"Gendis!"
Panggilan itu bikin Gendis menoleh, dilihatnya Steve yang memanggil namanya. Tapi karena keduanya terhalang sama pemahaman bahasa, Stev yang pertama nemuin Gendis, memilih menelfon Rezy.
Gendis diketemukan lagi duduk di perahu, karena Stev nggak lancar bahasa Indonesia, sementara Gendis nggak ngerti bahasa Inggris, keduanya malah diem-dieman dan Stev yang nemenin Gendis duduk di samping Gendis sampai Rezy dateng.
Begitu Rezy dateng, Rezy langsung menginterogasi Gendis.
"Lo lagi berantem sama Nover?" tanya Rezy.
Stev menawarkan diri membawakan kelapa utuh yang dibeli Rezy, untuk langsung dibawanya ke Villa.
Gendis pun memilih bangkit dari tempat duduknya, supaya Gendis nggak perlu ngejawab pertanyan Rezy yang bakalan menjurus ke Doni.
"Kak, sini Gendis bantuin," ucapnya sambil menarik 4 kelapa dari tangan kanan Stev.
Nggak perlu diterjemahkan sama Rezy, Stev udah ngerti dengan sendirinya, tapi kelapa dari tangan Gendis malah di ambil 2 buah lagi sama Rezy supaya Gendis nggak repot.
"Biar gue aja," ucap Rezy.
Gendis nggak nolak, karena pas Gendis bawa empat-empatnya, Gendis kelihatan kesusahan karena berat.
Mereka lewat pintu belakang, supaya nggak ketawan abis nyari Gendis, dan seakan cuma mereka yang tau kalau Gendis kabur.
"Ayok makan bareng," ucap Stev dengan bahasa Inggris.
Gendis paham maksud ucapannya Stev, tapi Gendis nolak karena ada Nover.
Tapi Rezy langsung mendorong pelan bahunya Gendis, supaya Gendis ikutan makan.
Dengan terpaksa Gendis duduk di kursi, tapi dia juga duduk di samping Rezy yang jadi penghalang di antara kursinya Gendis dan juga Nover.
Nggak ada obrolan apa-apa, Oliv juga nggak berulah, karena tau kondisinya Nover yang lagi sedih, ditambah semuanya tau kalau Nover sama Gendis lagi berantem juga.
Setelah makan, mereka semua langsung menempati kamar. Stev tidur sama Rezy, sementara Bram tidur sama Nover dan Gendis mesti rela satu kamar sama Oliv.
Gendis merasa canggung sama Oliv, walaupun Cindy jadi pembatas di antara mereka, tapi akhirnya Gendis keluar dari kamar itu, sambil bawa bantal dan ngalah tidur di sofa.
Pas banget Gendis keluar dari kamar, Rezy juga ke luar dari kamarnya.
Keduanya pun malah ngobrol di ruang tamu.
"Lo nggak bisa tidur karena emang mikirin Nover, apa karena Oliv reseh?" tebak Rezy.
"kalau menurut kak Rezy, Gendis nggak bisa tidur karena apa?"
"Kok malah balik nanya?" tanya Rezy, sembari tersenyum.
Gendis juga ikutan tersenyum.
"Lo kenapa berantem sama Nover?"
"Kak Rezy masih niat ya nanyain itu?"
"Yah ..., pertanyaan gue dari tadi nggak kejawab nih?" sindir Rezy.
Gendis akhirnya ngejawabin kenapa sampai berantem sama Nover.
"Ya maklum aja, Ndis. Orang yang lagi patah hati pasti ada aja ulahnya," ucap Rezy.
"Kakak pernah kayak gitu?" tanya Gendis.
Rezy menggeleng.
Gendis malah tersenyum.
"Bukan karena lagi patah hatinya kak, Gendis udah pernah ngalamin itu. Gendis ngerti kok, makanya pas tadi mas Nover ngusir Gendis, Gendis ikutin maunya dia."
"Mas Nover cuman nggak mau dipaksa, karena Gendis maksa dia tadi. Padahal harusnya Gendis nggak maksa mas Nover, harusnya Gendis biarin aja dia ngomong."
"Kalau lo diemin, malah justru salah Ndis. Kalau tiba-tiba dia punya pikiran untuk bun*h diri supaya Maya balik, gimana?"
"Oh iya, ya. Kayak Gendis waktu itu ya kak?"
Rezy terkejut denger ucapannya Gendis, dia ngerasa kalau Rezy meledek Gendis dan Rezy ngerasa bersalah sama omongannya.
"Ekh ..., maaf. Gue nggak bermaksud ngingetin kejadian waktu itu."
Gendis memaklumi ucapan Rezy, dan tau kalau maksud ucapan Rezy memang nggak menjurus untuk menyindirnya.
"Lo tau alasannya Maya harus pindah ke Solo?"
"Karena mbahnya sakit, terus karena mbahnya juga cuman mau Maya yang ngurusin." papar Gendis menjelaskan.
"Kenapa nggak lo kasih tau ke Nover kayak gitu, lo bisa nenangin Nover dengan ucapan kayak gitu Ndis." timpal Rezy.
"Gue juga kaget, denger Cindy dapet telfon dari Maya, kalau Maya pindah ke solo dan mereka putus."
"Gue nggak bisa nenangin Rezy pake kata-kata, ya gue bisanya cuma ikut aja kayak gini, senggaknya dia bisa lihat temen-temennya ngedukung dia."
"Sekarang yang Nover butuhin cuman temen, ya senggaknya buat bikin dia lupa sama Maya selama ada temen-temennya."
"Gue yakin, pasti dia juga nggak bisa tidur. Lo tau nggak, kenapa dia nggak bisa tidur?"
"Ya udah pasti dia mikirin Maya kan?"
"Bukan karena itu juga, karena dia sekamar sama Bram. Bram tuh kalau tidur mendengkur, makanya gue ogah tidur sama Bram."
Mendengar ucapan Rezy, Gendis pun malah dibuat tertawa.
Rezy ngingetin Gendis supaya nggak berisik, dan bangunin yang pada tidur.
"Kak Rezy nggak tidur?"
"Lo udah ngantuk?" tanya Rezy balik.
Gendis menggeleng.
"Ini jam produktif buat maen game, makanya gue nggak tidur," ucap Rezy, sambil mengeluarkan laptopnya dari balik bantal yang dari tadi dibawa Rezy, tapi karena ketutupan bantalnya jadi Gendis nggak lihat.
"Mau begadang nemenin gue main game?"
"Begadang sih nggak mungkin kak, Gendis nggak bisa begadang. Paling sampai jam 10, Gendis udah merem." ujarnya, sambil melirik jam di dinding yang menunjukkan jam delapan lewat tiga puluh menit.
Rezy mulai memasukkan akun gamenya di laptop, Gendis di biarin duduk di sofa, sementara Rezy duduk lesehan di kapet, karena Rezy butuh meja buat naruh laptop dan mouse.
Rezy banyak menjelaskan permainan yang di mainkannya, karena Gendis juga banyak bertanya ke Rezy.
Ini baru pertama kalinya Gendis lihat permainan game di pc dan langsung lihat cara bermainnya Rezy, dan kini telinga Rezy sudah dipasang headphone dan mulai menjawabi teman-temannya, sementara Gendis sudah mulai terlelap di sofa, padahal baru setengah jam ngobrol sama Rezy dan belum jam 10, Gendis udah tepar dengan sendirinya.
......................
Minggu sore, supirnya Nover dan supirnya Oliv jemput mereka di Villa.
"Ver, Rezy di mobil lo ya, sekalian anter dia pulang?" ucap Cindy yang langsung menutup pintu mobil, dan meninggalkan Rezy yang masih di kamarnya. Rezy juga bangun sore, karena semalam dia bergadang sampai jam 2 pagi.
"Yang lain mana?" tanya Rezy yang baru aja keluar dari villa, setelah selesai mandi.
"Udah pulang duluan. Kata Cindy, lo di mobil gue aja, sekalian gue anter pulang," ucap Nover menjawabi.
"Cindy ...." monolog Rezy dalam hati, terlihat kesal sambil menghela napasnya.
"Temenin Gendis ngobrol ya?" bisik Nover ke telinga Rezy.
"Lo masih belum baikan?" tanya Rezy.
Nover cuma mengganggukkan kepalanya, dan langsung duduk di kursi depan. Sementara Gendis udah dari tadi duduk di kursi tengah, di belakang Nover persis.
Untungan Gendis banyak tanya ke Rezy soal Game yang Rezy mainkan semalam, Gendis juga nggak mau sepi-sepi banget dan keliatan lagi berantem sama Nover di depan supirnya.
Gendis dianterin lebih dulu, soalnya memang Gendis udah janjian sama temen-temen power rangers nya. Buat ngisengin Didot soal penembakannya ke Rizky, yang terjeda sama acara liburan tiba-tibanya Gendis sama Nover.
🔜 Next 🔜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments