Setelah 2 minggu istirahatnya, Gendis kembali ke sekolah.
Kedatangan Gendis disambut teman-teman sekelasnya, dengan membuat kejutan. Ide ini juga dibuat para power rangers nya Gendis.
Baru aja Gendis duduk di kursinya, Deka langsung mendatangi Gendis, sambil memberikan Gendis kado.
"Gue ngerasa bersalah banget Ndis, karena selama ini bikin ulah terus sama lo. Pas lo koma, gue takut banget nggak sempet ngucapin maaf. Maafin gue ya Ndis," ucap Deka panjang lebar, akhirnya menyampaikan rasa bersalahnya selama ini ke Gendis.
"Iya, gue maafin kok." Gendis membalasi Deka, sambil mengembalikan bungkusan yang Deka kasih.
"Jangan ditolak Ndis, gue ngasih ini buat gantiin hape lo yang gue rusakin." Deka berucap, sambil memberikan balik kado yang Gendis kembalikan tadi.
"Ini kado dari bokap buat gue, karena gue udah naik kelas, hape gue yang lama juga masih bagus. Makanya gue bilang ke bokap, kalau hape ini mau gue kasih ke lo, buat gantiin hape lo yang udah gue rusakin," ucap Deka lagi, meyakinkan Gendis supaya Gendis mau menerima handphone yang Deka berikan.
"Udah. Jangan ditolak lagi Ndis, terima aja. Deka kan ngasihnya tulus buat gantiin handphone lo," ucap Bejo menasehati.
Ucapan Bejo pun didenger sama Gendis, dan Gendis menerima itikad baik Deka. Yang meskipun handphone yang Deka kasih, nggak akan bisa mengembalikan kebersamaannya dengan Doni yang setiap hari selalu saling kasih kabar.
................
Setelah kondisi Gendis membaik, keempat power rangers nya Gendis langsung membuat keputusan, supaya Gendis bisa lupain Doni. Mereka berusaha menjauhkan Gendis dari teman-temannya Doni, termasuk Nover juga.
Hari pertama Gendis balik ke sekolah, Rezy lolos dari perhatian power rangers nya Gendis, terutama Widi yang kepingin banget bikin Gendis lupain Doni dan teman-temannya itu.
Rezy berhasil ngajak Gendis ke rumahnya, untuk menemui Mamanya. Rezy meminta bantuan Gendis, supaya Mamanya itu bisa meringankan hukuman pak Tarjo. Supirnya Rezy, yang menabrak Gendis sampai koma.
Mamanya Rezy punya alasan untuk memecat pak Tarjo, karena beliau seorang pengusaha, beliau nggak mau karyawannya bermasalah dan menimbulkan citra buruk pada perusahaannya.
Nggak disangka, kehadiran Gendis membuahkan hasil. Mamanya Rezy luluh dengan permintaan Gendis.
Pak Tarjo yang sempat dipecat, akhirnya kembali dipekerjakan, dan hukumannya diganti menjadi skorsing selama 10 hari.
Konsekuensi lainnya pun diterima Rezy, yang harus menggunakan kendaraan umum ke sekolah, selama supir pribadinya itu diskorsing.
..........
Hari berikutnya, Rezy dateng lagi ke sekolahnya Gendis. Dia menunggu Gendis di halte, tapi Widi dan Bejo yang dateng.
Sebelumnya, Ade udah lihat kedatangan Rezy dari sebrang jalan, Ade balik lagi buat ngadu ke Widi supaya Gendis nggak ketemu sama Rezy.
"Mau ngapain lo nemuin Gendis!" Widi nggak berniat bertanya, dia cuman mau menegur Rezy saat ini.
"Gue cuman ...," ucapan Rezy langsung dipotong sama Widi.
"Gue nggak mau denger alesan lo nemuin Gendis!"
"Lo kan udah lihat sendiri, gimana sedihnya Gendis ditinggal Doni. Jadi kalau lo kasihan juga sama Gendis, jauhin Gendis supaya dia bisa lupain Doni." cerocos Widi dengan tegas.
"Gini kak, Gendis itu kan baru aja kehilangan kak Doni. Karena lo juga berhubungan sama kak Doni, biar Gendis lupain cowoknya itu. Mendingan lo jauhin Gendis untuk sementara aja kok," ucap Bejo, menjelaskan lebih sopan ketimbang Widi yang emosian.
"Terserah lo, mau ngertiin omongan gue atau Bejo. Intinya, kita sahabatnya Gendis minta lo jauhin Gendis buat kebaikan dan kesehatannya dia," ucap Widi menimpali.
"Tenang aja Wid. Gue nemuin Gendis, karena Gendis sendiri yang kepingin ketemu sama supir gue, bukan untuk ngingetin Gendis sama Doni," ucap Rezy, langsung ngejelasin sebelum omongannya dipotong lagi.
"Intinya, lo bagian dari Doni!" ucap Widi, membalas ocehan Rezy, nada bicara Widi juga menjelaskan kalau Widi nggak suka sama kehadiran Rezy, dan nggak mau mendengar penjelasan apapun dari Rezy.
"Lo takut, Gendis direbut lagi sama orang lain? Karena sebenernya lo naksir sama Gendis kan?" tukas Rezy, sengaja menyindir karena sudah tersulut emosi.
Widi nggak ngomong apa-apa, tapi tangannya langsung narik kerah seragam Rezy.
"Kalau lo emang suka sama Gendis, atau lo ngerasa sahabatnya Gendis. Nggak gini cara lo buat bikin Gendis lupain Doni!" timpal Rezy, yang juga membiarkan tangan Widi menarik seragamnya, dan nggak berusaha buat lepasin tangan Widi.
"Lo nggak bisa maksain perasan orang! Usaha lo bakalan percuma, karena Gendis masih sayang sama Doni," ucap Rezy lagi.
Keadaan makin memanas, hampir aja Widi menaruh tangan di pipi Rezy, kalau bukan karena Gendis dan Maya yang tiba-tiba muncul dan langsung melerai pertengkaran itu.
Bejo yang dari tadi nahan Widi, terus berusaha sendiri buat menjauhkan Widi dari Rezy, sementara Ade sama Didot cuman menonton tanpa berniat menolong Rezy.
"Apa-apaan lo?" desis Gendis, diikuti tangannya yang mendorong dada Widi.
Sementara Maya, dia menarik Rezy, supaya menjauh dari Widi.
"Lo berdua juga ngapain malah diem aja? Bukannya ditahan malah ditontonin. Lo pikir ini pertandingan tinju!?" sewot Gendis ke Ade dan Didot.
Rezy menahan emosinya Gendis, dia langsung mengalihkan dan segera mengajak Gendis pergi. Memberhentikan taksi kosong yang kebetulan lewat, dan mereka pun pergi ninggalin teman-temannya Gendis.
Sepanjang perjalanan, mereka sama sekali nggak komunikasi. Rezy menghadap ke sisi jalanan di sebelah kirinya, begitu juga sama Gendis yang melihat jalanan di sisi sebelah kanannya.
Begitu Gendis mau mulai pembicaraan, taksi yang mereka tumpangi malah berhenti dan mereka pun tiba di tempat tujuan.
Sampai di rumah pak Tarjo pun, mereka langsung diajak makan sembari mengobrol, sampai Gendis pun lupa membahas mengenai teman-temannya.
................
Rezy dan Gendis pun pamit pulang, Rezy juga nggak mau disalahkan teman-temannya Gendis. Karena terlalu lama mengajak Gendis main, apalagi kondisinya Gendis yang tiba-tiba lemas.
"Yang tadi udah nggak apa-apa kan?" tanya Rezy sambil jalan menuju halte, untuk menunggu taksi mereka.
"Iya," jawab Gendis singkat.
Setelah pertanyaan itu, keduanya nggak ngobrol apa-apa lagi.
Rezy sibuk main hape, sementara Gendis cuma memperhatikan jalanan dan lupa lagi membahas ulah teman-temannya tadi. Dan Gendis pun malah mengomentari mengenai cuaca.
"Kak Rezy bawa payung?"
"nggak," jawab Rezy, sambil melihat ke arah awan yang mulai mendung.
Keduanya hening lagi, nggak ada percakapan apa-apa dan malah canggung lagi.
Nggak lama kemudian, hujan pun turun setelah diperkirakan lewat mendungnya awan tadi.
Rezy nggak mau ngambil resiko setelah lihat kondisinya Gendis. Dia pun mengajak Gendis berteduh di warung makan, yang nggak jauh dari halte karena hujan pun langsung turun dengan derasnya.
Gendis menahan langkahnya di depan pintu warung makan, yang seketika membuat Gendis langsung teringat Doni. Tapi karena Rezy narik tangan Gendis, mau nggak mau Gendis masuk dan Rezy udah langsung memesan minuman hangat.
Gendis justru diam aja, tangannya kini menyentuh kepalanya, dan tubuh Gendis pun mulai nggak seimbang lagi. Rezy langsung cekatan, dan meminta Gendis duduk, disandarkan ke tembok.
"Tadi, obat apa yang lo minum?"
"Obat sakit kepala, kalau tiba-tiba kumat dan cuman boleh diminum sekali," jawab Gendis, suaranya terdengar lirih.
Rezy langsung menelfon supirnya, dia nggak mikirin hukuman lain dari Mamanya, kalau dia menelfon supirnya. Dia cuma mikirin Gendis, yang harus cepet-cepet diantarnya pulang.
Setengah jam berlalu, Rezy memperhatikan kondisi Gendis lagi, dan melihat Gendis sudah bisa membuka matanya.
"Lo udah enakan?"
Gendis pun mengangguk pelan.
"Tunggu sampe supir gue dateng ya, sekalian nunggu hujan berhenti."
"Mau gue pesenin minuman lagi?" Rezy berucap lagi, yang tiba-tiba jadi perhatian banget ke Gendis, karena cemas lihat kondisinya Gendis, tanpa tau kalau Gendis saat ini kembali mengingat sosok cowoknya itu.
"Nggak usah kak, Gendis kembung kalau kebanyakan minum," ucapnya menjawabi.
Rezy langsung memanfaatkan situasi, dia keingetan soal amplop cokelat yang memang mau dikasihnya ke Gendis, waktu hari pertama Gendis siuman.
"Untuk Gendis?" tanyanya, seraya menatap kedua manik milik sahabat Doni itu.
Rezy mengangguk dan nggak menunggu lama, Gendis pun langsung membuka amplop itu.
Ada foto polaroid di sampul sebuah buku diary.
Gendis mematung, melihat wajahnya berada di sampul diary yang dilihatnya itu.
"Lo nggak pa-pa Ndis?" tanya Rezy, mengkhawatirkan Gendis yang nggak bereaksi sama sekali.
"Kak Rezy dapet ini dari siapa?" Gendis langsung mengajukan pertanyaan, dengan tatapan terkejut.
Selama ini, Gendis taunya kalau Doni ngirim diary itu lewat pos. Tapi kenapa, diary itu justru sampainya ke Rezy?
Sementara Rezy dengan Rezy, dia terdiam sejenak, dia jelas bingung menjawabi pertanyaan Gendis. Apalagi, dia tau semua kejadian yang menimpa Doni, sampai alasan orang tuanya Doni yang mau memalsukan kematian putranya sendiri.
"Dari Doni," jawab Rezy ragu-ragu.
"Kebetulan, di hari itu Doni ketemu sama nyokap gue. Terus, Doni minta ini dikasih ke lo, lewat nyokap gue."
Akhirnya, Rezy memberikan alasan itu ke Gendis. Dan semoga aja, Doni masih hidup dan sahabatnya itu bisa menjelaskan sendiri ke Gendis, sesuai janjinya lewat telfon yang Rezy terima terakhir kalinya.
"Gendis takut nggak kuat nyimpennya kak," ujarnya, sambil memberikan lagi amplop tersebut ke Rezy.
Rezy pun malah menyodorkan post-it ke Gendis.
🔜Next🔜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Zhu Yun💫
Semangat update kakak 💪🤗
2024-02-15
2