Gendis berdiri di depan stan minuman, diikuti salah satu cowok yang sudah berada di samping Gendis dan memberikan Gendis minuman.
"Diminum, jangan dilihatin aja," ucap cowok ini, sambil tersenyum ke Gendis.
Gendis menganggukkan kepalanya, sekaligus berterima kasih walaupun cowok tadi udah keburu pergi.
Gendis membawa soda tadi di tangannya, sembari memutari area makanan.
Gendis mulai teringat Maya lagi, Maya yang senang kalau lihat banyak jenis makanan dan langsung dilahapnya tanpa kenal malu.
Gendis memfoto makanan yang menumpuk di atas meja, dan mengirimnya ke Maya melalui pesan mms.
["Kalo lihat makanan, gw tiba-tiba inget lo May."] Gendis menambahkan kata-kata itu ke pesannya untuk Maya.
Semenjak Maya pindah ke Solo, Maya udah jarang banget balas sms nya Gendis.
Gendis juga sebenarnya tau kalau Maya memang sibuk, ditambah Maya ngurusin Mbahnya yang sakit dan mungkin juga, Maya nggak sempat pegang hape seperti biasanya, yang sering diucapin Maya kalau sudah baca pesan-pesanya Gendis di sms.
"Lo ngapain di sini?" tanya Rezy, setelah mengambil minuman karena mulutnya penuh.
Gendis tersenyum melihat dagu dan juga area pipi dekat bibirnya Rezy, yang dipenuhi dengan butter cream karena ulah Bram tadi.
"Ditanyain malah senyum-senyum, lo salah minum ya?" tanya Rezy sambil menarik gelas yang di pegang Gendis, untuk memastikan aroma minumannya Gendis, karena curiga dengan responnya Gendis.
"Apaan sih kak Rezy?" ucap Gendis, yang langsung membersihkan cream dari wajahnya Rezy dan ditunjukkan langsung sama Gendis, cream yang membuatnya senyum-senyum.
"Sial Bram!" oceh Rezy, baru sadar soal butter cream begitu Gendis memberitahunya.
Gendis mengambil lagi soda dari tangan Rezy, lalu meminumnya sambil memilih makanan kecil yang tersaji di atas meja.
"Ayok balik lagi ke sana. Jangan di sini, nanti lo digodain cowok-cowok." sambil Rezy menarik dress nya Gendis, dan mau nggak mau Gendis harus menurut karena dress nya ditarik.
Acara yang digelar Bram, dimulai dengan penampilan Dj. Bram bener-bener ngeluarin uang banyak, buat pesta ulang tahunnya yang ke 17.
Di antara sahabat-sahabatnya Nover, Bram memang paling tua, setelah itu Rezy di urutan kedua.
Menurut penuturan Doni, di diary nya. Kedua sahabatnya itu terlambat masuk sekolah. Bram, semasa kecil sering sakit-sakitan dan membuatnya terlambat masuk Sd, sementara Rezy pernah mengalami kecelakaan, yang juga sampai menewaskan Papanya.
Gendis dan cewek-cewek yang lainnya, nggak terbiasa dengan suasana musik dan juga area pesta yang berubah menjadi sumpek, dan akhirnya merekapun memilih menghindar.
Stev mengajak Cindy yang masih berada di dekatnya untuk menghindar dari kerumunan, sedangkan Gendis dan juga Oliv masih terjebak di kerumunan cowok-cowok.
Rezy dan juga Nover mulai mencari mereka, sedangkan Bram mulai nggak perduli dan menikmati pestanya.
Gendis berada di tengah-tengah penjagaan para cowok-cowok, yang memang udah nungguin Gendis, mengepung Gendis. Dan cowok-cowok itu juga mulai tercium bau alkohol, sementara Gendis mulai ketakutan karena kepalanya mulai merasakan pusing.
Gendis menabrak salah seorang cowok, yang memegang gelas berisi air di tangannya dan dress Gendis pun basah karena tersiram.
"Jangan marah ya, kan lo yang nabrak gue!" ucap cowok ini dan Gendis cuma bisa menatapnya penuh kemarahan, lalu berusaha pergi. Namun kemudian, tangannya malah ditarik cowok tadi.
"Mendingan lo nikmatin musik sama gue," ucap cowok ini, langsung menarik pinggang Gendis, yang mau diajaknya berjoget dan alkohol juga sudah tercium dari mulut cowok ini.
Bahu cowok ini dicengkram cukup keras, karena mencoba memeluk Gendis. Tangan Gendis lalu ditarik, dan Gendis pun terselamatkan lagi.
"Kan udah gue bilang, jangan jauh-jauh. Nanti lo digodain cowok-cowok!" ujar Rezy, setelah berhasil membawa Gendis keluar dari ruangan. Dan kini, emosinya meluap karena perasaan cemburu sedang menguasai Rezy kali ini.
Gendis nggak menyimak ucapannya Rezy, dan terus memegangi kepalanya.
"Gendis mau ke kamar kecil kak," ucapnya, tapi tiba-tiba badan Gendis nggak seimbang dan Gendis hampir aja jatuh, untungnya Rezy langsung menahannya.
"Ayok, gue anterin." sambil Rezy memapah Gendis.
Rezy menunggu Gendis di luar rest room, dan nggak lama kemudian, Nover, Oliv, Cindy dan juga Stev mengabarinya secara bergantian, kalau mereka sudah pulang dari hotel. Nover jelas nitipin Gendis ke Rezy, karena Oliv tiba-tiba mabuk dan begitu juga dengan Cindy.
Setelah keluar dari kamar kecil, Rezy langsung mengantar Gendis pulang. Namun di tengah perjalanan, Gendis meminta Rezy untuk memberhentikan mobilnya.
"Kak … ber, ber ... berhentiin mobilnya, Gendis nggak kuat!" ucapnya, disertai hentakan bahunya seperti orang yang mau muntah.
Rezy pun memberhentikan mobilnya, membiarkan Gendis muntah di luar, lalu Nover pun tiba-tiba menelfon Rezy.
"Gendis mana?" tanya Nover tiba-tiba.
"Lagi muntah-muntah tuh." jelas Rezy.
"Zy, tolong bawa Gendis ke rumah sakit." panik Nover, lalu Nover menjelaskan semuanya ke Rezy.
Rezy jelas aja keikutan panik dan buru-buru ke luar, untuk nyamperin Gendis yang lemas dan udah duduk di pinggiran jalan.
Gendis, Cindy dan juga Oliv sama-sama di kasih minuman yang membuat mereka mabuk, entah pil apa yang membuat cewek-cewek ini mual tiba-tiba, karena Nover dan juga Stev udah di rumah sakit, membawa Cindy dan juga Oliv yang tiba-tiba mual dan juga pusing seperti mabuk akibat keracunan dan over dosis.
Setelah memeriksakan keadaan, ternyata mereka meminum obat yang dicampurkan ke dalam minuman mereka, sampai membuat mereka kehilangan kesadaran.
Nover langsung menelfon pihak hotel untuk menghentikan acara ulang tahunnya Bram, dan meminta mengamankan Bram, karena Bram juga dalam bahaya kalau sampai mereka membiarkan Bram berada di pestanya itu, ditemani teman-temannya yang menurut Nover memberi contoh yang nggak baik.
"Lo udah enakan?" tanya Rezy, setelah Gendis siuman.
Gendis hanya menatap Rezy karena kepalanya juga masih terasa pusing, tapi dia masih nekat mau bangun dan untungan aja Rezy langsung berdiri dan kepalanya Gendis jatuh di bahunya Rezy.
"Mendingan lo tiduran dulu, kalau udah nggak pusing baru bangun." Rezy sambil membantu Gendis menaruh kepalanya lagi di bantal.
Gendis kali ini sudah benar-benar sadar, tapi dia nggak mau bangun kayak tadi, takut tubuhnya masih nggak kuat.
"Gendis kenapa emangnya kak?" tanyanya ke Rezy.
"Minuman lo dikasih obat." jelas Rezy.
"Hah? Kok bisa?" pekik Gendis, terkejut karena nggak merasakan kalau minuman yang dikonsumsinya tadi, ternyata dimasukkan obat.
"Hah? Kok bisa?" Rezy malah mengulang kata-katanya Gendis, lalu memarahi Gendis, "gimana bisa, lo nggak tau kalau soda yang lo minum itu di kasih obat? emangnya lo nggak ngerasain kalau rasanya aneh?"
"Ya … mana Gendis tau kak, orang rasanya kayak biasanya, manis nggak ada rasa aneh."
Rezy pun terlihat perhatian lagi.
"Tapi, lo udah bener-bener nggak Pa-pakan?"
Gendis memilih menganggukkan kepalanya, dan malah nggak bicara, takut isi perutnya keluar lagi.
"Hari ini lo nginep di rumahnya Nover, tadi Nover udah kabarin ke nyokap lo dan lo diizinin nginep. Tapi juga lo jangan cerita ke nyokap lo, kalau lo kayak gini. Soalnya, Nover emang nggak cerita." cicit Rezy panjang lebar, agar Gendis paham.
"Iya, makasih kak."
"Lain kali hati-hati makannya, dipastiin dulu sebelum di minum. Atau nggak, minum air putih aja kalau lo nggak yakin minum-minuman yang berwarna." tutur Rezy, menasehati Gendis.
"Oh iya, tadi kak Rezy bukannya minum juga, tapi kak Rezy nggak pa-pakan?" tanya Gendis yang langsung bangun, karena keinget dan juga kawatir Rezy kenapa-kenapa.
"Iya, nggak pa-pa kok. Tadi gue ngambil air putih yang di bawain waiter nya langsung, dan nggak ngambil minuman yang ditaruh di atas meja," jawab Rezy menjelaskan.
Gendis lega dengernya, lalu setelah benar-benar enakan, Rezy ngebawa Gendis pulang ke rumahnya Nover.
......................
"Lain kali, jangan bikin gue khawatir, bisa kan?" ucap Rezy, begitu tiba di depan rumah Nover dan mereka masih di dalam mobil.
"Maaf ya kak." seraya Gendis menundukkan kepalanya.
"Bukan permintaan maaf yang gue minta, Ndis. Tapi juga lo harus bisa jaga diri lo, ada ataupun nggak ada gue. Gue bener-bener khawatir Ndis, lo sendirikan udah tau perasaan gue. Gue bakalan kayak gini, karena gue juga takut lo kenapa-kenapa Ndis." Rezy berujar lagi, menuturkan rasa khawatirnya yang begitu kentara, seraya memegang tangan Gendis.
Sementara Gendis masih menundukkan kepalanya, merasa begitu bersalah karena nggak hati-hati dan sembarangan menerima minuman tadi.
Setelah kecemasan sudah bisa dihalau Rezy, tangannya pun mengusap kepala Gendis.
"Kak, kalau kakak nggak mau lihat Gendis kenapa-kenapa."
Rezy serius menatap kedua manik mata Gendis, lalu ia pun mengajukan pertanyaan, "Iya, apa?" sementara Gendis, masih memperhatikan rumah Nover.
"Tolong anterin Gendis masuk kak, Gendis takut sama Blacky."
Rezy membuang napasnya, setelah itu tersenyum geli karena percaya sama ucapannya Gendis yang dipikirnya serius, tapi ternyata hal yang sepele.
🔜 Next 🔜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments