Sebelah tangan nya lagi menggenggam erat sebuah kalung berbentuk bulan sabit yang terpasang di leher nya sejak kecil. Sesak rasa nya ketika diri nya harus mengingat bahwa kalung ini lah yang menjadi saksi bisu dari semua keluh kesah nya .
Mona tak tahu pasti namun ketika Mona bertanya perihal kalung yang di miliki nya pada Alzena— wanita yang di panggil nya ibu . Maka wanita itu akan mengatakan jika kalung milik nya itu sudah terpasang di leher Mona sejak Alzena menemukan nya .
Hingga ia berfikir jika Kalung ini memiliki keterkaitan dengan ke dua orang tua nya . Ya—mona berfikir kalung ini pemberian dari orang tua nya .
Mona merasa sendirian, berjuang untuk bertahan hidup di dunia nya yang kejam , beruntung nya tuhan masih memberi nya akal yang selalu membuat waras juga cerdas dalam berfikir. Karena ia bisa bertahan hidup sampai detik ini, hidup dengan kerja keras mencapai apa yang ia bisa .
" Kenapa kalian meninggal Mona sendirian?". Ke dua bola mata nya masih setia menatap bulan purnama yang bersinar terang di atas sana.
Ia tak tahu di mana orang tua kandung nya berada , namun ia juga tak tahan dengan perlakuan keluarga angkat yang selalu semena - mena pada nya . Serasa diri nya adalah tempat melampiaskan segala kekesalan mereka .
Ke dua bola mata nya terpejam erat menikmati angin malam yang menerpa wajah cantik nya .
Ke dua telapak tangan nya memeluk tubuh mungil nya itu erat, saat merasakan dingin nya angin laut yang semakin menusuk kulit putih nya.
" Hari udah mulai semakin malam aku ga boleh lama - lama di sini ". Gumam nya pelan kembali keluar dari bibir mungil nya.
Kembali memejamkan mata nya sebentar dengan tarikan napas perlahan.
Huffhhh....
Dan hembusan napas lega itu keluar dari bibir nya, bersamaan dengan itu ia turun dari ayunan berjalan menuju Villa tempat keluarga angkat nya menyewa.
BRUK...
Di tengah perjalanan nya menuju Villa , Mona yang tengah dalam keadaan bersedih itu pun tak sengaja menabrak seseorang yang berjalan bersimpangan dengan nya.
karena tabrakan tersebut, tentu membuat ke dua nya terjatuh di atas pasir pantai.
" Kamu gimana sih , ada orang lewat malah ngehalangin jalan ". Sentak nya masih dalam keadaan emosi, menatap seseorang yang masih belum terbangun dari jatuh nya .
Mona pun menatap ke arah lelaki di depan nya dengan tatapan kesal nya , jika di lihat seperti nya lelaki yang berada di depan saat ini tengah dalam keadaan mabuk , terbukti dengan tangan nya yang masih setia memegang sebuah botol juga bau yang tercium adalah bau menyengat khas dari minum keras .
" kamu pasti dari bar sana kan? Kalo ga bisa minum jangan minum dan buat orang marah karena ulah kamu ". Dengus Mona dengan jari telunjuk yang menunjuk ke sebuah bar yang memang terletak di dekat pantai tak jauh dari tempat nya menyendiri.
lelaki itu mendongak menatap ke arah Mona yang telah berdiri di hadapan nya dengan tatapan mata sayu nya . " Lo berisik". Ucap lelaki itu dengan kembali menenggak air dari dalam botol yang di pegang nya .
" Ga jelas ". Ucap nya menatap lelaki itu sinis. Sedangkan pandangan Mona memperhatikan jika lelaki itu beranjak berdiri dan berjalan mendekat menghampiri diri nya .
Belum sempat Mona menghindar, lelaki itu telah lebih dulu memeluk Mona secara tiba - tiba , hingga sontak membuat nya memberontak berusaha untuk lepas dari pelukan lelaki yang tak di kenal nya itu.
" Lepasin aku ". Bentak Mona .
" Gw udah ga kuat ". Gumam lelaki itu dengan suara berat nya.
Mona terdiam, diri nya menyadari jika lelaki itu pasti kini dalam masalah yang besar hingga melampiaskan rasa kesal nya pada minuman keras.
" Lepas ". Lagi , Mona kembali berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari pelukan lelaki asing itu .
BRUK ...
Akhir nya Mona dapat bernapas lega, karena lelaki itu kini tidak lagi memeluk nya. Namun lelaki itu justru kembali ambruk di atas atas pasir dengan keadaan yang tak sadar kan diri. Hari sudah semakin larut tak ada orang yang berlalu lalang, di sekitar mereka benar - benar sepi hanya ada mereka berdua. Tak mungkin jika Mona tega meninggalkan lelaki yang tergeletak mengenaskan seperti ini seorang diri di tempat ini.
" Aku harus gimana ". Bingung nya , kepala nya celingukan berharap ada nya bantuan yang lewat , namun pasti nya tak mungkin. Beberapa villa di sana juga sudah sepi sejak tadi . Dan aneh nya bar pun telah tutup.
Di tengah kepanikan nya , Mona tiba - tiba mendengar nada dering ponsel asing masuk gendang telinga nya. Dan ia merasa dering ponsel itu berasal dari saku celana yang lelaki itu pakai.
Tanpa berfikir panjang, Mona pun segera meraih ponsel lelaki itu. Sebuah panggilan masuk terlihat di layar ponsel. Namun saat jari Mona akan menggeser Ikon hijau pada layar untuk menerima panggilan, saat itu pula panggilan telah di akhiri oleh si penelepon.
Mona menghembus kan napas berat nya, ia menarik ibu jari lelaki itu guna membuka password yang ternyata menggunakan sidik jari.
Ponsel berhasil pun terbuka, dengan perasaan bimbang Mona mengirim sebuah pesan singkat pada seorang yang menelpon lelaki asing itu. Sekedar memberi tahu kan jika teman nya berada di sini dengan keadaan tak sadar kan diri.
" Kamu kasian sekali , beruntung tadi aku lewat tapi maaf aku hanya bisa membantu mu seperti ini , karena aku harus segera pulang , ibu ku akan marah jika aku besok terlambat bangun pagi untuk menyiapkan segala hal ". Mona berucap meski ia tau ucapannya tidak akan di jawab dan tak di dengar.
Tak ingin berlama - lama lagi , setelah mengembalikan Ponsel milik lelaki yang tak ia kenal di dalam saku celana. Mona pun bergegas pergi meninggalkan tempat kejadian, berharap keluarga nya tidak ada yang mengetahui jika diri nya pergi malam - malam .
Flashback off
" Aku mengingat nya ". Balas Mona , pandangan nya lurus ke depan menatap jalanan sepi. Lantas menoleh ke arah Gio . " Dari mana kamu tau tentang itu ?". Tanya nya mengernyit kan dahi nya , bingung.
Gio terkekeh kecil. " Karena gw lelaki yang lo tolong waktu itu ".
Mona menatap tak percaya, jadi sebelum nya mereka pernah bertemu. " Aku ga nyangka itu kamu ". Balas Mona mengingat jika ia tak terlalu memperhatikan wajah dari lelaki yang ia jumpai waktu itu karena keadaan sekitar yang memang gelap , padahal ada beberapa penerangan yang menyala. " Tapi boleh aku tanya? Kenapa kak Gio minum ?".
Gio membenahi posisi duduk nya. Terdiam sejenak seperti tengah mempertimbangkan sesuatu. " Dulu gw ga kuat karena bokap selalu pengen gw bisa ngurus perusahaan dari usia muda , pikiran gw capek dan akhirnya gw ajak Aiden ke pantai yang kebetulan ada bar di sana, karena gw capek jadi ga ada salah nya buat minum ". Gio menceritakan nya tanpa merasa terpaksa.
" Tapi itu salah ". Balas Mona dengan berani nya tanpa ragu atau takut jika Gio akan keberatan dengan komentar dari nya.
" Cuma minum yang bisa ngilangin beban pikiran yang gw punya ". Balas Gio dengan suara berat nya .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments