Gendis langsung dibawa ke rumah sakit, ditemenin Widi dan juga Didot, yang sampai ninggalin acara perlombaan dan juga temen-temen kelompoknya.
Sementara Ade, Bejo, dan Maya menyusul ke rumah sakit, setelah acara di sekolah selesai.
"Gendis kenapa Dot?" tanya Maya cemas, langsung kepingin tau begitu dateng.
Maya segen bertanya ke Widi, padahal Widi ada di sampingnya Didot.
Sementara Didot yang ditanya, malah diem aja.
Ade dan Bejo juga berusaha nanya, tapi akhirnya Widi yang menjawabi, "sorry, semua salah gue. Gue berantem sama Gendis, sebelum dia pingsan."
"Alesannya?" tanya Maya kaget.
Bejo dan Ade udah ngerti kalau Widi berantem sama Gendis, berarti nggak jauh masalahnya tentang Doni.
"Gue marah ke Gendis, karena dia nggak bisa ngelupain Doni dan masih nyimpen fotonya Doni."
"Gue cuma mau Gendis yang dulu balik lagi, dia yang sekarang kayak ogah-ogahan buat ngejalanin hidupnya karena mikirin Doni."
Ucapan Widi langsung dibalas sama dokter, yang nggak lain Ibunya Ade. Widi dan temen-temennya dapet pesan yang emang mengingatkan mereka untuk nggak sembrono ngadepin orang yang patah hati, apalagi ditinggal mati.
"Ibu ngerti Wid ..., kalau kamu punya niatan baik ke Gendis. Tapi cara yang kamu pakai, terlampau berbahaya untuk anak-anak seumuran kalian."
"Nggak gampang loh, buat ngelupain sesuatu tanpa ada bantuan psikolog. Karena Gendis masih syok, dia masih belum terima sama keadaan dan kebiasaan yang tiba-tiba saja menghilang."
"Coba kalian bayangkan, kalau Gendis itu adik kalian yang lagi main boneka. Terus bonekanya hilang kepalanya, atau rusak. Dia pasti menangis kan? Lalu kalian sebagai kakak, sebisa mungkin akan menenangkan adik kalian kan?"
"Kalian juga akan membuat dia lupa sama barang yang rusak tadi, dan cari cara supaya adik kalian nggak nangis lagi."
"Ibu juga sudah jelasin ini ke Ade. Ibu harap, kalian bisa berhati-hati dengan rencana kalian untuk membuat Gendis lupa sama Doni."
"Gendis masih di UGD. Sudah sadar, tapi hanya boleh dijenguk satu orang dan ganti-gantian ya, kalau mau lihat Gendis."
Maya masuk pertama kali, dia yang kelihatan paling panik sama kondisinya Gendis. Walaupun yang lain juga panik, tapi yang lain segen untuk nemuin Gendis. Dan takut Gendis nolak, makanya mereka meminta Maya masuk lebih dulu, untuk lihat kondisinya Gendis duluan.
"Gimana Ndis, udah enakan?" tanya Maya hati-hati.
Gendis menganggukkan kepalanya, sambil menunjuk tasnya dan meminta Maya mengambilkan barang peninggalannya Doni, yang menjadi pusat pertengkaran Gendis dengan teman-temannya.
"Yang lain mana May?"
"Nggak boleh masuk semua Ndis, harus satu-satu," jawab Maya.
"Lo mau nemuin mereka?" tanya Maya balik, setelah memberikan dua barang yang diminta Gendis tadi.
Gendis menganggukkan kepalanya dan meminta Maya ngasih dua fotonya Doni, ke temen-temen power rangers nya, dan meminta mereka untuk pulang.
Maya nurutin maunya Gendis, menyampaikan pesenannya Gendis tadi ke temen-temen Power Rangers nya Gendis.
"Gendis nggak mau ketemu kita May?" tanya Ade salah paham, karena Maya ngasih foto itu dan meminta mereka untuk pulang.
"Nggak kok, Gendis nanti sore juga udah pulang, kalau orang tuanya bisa jemput. Kalian diminta Gendis pulang, buat simpenin foto ini." ujar Maya menuturkan.
"Nanti kita boleh ke rumahnya?" tanya Bejo mastiin.
"Iya boleh, nanti gue yang kabarin lo, Jo. Kalau Gendis udah sampai rumahnya," ucap Maya menjawabi.
Keempat power rangers nya Gendis, nggak menolak diminta pulang, mereka juga harus memberi waktu ke Gendis agar istirahat.
..........
Setelah Gendis sampai di rumahnya, Maya langsung ngabarin para Power Rangers nya Gendis, mereka langsung dateng berkelompok, karena masih takut Gendis marah atau mereka takut bakalan kena marah bu Ayu.
Ketakutan mereka nggak terjadi, karena memang Gendis masih pusing, nggak kuat bangun dari kasurnya. Maya mengantar keempat power rangers nya Gendis, dan memberikan waktu buat mereka ngobrol sama Gendis.
Sementara itu, Maya mengalihkan main sama Jingga dan bu Ayu, yang akhirnya mengurusi anak keduanya setelah pulang kerja lebih awal.
"Gimana tadi perlombaannya?" tanya Gendis memecah keheningan.
"Kelas gue yang menang, kelas kalian juara 3," jawab Bejo, karena melihat Didot dan juga Widi yang malah diam.
Gendis terlihat kecewa, kalau kelasnya mengalami kekalahan karena ia pingsan tadi. Tapi juga senang, kalau kelasnya Bejo, Ade dan Maya yang bisa memenangkan perlombaan. Setidaknya juga, kelas Gendis masih bisa menang walaupun juara ketiga.
Gendis melirik ke Didot yang mau maju duluan, memulai membahas masalah di kelas mereka tadi.
"Nih Ndis," ucap Didot, dia mengembalikan dua macam foto. Yang satu foto Doni dengan Gendis saat mereka berfoto di dalam mobilnya Doni, waktu ulang tahun Gendis. Dan yang satunya lagi, foto wajah Doni yang Gendis ambil dari diary nya Doni.
"Gue udah ngasih foto itu ke kalian. Terserah mau disobek, dibakar, ataupun dibuang. Gue nggak akan marah, asal kalian nggak ninggalin gue," ucap Gendis panjang lebar, hingga kedua netranya mulai basah, lalu air matanya pun menetes ke pipi.
Bejo, Ade, dan Didot langsung menoleh ke Widi, yang tiba-tiba ngambil dua foto yang masih di tangan Didot, karena Gendis belum mau ngambil foto itu.
"Kita nggak ada yang berhak merusak yang bukan punya kita. Ini punya lo Ndis, sekalipun lo minta kita buat musnahin peninggalannya Doni. Percuma jugakan, Doni tetep ada di dalam hati lo dan belum tentu musnah kayak dua foto ini," cicit Widi, menyerocos panjang lebar.
Widi menyesal sama apa yang dilakukannya beberapa hari ini, dia baru sadar setelah melihat dampak perbuatannya ke Gendis.
Bejo langsung memeluk Gendis, diikuti Ade, dan Didot.
"Kita nggak bakalan ninggalin lo, kok Ndis." Bejo berujar, menenangkan ketakutan Gendis yang mengira bakal ditinggal sahabat-sahabatnya ini.
"Gue cuma mau minta tolong ke kalian."
Bejo, Ade dan Didot langsung melepaskan pelukan mereka, untuk menunggu ucapannya Gendis.
"Mulai sekarang, jangan sebut-sebut nama kak Doni. Gue langsung tiba-tiba pusing, dan bisa langsung pingsan kayak kemaren." pungkasnya.
"Soal kemaren dan hari ini, maaf ya Ndis," ucap Widi, menyampaikan rasa bersalahnya pada Gendis.
Gendis menganggukkan kepala, ia merentangkan tangannya, untuk menerima pelukan dari Widi dan mereka pun berbaikan.
Keadaan yang Gendis lalui, memang nggak bisa dipaksain. Cara mereka supaya Gendis lupa, ya menyibukkan diri kayak apa yang dilakuin Deka ke Gendis.
Setelah istirahatnya 3 hari di rumah, Gendis didaftarin Deka untuk ikut organisasi sekolah. Deka sampai udah mikirin strategi. Pastinya Gendis bakalan nolak, kalau para power rangers nya nggak diikut sertakan. Makanya Deka berusaha banget supaya Ade, Widi, Didot dan juga Bejo, mau mendaftar ke OSIS yang akan peremajaan.
Mereka pun langsung mengikuti pelatihan di taman wisata bogor, dan sekalian pelantikan di sana.
🔜 Next 🔜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments