"Alasan kenapa kak Doni, lebih pilih Rezy untuk jagain kamu, karena dia suka sama kamu Ndis. Kak Doni berharap, kamu bisa sama Rezy." tulisan itu sengaja dibaca Gendis, supaya Rezy denger, karena Rezy masih terdiam memandangi dua manik mata Gendis, sementara Gendis masih menunduk membaca isi diary yang ditulis Doni.
"Kak Rezy beneran suka sama Gendis?" tanyanya sekali lagi.
"Maaf ya, gue suka sama lo dan Doni ternyata tau soal itu."
"Kenapa kak Rezy minta maaf sama Gendis?"
"Takut lo canggung, gue ngelakuin idenya Doni untuk ngejagain lo, bukan karena Doni. Tapi memang, gue kepingin lo deket juga sama gue."
"Dari pertama kita papasan di depan loket kolam renang, lihat lo bercanda sama temen-temen lo, gue jadi keikut seneng lihatnya."
"Gue mikirnya, pasti di antara mereka ada yang naksir lo. Ekh ..., nggak taunya sahabat gue sendiri." lanjut Rezy lagi.
"Kak Rezy kecewa, kalau kak Doni nembak Gendis duluan?" tanyanya.
"Nggak kok, soalnya gue juga belum suka-suka banget sama lo. Tapi pas kita deket lagi, perasaan suka gue ke lo malah makin nambah."
"Gue seneng banget, pas tadi lo bilang mau nerima orang baru, walaupun nggak bisa buat menggantikan Doni."
"Gue ada harapan kan Ndis, kan gue kenal sama lo dan tau masa lalu lo?" ucap Rezy, yang secara nggak langsung menyatakan cintanya ke Gendis.
Gendis pun tersenyum ke arah Rezy, sebelum gadis itu berucap, "Gendis butuh waktu kak, Gendis juga kepingin punya perasaan sama kayak kak Rezy."
"Kita temanan dulu nggak apa-apa kan kak?" imbuh Gendis, melanjutkan perkataannya tadi.
"Kita kan udah temanan." balas Rezy, seraya menatap dua bola mata Gendis dengan tatapan hangat.
"Ya maksud Gendis, kenal lebih deket." koreksi Gendis, ke ucapan Rezy tadi.
"Kita kan udah deket, banget malah," ucap Rezy, malah meledek, karena mereka duduk bersebelahan dan saling pandang satu sama lain.
Gendis cuma bisa tersenyum malu-malu, membalasi ledekan Rezy.
"Iya, gue ngerti kok. Gue juga kepingin lo punya perasaan yang sama ke gue. Gue juga nggak mau, lo nerima gue karena terpaksa. Jadi biar adilkan, kita bisa sama-sama suka."
"Tapi ..., kak Rezy nggak berniat pergi kayak kak Doni kan?" tanya Gendis, sebelum dia memulai menambatkan hatinya ke Rezy.
Rezy menggeleng dengan tegas, sebagai jawaban dari keraguan Gendis yang masih takut ditinggalkan.
"Tapi kalau pergi yang lo maksud untuk selamanya, gue nggak tau kehendak Tuhan."
"Ya selain itu kak, Gendis nggak mau mulai jatuh cinta, tapi Gendis harus ditinggal jauh. Atau nanti kak Rezy malah dipindahin sekolah."
"Gue nggak bisa janji, tapi gue pastikan nggak ada perjalanan jauh yang bikin gue harus ninggalin lo."
"Nyokap gue juga bukan jenis orang yang mengekang gue soal pacaran, yang penting gue bisa konsisten sama nilai pelajaran gue, dan nggak ngeganggu satu sama lain," tutur Rezy menjelaskan.
"Jadi, nggak akan ada hambatan kok, sampai bikin gue harus pisah sama lo." sekali lagi, Rezy meyakinkan Gendis dan membuat Gendis tersenyum.
"Makasih ya kak, udah suka sama Gendis dan mau nunggu sampai Gendis punya perasaan yang sama ke kak Rezy."
Rezy mengangguk, lalu gantian tersenyum.
"Boleh request?"
Gendis pun menyimak.
"Kalau nanti lo udah siap dan bener-bener nerima gue, bolehkan, jangan panggil gue kakak lagi?"
"Sebutan itu, khusus untuk Doni aja. Gue mau dipanggil sebagai cowok yang lo sayang, bukan dipanggil sebagai kakak lo."
"Iya kak Rezy." balas Gendis, seraya mengangguk.
Setelah akhirnya Rezy menyatakan perasaannya ke Gendis, Rezy terlihat lega. Selama ini, Rezy mengharapkan perasaannya bisa diutarakan ke Gendis.
Keduanya pun melanjutkan lagi bacaan mereka, banyak informasi yang Doni sampaikan lewat diary nya. Bahkan sampai informasi kalau dulu, Doni pernah suka sama Oliv. Tapi Oliv nolak Doni, karena Oliv naksirnya sama Bram.
Seiring berjalannya waktu, Doni yang kenal Gendis sudah bisa melupakan Oliv. Dan Doni bahas itu, bukan untuk bikin Gendis cemburu. Tapi Doni nggak mau ada rahasia, yang nantinya malah bikin mereka bertengkar.
................
Gendis dan Rezy jadi sering smsan, sampai telfon-telfonan setelah Rezy menyatakan perasaannya ke Gendis.
Gendis juga nggak menutup hatinya, atau sampai menjauh dari Rezy, karena memang Gendis mau mencoba jatuh cinta lagi.
Sekalipun mereka sering berkabar lewat sms dan juga telfon, Rezy memang nggak pernah jemput Gendis ke sekolah.
Kesepakatan itu dibuat, atas keinginan keduanya untuk nggak terlalu mencolok, karena baru pendekatan dan belum menjadi sepasang kekasih.
Tapi nggak disangkanya, mereka memang harus ketemuan di sekolahnya Gendis. Tapi Rezy nggak sendiri, dia dijemput sahabat-sahabatnya yang lain, kecuali Bram dan juga Cindy yang memang nggak ikut jemput Gendis.
"Mas mau ngajak Gendis ke mana lagi nih?" tanyanya.
Gendis sampai terbiasa, kalau Nover atau teman-temanya datang menjemput, dipastikan Gendis bakalan diajak main atau ada acara tertentu yang mengharuskan Gendis menghadirinya.
"Bram hari ini ulang tahun, dia ngundang kita buat ke party nya dia," ucap Nover ngejelasin.
Setelah nggak ada Maya, Nover jadi sering banget ngajak Gendis main sama gengnya, ke manapun dan kapan pun gengnya ngadain acara.
"Mmmh ... kak Cindy nggak ikut?" tanya Gendis, karena dia nggak lihat Cindy di dalam mobilnya Nover.
"Cindy, ikut kok," ucap Stev sambil menahan dagunya di atas kaca mobil.
“Iih ..., kakak udah bisa bahasa Indonesia?” tanya Gendis dengan aura bahagia, jadi Gendis nggak perlu repot nunggu diterjemahkan kalau ngobrol sama Steve.
Tapi ternyata, “dia minta gue terjemahin, dan ngajarin ngomong pakai bahasa Indonesia,” ujar Rezy, sambil memunculkan kepalanya, mengikuti tingkahnya Stev.
Gendis mengerucutkan bibirnya, karena dikira Steve sudah pintar bahasa Indonesia. Tapi abis itu Gendis jadi canggung, karena Rezy reflek mencubit pipinya, karena katanya, "lucu kalau lihat lo lagi cemberut." habis gitu, Gendis langsung menunduk malu karena ulahnya Rezy.
Di perjalanan, Gendis diem aja dan duduk paling belakang sama Rezy. Gendis bukannya mengacuhkan Rezy, tapi Oliv terlihat nggak suka seperti biasanya dan ngajak Rezy ngobrol nggak ada habisnya dan justru dia yang diacuhkan.
Gendis malah diajak ngobrol supirnya Nover, karena beliau melihat Gendis yang diem aja.
Gendis tersenyum dan keingetan Ferrell, karena pembahasan yang dimulai dari pak Erman.
"Oiya mas, Ferrell apa kabarnya?" tanya Gendis dan membuat pak Erman tersenyum, karena pancingan beliau tadi bikin Gendis ngomong dan nggak bete lagi.
Nover menceritakan mengenai Ferrell, sepanjang perjalanannya ke rumah Cindy, karena nanti Gendis bakalan di drop untuk didandanin dan yang cowok bakalan pulang ke rumah masing-masing, dan nanti Stev yang jemput cewek-cewek dari rumah Cindy.
🔜 Next 🔜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments