang tak bisa di baca .
Gio hanya bergumam sebagai Jawaban. Membuat Mona hanya terdiam merasa di posisi bingung harus melakukan apa .
Ting!.
Pesan masuk terdengar berasal dari ponsel Gio. Lelaki melihat sebentar lantas mematikan ponsel nya kembali.
Hening terasa di sepanjang jalan, Aiden hanya fokus dengan bagaimana cara nya agar dapat keluar dari kemacetan yang tengah berlaku. Hal yang sangat biasa jika macet di jam pulang kantor sekaligus pulang sekolah bukan?.
Hingga tak lama kemudian , mobil yang mereka tumpangi memasuki gerbang utama kediaman Gionino. Mona menatap takjub ke arah luar jendela mobil, tatapan nya tak percaya pada bangunan megah yang tengah berada di depan nya saat ini. Mereka belum keluar dari dalam mobil , mengingat jarak antara gerbang utama hingga rumah Gio cukup jauh .
Mona menatap Gio penuh selidik. " Ini benar rumah milik mu ? ".
Gio hanya bergumam sebagai jawaban kala mendengar pernyataan yang terlontar dari mulut Mona .
" Ini bukan seperti rumah tapi mirip seperti sebuah mansion". Ucap Mona lagi , masih dengan menatap takjub halaman rumah beserta seluruh isi nya .
'Ini masih halaman, bagiamana dengan dalam nya ? Bahkan rumah orang tua Angkat nya saja pun bisa di bilang masih kalah jauh dengan rumah ini '. Batin Mona memuji nya.
Gio tersenyum tipis mendengar pengakuan Mona , tentu senyuman itu tidak begitu jelas terlihat, saking tak ingin nya Gio memperlihatkan senyuman nya itu.
Tak lama kemudian, mobil berhenti tepat di depan rumah atau bisa kalian sebut mansion saja . Empat orang bodyguard yang berbaris, datang menghampiri mobil dan membukakan pintu untuk Mona.
" Ini sangat megah juga besar". Ucap Mona setelah keluar dari dalam mobil, mendongak menatap bangunan megah yang kini berada tepat di depan nya . Lantas menoleh ke arah Gio yang baru saja menutup pintu mobil . Mengitari mobil lantas berdiri di samping.
" Lo seneng?". Bukan , bukan Gio yang bertanya melainkan Aiden yang tengah merapikan pakaian nya
Sedang salah satu bodyguard, di perintahkan untuk membawa mobil tadi untuk di parkir kan di garasi yang terletak tak jauh dari mereka berada.
" Selamat datang tuan muda ". Sapa bodyguard yang tersisa tak lupa memberikan hormat.
" Tn Gio ternyata anda sudah pulang, saya menunggu anda sekitar 10 menit yang lalu". Ucap seseorang yang merupakan tangan kanan Gio yang tak lain adalah Brian . Berjalan menghampiri Gio.
" Rapat gw 1 jam lagi kan ?". Tanya Gio memastikan.
Gio masih mengingat jadwal nya karena sebelum berangkat menuju tempat nya studi, Brian telah mengirimkan jadwal nya untuk hari ini.
Brian tersenyum juga mengangguk kan kepala nya . " Saya kemari untuk menyampaikan laporan yang anda minta kemarin, tuan ". Ucap Brian menyodorkan iPad yang ia bawa .
Gio menoleh ke arah Aiden . " Lo suruh Yuna buat bantu Mona ".
Aiden mengangguk. " Ayo Mona , lo pasti kedinginan ". Ajak Aiden mempersilahkan Mona untuk berjalan terlebih dahulu di depan nya .
Sedang kan Mona yang bingung hanya menuruti permintaan Aiden .
" Tas nya kasih mereka aja ". Ucap Aiden lagi .
Tanpa banyak bicara, Mona pun menyerah kan tas nya pada bodyguard Gio yang siap siaga.
Sementara itu di sisi lain
Setelah memastikan Mona juga Aiden cukup jauh hingga tak dapat mendengar kan apa yang akan mereka bahas . " Coba lo jelasin ". Titah Gio yang kembali fokus pada iPad yang kini berada di tangan nya , milik Brian.
" Begini tuan , Mona adalah anak angkat dari pasangan suami istri —kafeel bersama dengan Alzena . Sebelum nya mereka telah di karuniai seorang putri yang tak lain adalah Sally dan—".
" Tunggu". Tukas Gio setelah mendengar nama Sally di sebutkan oleh Brian . " Jadi Sally kakak angkat nya Mona?". Tanya nya memastikan.
Brian mengangguk. " Benar tuan , dan yang mengejutkan nya lagi ternyata Mona selalu di siksa oleh keluarga angkat nya jika tidak bekerja , tak ketinggalan Sally pun selalu melakukan perundangan pada Mona ". Ucap Brian kembali membeberkan segala informasi yang telah ia dapat.
" Lo udah dapet informasi tentang kelurga kandung Mona?". Tanya Gio mengembalikan iPad milik Brian.
Namun pria setengah baya itu menunduk. " Maaf tuan untuk itu saya belum menemukan nya , juga bagaimana bisa Kafeel mengadopsinya Mona tapi saya telah mengetahui tujuan mengapa Mona di adopsi".
" Apa tujuan nya ?".
" Tujuan nya adalah investasi di masa depan ".
Gio mengernyit, tak mengerti dengan maksud Brian . " Maksud lo investasi apa ?".
" Jadi Mona akan di minta untuk bekerja sebagai tulang punggung keluarga di saat Kafeel juga Alzena pensiun dari pekerjaan mereka masing - masing , mengingat bertambahnya usia, mereka pun butuh seseorang untuk terus menunjang segi ekonomi keluarga mereka ". Lagi, Brian kembali menjelaskan apa yang tertera di dalam iPad nya .
" Lalu Sally ?".
" Yang saya terima dari informan dia mengatakan jika Sally tidak di wajib kan bekerja, itu arti nya Sally di perbolehkan bersenang - senang tanpa harus memikirkan pekerjaan ". Sambung Brian membuat Gio tersenyum senang karena Brian selalu bisa dia andalkan untuk mencari informasi yang akurat juga cepat.
Gio mengangguk kan kepala nya , mengerti . " Cari tahu semua nya secepatnya ".
" Baik Tuan saya akan kembali menelisik lebih dalam tentang kehidupan Mona ".
Brian banyak memberikan informasi pada Gio , tak heran jika Gio selalu mempercayakan apa pun pada Brian , lagi pula apa pun yang Brian lakukan dapat selalu membuat Gio merasa sangat puas juga di untungkan.
" Ada lagi yang penting?". Tanya Gio , memasang raut wajahnya yang dingin.
Brian menggeleng kan kepala nya . " Untuk saat ini mungkin hanya informasi itu saja yang bisa saya sampaikan ". Balas Brian .
" Kerja bagus , lo emang paling bisa gw andelin ". Puji Gio pada Brian karena berhasil penjelasan secara detail tanpa Gio repot - repot melihat nya .
" Gimana urusan bokap gw ?". Tanya Gio lagi .
Brian menatap Gio dengan tatapan yang sulit di artikan. " Tuan besar seperti nya tengah menghadapi seorang mafia senjata, hingga beliau meminta bantuan pada sahabat nya yang tak lain adalah Tuan Alessandro Matri ".
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments