Kutub Utara mulai mencair

Ada apa Mas?" Tanya Mentari.

"Aku mencari Dokter, kenapa tidak segera menjawab permintaanku itu." Kata Langit Langsung.

"Lalu kenapa nomor Dokter tidak bisa di hubungi?" Lanjutnya lagi.

" Dan kenapa kondisi Dokter seperti ini?" Lanjutnya lagi terus bertanya.

Mentari terkekeh, kenapa kutub di depannya ini mendadak menjadi banyak bicara sekali. "Ya Ampun banyak sekali pertanyaanya, yang mana dulu yang harus saya jawab."Jawab Mentari sambil tersenyum.

"Terserah Dokter yang penting di jawab semua." Kata Langit sambil tersenyum. Malu sebenarnya kenapa dirinya mendadak jadi cerewet sekali.

"Emm untuk Lamaranya saya belum menemukan jawaban, saya minta waktu lagi." Kata Mentari menunduk.

Langit sedikit kecewa dengan jawaban Mentari yang tidak sesuai harapannya. "Kenapa lama sekali, apa Dokter sudah ada yang dekat?" Tanya Langit.

"Bukan, hanya kita perlu saling mengenal karakter terlebih dahulu." Jawab Mentari.

"Saya tidak mau Mas Langit kecewa setelah mengenal saya saat sudah menikah nanti." Lanjut Mentari.

" Akan menyakitkan bila ada kekecewaan saat kita sudah menikah, jadi mungkin kita saling mengenal terlebih dahulu, mungkin selama 1 bulan atau sampai 3 bulan paling lama." Kata Mentari melanjutkan.

Langit akhirnya mencoba memahami apa yang Mentari mau. Langit Mengangguk tanda setuju dengan keputusan yang di ambil Mentari meski merasa berat.

"Kenapa kondisi Dokter... ehm Tari aja ya, kenapa bisa sampai seperti itu?" Tanya Langit sambil memandang luka Mentari.

"Owh ini... seminggu yang lalu saya kecelakaan motor." Kata Mentari.

"Kok bisa? ugal-ugalan ya?" Tanya Langit sambil geleng-geleng kepala.

"Isht.... Enak aja, saya pengendara yang baik ya, Yang nabrak aja yang ugal-ugalan. Kaya jalan milik sendiri."Mentari tidak terima.

"Tanggung jawab tidak orangnya?" Tanya Langit khawatir.

"Tanggung jawab kok, Dia bawa saya ke Rumah Sakit dan ganti rugi juga." Kata Mentari.

"Tapi ya Handphone saya remuk, jadi maaf bila tidak bisa membalas pesan."Lanjut Mentari.

"Pantes. Aku pikir sengaja menjauh." Kata Langit tersenyum lega.

"Sakit ?" Tanya Langit pada Mentari.

"Apanya yang sakit?" Tanya balik Mentari.

"Itu... Luka-lukanya?" Jelas Langit.

"Owh... wah hahaha Enak kok... tidak sakit..."Canda Mentari tertawa.

"Sakit lah... masa iya Ndak sakit. Gini ya rasanya jadi orang sakit. Tapi malah saya jadi bisa istirahat." Jawab Mentari tersenyum.

"Sakit aja masih bisa gitu, banyak ketawa, banyak senyum. Kamu lama-lama buat orang diabetes." Kata Langit sambil tersenyum.

"Ih kok gitu?" Mentari bingung.

"Iya senyuman kamu manis banget, dari tadi senyum terus. Gimana aku nanti Ndak diabetes." Gurau Langit yang tiba-tiba menggombal.

"Ih biasanya juga gini saya orangnya kesiapapun." Mentari malu dan memalingkan wajahnya.

"Jangan gitu dong..." Kata Langit memohon terlihat serius sekali.

"Maksudnya?" Mentari bingung dengan maksud Langit.

"Jangan senyum ke banyak orang gitu." Kata Langit.

"Hahaha Kenapa kaya orang gila gitu?" Mentari jawab Mentari sambil ketawa.

"Bukan, nanti aku banyak sainganya. Nanti kamu banyak yang suka gimana? Aku sendiri berjuang aja harus nunggu 3 bulan buat dapat jawaban pasti, gimana kalau banyak saingan? Setahun mungkin. Atau malah sehari langsung di tolak." Jelas Awan kemudian sambil tersenyum tapi serius.

Mentari pun jadi salah tingkah dengan jawaban Langit, Dia bingung hari ini kenapa Langit jadi orang yang cerewet banget tidak seperti biasanya.

Pipi Mentari merona karena tersipu malu dengan omongan Langit.

"Ish... biasa aja kali, mana ada rumus kaya gitu."Bela Mentari kemudian.

"Ehm maaf ya, saya kesini Ndak bawa apa-apa. Aku Ndak kepikiran tadi, Ndak tau juga kalau kamu seperti ini." Kata Langit.

Akhirnya setelah berlama-lama mengobrol Langit pun pamit, dan meninggalkan kontaknya untuk di hubungi nanti bila Mentari sudah punya nomor baru.

Mentari tidak menyangka jika Kutub Utara seperti Langit bisa mencair seperti tadi. Berartinya Langit sebenarnya laki-laki yang ramah dan menyenangkan juga, tidak seperti bayangan sebelumya.

Episodes
1 Runtuhnya Langit
2 Tidak Ada kesempatan
3 Rumah Sakit
4 Bunda Karisma
5 Senyumnya
6 Terluka
7 Dokter Pribadi
8 Pulang
9 Menunggu Kabar
10 Kutub Utara mulai mencair
11 Ujian pertama
12 Berapa Juz?
13 Berangkat
14 Imam Isya'
15 Rindu yang terluka
16 Mentari tak bersinar
17 Tidak ada harapan
18 Permohonan Langit
19 Hanya Kamu Seorang
20 Jangan Pergi
21 Keajaiban
22 Tengah Malam
23 Subuh
24 Love you
25 Bertemu Mantan
26 Aku Masa depanmu
27 Pulang
28 Cerita Senja
29 Subuh yang indah
30 Kencan
31 Kencan 2
32 Bumbu rumah tangga
33 Bandara
34 Berpisah dulu
35 Rindu
36 Kesibukan
37 Malarindu
38 Weekend
39 Marahan
40 Tidur apa pingsan
41 Melepas Rindu
42 Kesiangan
43 Salah paham
44 Mengadu
45 Kelahi
46 Maaf
47 Cerita Masa Lalu
48 Begadang
49 Perayaan Pernikahan
50 Kedatangan Natasya
51 Penegasan
52 Mengarungi rasa
53 Bulan Madu
54 Pantai
55 Bukit indah
56 Hotel
57 puasa pertama
58 Godaan Saat Puasa
59 Kembali Bekerja
60 Pasien Aneh
61 Langit sore
62 Buber Riuni
63 Malioboro
64 Telat Bangun
65 Kado tanpa pengirim
66 Cemburu
67 Kado istimewa
68 Sahur
69 Nyidam
70 sia-sia
71 pengumuman
72 Pingsan
73 Sesederhana itu
74 Tamu tak di undang
75 khawatir
76 Pulang
77 8 bulan kemudian
78 Dejavu
79 Pergi
80 Ending
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Runtuhnya Langit
2
Tidak Ada kesempatan
3
Rumah Sakit
4
Bunda Karisma
5
Senyumnya
6
Terluka
7
Dokter Pribadi
8
Pulang
9
Menunggu Kabar
10
Kutub Utara mulai mencair
11
Ujian pertama
12
Berapa Juz?
13
Berangkat
14
Imam Isya'
15
Rindu yang terluka
16
Mentari tak bersinar
17
Tidak ada harapan
18
Permohonan Langit
19
Hanya Kamu Seorang
20
Jangan Pergi
21
Keajaiban
22
Tengah Malam
23
Subuh
24
Love you
25
Bertemu Mantan
26
Aku Masa depanmu
27
Pulang
28
Cerita Senja
29
Subuh yang indah
30
Kencan
31
Kencan 2
32
Bumbu rumah tangga
33
Bandara
34
Berpisah dulu
35
Rindu
36
Kesibukan
37
Malarindu
38
Weekend
39
Marahan
40
Tidur apa pingsan
41
Melepas Rindu
42
Kesiangan
43
Salah paham
44
Mengadu
45
Kelahi
46
Maaf
47
Cerita Masa Lalu
48
Begadang
49
Perayaan Pernikahan
50
Kedatangan Natasya
51
Penegasan
52
Mengarungi rasa
53
Bulan Madu
54
Pantai
55
Bukit indah
56
Hotel
57
puasa pertama
58
Godaan Saat Puasa
59
Kembali Bekerja
60
Pasien Aneh
61
Langit sore
62
Buber Riuni
63
Malioboro
64
Telat Bangun
65
Kado tanpa pengirim
66
Cemburu
67
Kado istimewa
68
Sahur
69
Nyidam
70
sia-sia
71
pengumuman
72
Pingsan
73
Sesederhana itu
74
Tamu tak di undang
75
khawatir
76
Pulang
77
8 bulan kemudian
78
Dejavu
79
Pergi
80
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!