Gendis malah menangis, membuat Rezy berbalik lagi untuk menenangkannya.
"Nggak pa-pa Ndis, ada kak Rezy di sini."
Gendis masih lemas, kakinya juga nggak bisa berdiri dengan tegap.
Rezy pun memeluk Gendis, seraya mengusir anjing peliharaannya, supaya Gendis nggak ketakutan lagi.
"Mereka udah pergi Ndis, ayok masuk. Kita makan siang dulu ya, nanti baru kak Rezy anter pulang?" ujarnya, lalu melirik Gendis yang masih menutupi wajahnya di dadanya Rezy.
"Beneran udah pergi kak?" Gendis memastikan, sambil mengangkat kepalanya.
Air mata Gendis masih berlinangan, membuat Rezy lupa sama niatnya, yang kepingin buru-buru menutupi kesalahannya di depan Mamanya nanti.
Rezy mengangguk gemas, dadanya sudah berdesir sejak tadi karena pelukannya ke Gendis tadi, belum lagi menatap wajah gadis remaja yang ada di hadapannya itu.
Tangan Rezy sampai menangkup di pipi Gendis, untuk mengusap air mata gadis yang disukainya itu. Lalu setelah itu, menggandengnya sampai merapatkan jari jemarinya di tangan Gendis, yang secara nggak langsung memberikan ketenangan bagi Gendis yang sempat panik karena bertemu peliharaannya tadi.
Tadinya, Rezy sudah dapat alasan untuk menutupi kesalahannya di depan Mamanya, seakan Rezy dan Gendis lagi makan saat Mamanya tiba nanti. Tapi melihat Gendis malah panik, kini Rezy hanya pasrah menerima hukuman apapun dari Mamanya yang terkenal tegas, dan tidak bisa mentoleransi larangan yang sudah ia berlakukan pada anak-anaknya.
Rezy masih menggandeng tangan Gendis sampai di meja makan, dan memperlihatkan isi meja tersebut yang sudah dipenuhi hidangan dengan aroma yang menggugah selera.
Rezy cukup jarang melihat penampilan meja makannya, yang selalu penuh dengan pilihan menu makananan, hanya saat Mamanya pulang bekerja.
Selama Mamanya kerja, Rezy memang selalu sendirian di rumah karena kakak-kakaknya juga sudah berkeluarga. Rezy terlahir menjadi anak bungsu, dari kedua saudaranya yang keduanya perempuan.
Gendis sampai melongo, nggak menyangka melihat makanan yang dihidangkan di atas meja makan.
"Kenapa makanannya sebanyak ini kak? Ada yang ulang tahun?" tanya Gendis nggak puas kalau nggak berkomentar, saking terkejutnya melihat isi meja makan.
"Kalau ada Mama, memang segini banyaknya Ndis. Nanti kedua kakak perempuan kak Rezy, bakalan dateng sama suami mereka, terus jemput anak-anaknya dari sini. Terus makan malam di sini," ujarnya menjelaskan panjang lebar, lalu menarikkan kursi untuk Gendis duduk dan bisa langsung menikmati makanan.
"Kenapa nggak tunggu mereka dateng semua aja kak?" Gendis menolak diajak makan, padahal sebenarnya perutnya juga sudah merasa lapar, tapi Gendis nggak enak harus makan berdua sama Rezy, karena merasa hidangan itu dibuat bukan untuk menyambut kedatangannya.
"Om Ezy ...." teriak empat keponakannya, yang dua memakai seragam sekolah dasar, sedang dua lagi mengenakan seragam taman kanak-kanak.
Rezy menoleh, melihat sosok wanita elegan di belakang keempat ponakannya, sedang melenggang dengan ketukan hak sepatu yang cukup tegas, dan menampilkan tatapan dingin namun anggun.
Wanita di sana bernama Ibu Eloise natasya, seorang single parent, setelah kecelakaan yang dialami Papanya Rezy dan juga Rezy. Setelah Papanya Rezy meninggal dunia, Mamanya menjadi wanita kuat yang mengurus bisnis peninggalan suaminya itu.
Ketegasan Mamanya Rezy hingga membuat putranya takut, karena memang Nyonya Eloise selalu mendidik anaknya seperti halnya didikan seorang Ayah yang galak, tegas namun mendidik dan sayang ke anak-anaknya dan mengharapkan anaknya bisa lebih baik.
"Kamu Gendis?" tanya bu Eloise sambil mempertegas tatapannya, pada gadis muda yang tengah duduk di kursi.
"Iya tante." seraya Gendis bangun dari tempat duduknya, lalu mendatangi wanita anggun yang berdiri dengan tegap di depan meja makan.
Gendis mau menyalimi business women di hadapannya, namun Mamanya Rezy justru menahan bahu Gendis, lalu memeluk Gendis dengan eratnya.
"Tante ikut senang, bisa melihat kamu sudah jauh membaik," ujar bu Eloise, bersyukur melihat Gendis bisa kembali beraktifitas setelah pertemuan beberapa minggu yang lalu.
Bu Eloise mengingat pertemuan pertamanya dengan Gendis, saat Gendis meminta penangguhan hukuman untuk supirnya Rezy.
Waktu itu tubuh Gendis masih dipenuhi perban, dan juga terlihat lesu. Tapi kini, Gendis sudah terlihat jauh lebih bahagia yang memang terpancar dari air mukanya, meskipun agak pucat karena ulah teman-teman Bram. Tapi Mamanya Rezy, sudah merasakan ada perubahan yang beliau lihat dari Gendis.
Seketika, image dingin bu Eloise memudar. Membuat putranya sendiri lega, karena Mamanya nggak sedang marah saat ini.
Bu Eloise lalu mengajak Gendis, Rezy dan juga keempat cucunya untuk makan bersama.
"Kakaknya kak Rezy, nggak ikutan makan?" tanya Gendis, sebelum duduk lagi di tempatnya tadi.
"Mereka belum pulang kerja, nanti malam mereka dateng, sekalian jemput anak-anaknya." jelas Rezy, lalu menarikkan kursi untuk Gendis, nggak lupa juga menarikkan kursi untuk Mamanya.
Sambil makan, bu Eloise banyak mengajukan pertanyaan ke Gendis, beliau juga perlu tau alasan keberadaan Gendis di kediamannya.
Rezy menjelaskan, kalau mereka baru dari rumah sakit, karena kejadian ulang tahun Bram.
"Tapi, kalian tidak pa-pa kan?" tanya bu Eloise cemas.
Gendis dan Rezy mengangguk, menjelaskan lagi kalau hanya Gendis, Oliv dan juga Cindy yang terkena dampaknya. Sementara yang cowok-cowok aman, dan ketiga perempuan juga sudah diperiksa ke rumah sakit, dan dinyatakan aman dari pengaruh obat yang dimasukkan ke dalam minuman mereka.
Usai menghabiskan makanan, bu Eloise pun meminta keempat cucunya untuk menemani Gendis, sementara beliau mengajak putranya ke lantai atas.
Lima belas menit kemudian, Rezy turun setelah mengobrol dengan Mamanya, dan Mamanya juga ikut turun.
"Ayok pulang." ajak Rezy.
"Terima kasih suguhannya ya tante, Gendis pulang dulu." sambil mendekat, lalu dibalas senyuman dan cipika-cipiki dari Mamanya Rezy yang terlihat senang dengan kedatangan Gendis.
Sampai di garasi, Rezy membuka pintu mobilnya dengan kunci otomatis.
"Loh …, kak Rezy kok boleh bawa mobil?" tanya Gendis kebingungan.
"Pak Tarjo kok, yang bakal nganter kita. Kita tunggu aja dulu, soalnya pak Tarjo lagi makan," ucap Rezy, sambil menyalahkan mesin mobil, lalu duduk di belakang dan terlihat bete.
Gendis pun masuk ke dalam mobil, lalu melihat wajah Rezy yang terlihat kesal.
"Kak Rezy, abis dimarahin Mamanya ya?" tanya Gendis.
Rezy menghela napasnya.
"Gue mau nanya dua pertanyaan deh, apa sih yang nggak cewek tau? Dan kenapa dia bisa tau?"
"Maksud kak Rezy?" Gendis sampai bingung mengartikan pertanyaan, yang Rezy sampaikan barusan.
"Maksud gue tuh, nyokap gue kok tau gue bawa mobil ke sekolah dan lo tau, kalau gue habis diomelin sama nyokap?"
"Ya … filling aja kak, soalnya kalau nggak ada apa-apa, kak Rezy nggak mungkin kan diem aja, Gendis juga nggak buat salah ke kakak?"
"Kalau Mamanya kak Rezy, itu juga karena filling orang tua tuh kuat kak, nggak akan pernah bisa dibohongin. Ibarat punya cctv sendiri yang dipasang tanpa sepengetahuan kita, apalagi ibu-ibu yang punya kekuatan beragam, yang dinamakan the power of emak-emak."
"Para ibu itu punya indra ke enam, yang bisa lihat kalau lagi dibohongin sama anaknya," ucap Gendis menjelaskan lagi.
"Terus pertanyaan gue tadi, apa yang nggak bisa cewek tau?"
Gendis terlihat seperti berpikir, sambil menopang dagunya dengan tangan kanannya.
"Mmmh … perasaan cowok kayaknya kak?" ucap Gendis spontan, karena memang itu pengalaman yang pernah dia rasain.
"Ya kan, cowok-cowok suka gitu, udah tau kalau cewek yang dia taksir suka juga ke dia, tapi dia diem aja dan nggak berani ngomong. Nanti giliran cewek yang ditaksirnya lagi deket sama cowok lain, baru deh mengutarakan perasaanya," ucap Gendis, teringat masa lalunya dengan Adam.
Rezy menatap mata Gendis lekat-lekat.
“Kalau soal perasaan gue, lo udah taukan. Tapikan, justru lo yang belum bisa nerima gue?”
Gendis tersenyum, mengalihkan pandangannya dari Rezy.
"Gue nggak kepingin lo jawab sekarang juga kok, gue juga cuman kepingin tau, apa yang nggak cewek tau."
"Ya kalau kak Rezy, nggak bilang ke Gendis soal perasaan kakak, Gendis juga nggak bakalan tau kan, terus kalau yang cewek nggak tau dari cowok, mungkin keinginannya."
Emang masih menjadi rahasia, di mana filling perempuan itu kuat banget. Apa lagi filling seorang ibu, dan seorang perempuan yang jatuh cinta, pasti punya filling kuat ke orang yang disayanginya.
Rezy nggak melanjutkan pertanyaannya ke Gendis, karena pak Tarjo datang dan Gendis juga dapet telfon dari Maya dan sepanjang perjalanan, nggak ada percakapan sama sekali karena Gendis ngobrol dengan Maya, bahkan sampai Gendis tiba di rumahnya.
Gendis sampai kaget, karena Nover sudah duduk di sofa sambil main sama Jingga.
Gendis buru-buru masuk kamar, lalu meminta Maya untuk mengakhiri telfonnya, menjelaskan karena ada Nover di rumahnya saat ini.
🔜 Next 🔜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments