Pulang

Waktu berjalan begitu cepat, hari ini Langit sudah bisa pulang. Kondisinya sudah baik, namun tangan kirinya masih belum sepenuhnya sembuh. Bunda Kharisma tengah beres-beres barang yang akan di bawa pulang. Awan Sekertaris Langit tengan mengurus administrasi kepulangan Langit. Sementara Mentari sedang mencopot selang infus Langit.

" Terimakasih Dokter Mentari karena sudah merawat saya selama ini." Kata Langit.

"Sama-sama Pak... " Jawab Mentari sambil tersenyum.

" Ehm... " Dehem Langit tidak suka dengan panggilan Mentari padanya.

" Owh yah... maaf Mas..." Mentari meralat.

Bunda Kharisma dan Awan nampak tersenyum saling memandang dan melirik ke arah langit dan Dokter Mentari. Mereka merasa semakin hari sikap Langit ke Dokter Mentari semakin dekat dan ramah di bandingkan pada wanita lainnya.

" Saya juga mohon maaf ya, bila selama saya menangani Mas Langit, banyak kurang dan salahnya. Semoga setelah ini sehat selalu." Kata Mentari.

"Bunda Kharisma, Pak Awan mohon maaf bila saya banyak salahnya." Lanjut mentari sambil tersenyum pada Awan dan Bunda Kharisma.

Langit masam saat melihat Mentari tersenyum ramah pada Awan, rasanya Dia tidak suka Mentari tersenyum pada semua orang, ingin senyumnya hanya untuknya.

" Ish... Wan siapkan Mobil " Perintahnya mengusir Awan.

"Baik Bos." Kata Awan tersenyum tipis. Bisa-bisanya bosnya cemburu hanya karena Mentari ramah terhadapnya. Awanpun keluar dan menuju parkir Rumah Sakit untuk mengambil mobilnya.

"Bunda juga mengucapkan maaf dan terimakasih ya Dokter Mentari. Sudah sabar dan telaten mengurus Anak Bunda yang spesial ini." Kata Bunda Kharisma.

"Sama-sama Bun..." Sahut Mentari tak lupa tetap tersenyum.

"Dok... Besok saya akan datang ke rumah Dokter boleh?" Tanya Langit tiba-tiba.

"Hah... untuk?" Mentari terkejut dengan pertanyaan Langit. Belum pernah sekalipun ada teman laki-laki yang datang ke rumahnya, kalau ada bisa di nikahkan sungguhan sama Abi dan Uminya.

" Melamar." Jawab Langit singkat, namun mampu mengejutkan Mentari dan Bunda Kharisma.

"Hahh... Apa???" Sahut Mentari dan Bunda Kharisma bersama-sama.

" Kamu beneran Langit anak Bundakan ?" Bunda Kharisma mendekati Langit dan memegang kening Langit.

"Ish... apa sih Bun. Yaiyalah. Masa bukan, terus siapa." Langit ngedumel merasa usahanya memberanikan diri di anggap bercanda.

Mentari masih bengong dengan keterkejutannya, Dia masih tidak percaya dengan apa yang barusan Dia dengar. Bagaimana ada orang yang mau melamar tanpa aba-aba, tanpa mengungkapkan perasaan dan tidak ada hubungan yang spesial sama sekali.

"Bagaiman Dok?" Tanya Langit lagi mengejutkan Mentari dari bengongnya.

"Aduh, Maaf... Mas Langit Bercandakan? " Tanya Mentari gantian.

"Tidak, Saya serius." Kata Langit mantap.

"Tapi, Kita tidak dekat." Sahut Mentari.

" Untuk itu ayo dekat." Jawab Langit.

"Dokter Mentari tidak mau pacarankan, makanya Ayo menikah Langsung." Kata Langit lagi.

Bunda Kharisma tersenyum haru dengan sikap Langit saat ini, dia pikir Langit benar-benar tidak akan menikah, setelah kejadian itu. Mata Bunda Kharisma berkaca-kaca saking bahagianya.

Sementara Mentari bingung mau menjawab bagaimana, ini terlalu mendadak baginya. Dia takut salah menjawab, apa lagi mata Bunda Kharisma penuh dengan harapan kepadanya.

" Jawabnya nanti saja saat saya datang kerumah Dokter. " Kata Langit akhirnya, karena melihat Dokter Mentari yang nampak bingung.

" Saya berharap Dokter Mentari mau menjadi menantu saya nanti." Kata Bunda Kharisma memegang tangan Mentari.

"Emm... sejujurnya saya bingung mau menjawab apa, saya sangat terkejut." Jawab Mentari menunduk.

"Mohon beri waktu saya, Nanti bila saya sudah tau jawabnya saya hubungi dan bisa kerumah saya." Putus Mentari akhirnya.

"Baiklah... Terimakasih..." Sahut Langit.

Bunda Kharisma memeluk Mentari sambil tersenyum. " Berikan jawaban terbaikmu ya Dok, Terimakasih untuk semuanya." Kata Bunda Kharisma.

Akhirnya karena mobil siap Langit dan Bunda Kharisma pun pamit pulang dan mereka pun berpisah di lorong Rumah Sakit.

Langit tersenyum sepanjang jalan menuju pulang, perasaanya semakin lega setelah mengutarakan keinginannya kepada Mentari. Karena Langit sudah memikirkannya matang-matang, dan dia takut perasaan dan pikirannya kembali berubah jika tidak segera mengungkapkan.

Awan dan Bunda Kharisma ikut tersenyum, karena setelah mengenal Mentari sosok Langit kembali seperti dulu, walaupun tidak sepenuhnya, karena dia tidak bisa bersikap ramah kepada semua wanita kecuali Mentari. Namun setidaknya dia sudah tidak dingin dan sedatar sebelumnya , sebelum mengenal Mentari

___***___

_____***______

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

suka gayamu, Langit.. gentleman banget...

2024-04-07

1

Rita Riau

Rita Riau

nah gitu dong Lang,,, berdamai lah dgn masa lalu. masa lalu hanya kenangan masa depan adalah harapan 😍

2024-02-21

2

lihat semua
Episodes
1 Runtuhnya Langit
2 Tidak Ada kesempatan
3 Rumah Sakit
4 Bunda Karisma
5 Senyumnya
6 Terluka
7 Dokter Pribadi
8 Pulang
9 Menunggu Kabar
10 Kutub Utara mulai mencair
11 Ujian pertama
12 Berapa Juz?
13 Berangkat
14 Imam Isya'
15 Rindu yang terluka
16 Mentari tak bersinar
17 Tidak ada harapan
18 Permohonan Langit
19 Hanya Kamu Seorang
20 Jangan Pergi
21 Keajaiban
22 Tengah Malam
23 Subuh
24 Love you
25 Bertemu Mantan
26 Aku Masa depanmu
27 Pulang
28 Cerita Senja
29 Subuh yang indah
30 Kencan
31 Kencan 2
32 Bumbu rumah tangga
33 Bandara
34 Berpisah dulu
35 Rindu
36 Kesibukan
37 Malarindu
38 Weekend
39 Marahan
40 Tidur apa pingsan
41 Melepas Rindu
42 Kesiangan
43 Salah paham
44 Mengadu
45 Kelahi
46 Maaf
47 Cerita Masa Lalu
48 Begadang
49 Perayaan Pernikahan
50 Kedatangan Natasya
51 Penegasan
52 Mengarungi rasa
53 Bulan Madu
54 Pantai
55 Bukit indah
56 Hotel
57 puasa pertama
58 Godaan Saat Puasa
59 Kembali Bekerja
60 Pasien Aneh
61 Langit sore
62 Buber Riuni
63 Malioboro
64 Telat Bangun
65 Kado tanpa pengirim
66 Cemburu
67 Kado istimewa
68 Sahur
69 Nyidam
70 sia-sia
71 pengumuman
72 Pingsan
73 Sesederhana itu
74 Tamu tak di undang
75 khawatir
76 Pulang
77 8 bulan kemudian
78 Dejavu
79 Pergi
80 Ending
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Runtuhnya Langit
2
Tidak Ada kesempatan
3
Rumah Sakit
4
Bunda Karisma
5
Senyumnya
6
Terluka
7
Dokter Pribadi
8
Pulang
9
Menunggu Kabar
10
Kutub Utara mulai mencair
11
Ujian pertama
12
Berapa Juz?
13
Berangkat
14
Imam Isya'
15
Rindu yang terluka
16
Mentari tak bersinar
17
Tidak ada harapan
18
Permohonan Langit
19
Hanya Kamu Seorang
20
Jangan Pergi
21
Keajaiban
22
Tengah Malam
23
Subuh
24
Love you
25
Bertemu Mantan
26
Aku Masa depanmu
27
Pulang
28
Cerita Senja
29
Subuh yang indah
30
Kencan
31
Kencan 2
32
Bumbu rumah tangga
33
Bandara
34
Berpisah dulu
35
Rindu
36
Kesibukan
37
Malarindu
38
Weekend
39
Marahan
40
Tidur apa pingsan
41
Melepas Rindu
42
Kesiangan
43
Salah paham
44
Mengadu
45
Kelahi
46
Maaf
47
Cerita Masa Lalu
48
Begadang
49
Perayaan Pernikahan
50
Kedatangan Natasya
51
Penegasan
52
Mengarungi rasa
53
Bulan Madu
54
Pantai
55
Bukit indah
56
Hotel
57
puasa pertama
58
Godaan Saat Puasa
59
Kembali Bekerja
60
Pasien Aneh
61
Langit sore
62
Buber Riuni
63
Malioboro
64
Telat Bangun
65
Kado tanpa pengirim
66
Cemburu
67
Kado istimewa
68
Sahur
69
Nyidam
70
sia-sia
71
pengumuman
72
Pingsan
73
Sesederhana itu
74
Tamu tak di undang
75
khawatir
76
Pulang
77
8 bulan kemudian
78
Dejavu
79
Pergi
80
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!