Setiap orang yang pernah bersama, suatu saat pasti bakalan pergi.
Manusia itu seperti rumah singgah. Kalau nyaman akan ditempati untuk selamanya, tapi kalau tidak, mereka akan pindah dengan sendirinya.
Tidak ada yang abadi, sekalipun persahabatan. Karena sahabat, akan tetap ada dan tetap terpatri bersama dengan segala kenangan-kenangan yang ada.
Gendis dan kawan-kawannya mulai menjalani hari-hari mereka sebagai murid kelas 3 Smp, sementara Nover dan kawan-kawannya sudah menjadi murid kelas 1 Sma.
Nover, Oliv, Cindy dan juga Steve. Mulai ditinggal Rezy dan juga Bram yang memilih pindah dari Star School Internasional, untuk memilih sekolah kejuruan.
Rezy dan juga Bram memilih Smk, mereka punya impian masing-masing setelah menjadi murid Sekolah menengah atas.
Rezy yang menyukai game, memilih masuk ke Smk kejuruan It, dan Bram memilih Stm penerbangan, walaupun bukan keahliannya. Bram masuk ke sekolah penerbangan, karena memang keinginan orang tuanya yang kepingin Bram meneruskan keahlian Ayahnya yang seorang penerbang di kemiliteran.
Sepulang sekolah, Gendis dijemput Rezy karena Gendis kepingin baca diary nya Doni.
Gendis butuh waktu lama untuk melanjutkan membaca diary dari Doni, karena kesibukannya yang sekarang memang bisa melupakan Doni seiring berjalannya waktu.
Dicurhatannya, Doni juga membahas persahabatannya. Dia membahas soal Nover yang selalu curhat soal hubungannya dengan Maya, ditambah Nover adalah orang kedua yang memiliki pacar setelah Stev dan juga Cindy, yang akhirnya memublikasikan hubungan mereka.
Gendis asik sendiri di balkon kamarnya Rezy, membaca diary dari Doni. Gendis baca sendiri diary Doni di situ, karena rumah kaca baru diberi perawatan, jadi mereka nggak bisa masuk ke sana, makanya Gendis ada di kamarnya Rezy.
Sementara Rezy ada di dalam kamarnya, seperti biasa Rezy sibuk bermain game di depan komputernya, dan membiarkan Gendis ada di balkon kamarnya.
Di sekolah barunya, Rezy belum memulai pelajaran yang serius, yang harus menyita otaknya. Makanya kali ini Rezy bisa santai-santai, apalagi bisa sampai bermain game.
"Kak, udah nih," ucap Gendis, sambil masuk ke dalam kamar karena memang dia sudah selesai membaca.
Rezy tertidur di kursi depan komputernya, untungan Rezy nggak kaget bangun karena panggilan Gendis tadi.
Gendis menyimpan sendiri diary nya Doni di lemari bajunya Rezy, soalnya ditakutkan Nover baca dan Rezy bakal kena omel Nover, karena ulahnya bakalan ngebahayain Gendis.
Guk!
Guk!
Gendis mematung, mendengar gonggongan anjing ras Golden yang terakhir kali di lihat Gendis waktu Doni masih ada.
Kali ini si Golden Retriefer sudah terlihat dewasa dari terakhir kali ditemuin Gendis, badannya mulai besar, Gendis sendiri terkejut melihat pertumbuhan anjing itu, yang jelas aja bikin Gendis nggak bisa berkutik dan cuman bisa terduduk di lantai, membiarkan lemari Rezy terbuka.
Beruntung Rezy langsung bangun, karena mendengar hewan peliharaannya menggonggong dan masuk ke kamarnya.
"Bruno, out!" titah Rezy.
Golden Reitrifer bernama Bruno, malah nggak menghiraukan perintah Rezy. Bruno tetap menggonggong meminta perhatian Rezy, diikuti buntutnya yang menyatakan kalau Bruno sedang happy.
"Naik ke kasur Ndis, dia baru pulang abis suntik rabies dan abis perawatan."
"Dia curhat gitu, ke kak Rezy?" tanya Gendis heran, dengan posisi masih berjongkok di depan lemari.
Rezy tertawa mendengar ucapan Gendis, sementara Gendis masih belum berani beranjak.
Rezy terus mengusap telinga anjingnya, gonggongan Bruno bukan gonggongan meresahkan, tapi memang karena Bruno bahagia.
Setelah Rezy mengalihkan, Gendis baru berani melangkah, lalu naik ke kasurnya Rezy.
"Mau kenalan Ndis?" tanya Rezy meledek.
"Nggak kak, Gendis trauma."
"Setakut itu ya?" tanya Rezy.
"Iya, awalnya juga Blacky nggak nakutin, tapi setelah Blacky gede dan nyerang Gendis. Gendis trauma, dan nggak bakalan mau deket sama anjing mana pun juga."
"Bruno kan bukan Blacky yang jenis black tan, Ndis."
"Tetep aja, Bruno dan Blacky sama-sama anjing, kak."
"Kalau lo nggak kenal, lo akan terus ngerasa takut."
Rezy pun membawa Bruno duduk di lantai dan Rezy duduk di atas kasurnya, sementara Gendis cuman ngeliatin Bruno yang terus dielus-elus sama Rezy.
"Bruno berdiri," ucap Rezy.
Perlahan Bruno berdiri, Rezy mengambilkan sebuah box dari bawah kasurnya, dan Rezy ngasih biskuit anjing buat dimakan sama Bruno karena dia udah menghibur.
Bruno diperintah sama Rezy lagi, untuk duduk sambil menikmati biskuitnya.
"Lo mau nyuruh Bruno ngapain, dia bisa apa aja, kecuali yang bisa dilakuin manusia," ucap Rezy.
"Bruno, kamu diem aja ya, nggak usah gonggong, nggak usah berdiri. Cukup diem aja di situ dan jangan galak, jangan gigit manusia," ucap Gendis dengan perintahnya itu.
Rezy tertawa sampai terbahak-bahak, mendengar permintaannya Gendis ke Bruno.
Rezy ngasih lagi biskuit untuk Bruno, karena Bruno nurutin maunya Gendis.
Setelah selesai Bruno mengunyah, Rezy iseng megang tangan Gendis.
"Nggak kak, Gendis nggak mau!" tolaknya, sampai tangan kirinya berusaha buat ngelepasin tangan Rezy.
Rezy tertawa lagi, dia nggak berniat bikin Gendis pingsan pas megang Bruno. Niatnya memang cuma mau ngisengin Gendis, dan malah ngebiarin tangannya terlipat di antara jari-jarinya Gendis.
"Jangan tiba-tiba dikasih ke Bruno ya kak, Gendis masih belum kuat. Masih takut," ujarnya, memang terlihat panik bukan main.
"Iya, gue juga tau, nggak gampang bikin orang trauma sembuh dari rasa takutnya, gue juga dititipin Doni. Masa iya, gue mau ngelukain lo," ucap Rezy dan Gendis nyimak, lalu mengajukan pertanyaan.
"Kenapa kakak mau nurutin maunya kak Doni?"
"Kakak nggak keberatan emangnya, ngejagain pacar sahabat sendiri?"
"Lo masih nganggep Doni cowok lo?" tanya Rezy memastikan.
"Ya waktu kak Rezy dititipin sama Kak Doni, kan Gendis masih jadi pacarnya."
"Tapi, lo masih suka mikirin dia?" tanya Rezy memastikan lagi.
"Masih," jawab Gendis, lalu dilanjutkannya lagi. "Tapi nggak mikirin yang kayak dulu. Kalau dulu, Gendis mikirin karena masih sayang dan kecewa aja ditinggal tiba-tiba sama kak Doni."
"Terus sekarang, kalau ada yang suka sama lo, lo udah bisa nerima orang baru?" tanya Rezy.
"Iya, tapi nggak secepat itu juga kak, Gendis juga harus kenal sama orang itu, orang itu juga harus kenal sama Gendis dan ngertiin Gendis karena masa lalu Gendis." paparnya.
"Lo mau ngelarin diary nya Doni sekarang nggak?" tanya Rezy.
"Boleh?" tanya Gendis antusias, sampai senyumannya mengambang dan matanya terlihat senang.
"Siapa yang bilang nggak boleh?" ucap Rezy sambil tersenyum.
"Kirain nggak boleh, Gendis juga sebenernya mau nyelesain bacanya, biar nggak ngerepotin kak Rezy terus," ucapnya.
Rezy pun melepaskan tangannya, yang sedari tadi masih menggenggam tangan Gendis. Dia bangun sebentar untuk ngambil diary yang disimpen Gendis tadi.
"Kak, jangan jauh-jauh." sambil Gendis menarik kausnya Rezy.
"Bruno udah tidur, Ndis. Dia nggak bakalan gigit," ucap Rezy.
Gendis memperhatikan Bruno. Bener banget, Bruno nurut sama omongannya Gendis tadi.
Diary Doni dibuka lagi, banyak kenangan yang Doni tulis dan nggak melulu tentang hubungannya sama Gendis dan teman-temannya, dia juga membahas soal keluarganya.
Gendis membaca lagi soal Ojisan dan Ninik Annette dan tiba-tiba bikin Gendis keingetan sama Niniknya Doni yang baik dan ramah. Sempat terpikirkan bagaimana keadaan Niniknya Doni, apalagi menurut Doni. Dia paling deket sama wanita paruh baya itu, ketimbang sama kedua orang tuanya.
"Kok diem, lo kenapa? Tiba-tiba keinget Doni lagi?" Rezy sampai khawatir, melihat Gendis tiba-tiba diam.
Gendis menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum untuk meyakinkan Rezy kalau dia memang nggak kenapa-kenapa.
Tapi Rezy masih belum yakin, dan terus maksa Gendis buat cerita.
Dengan terpaksa, Gendis pun cerita, "tiba-tiba Gendis keinget sama Ninik Annette, kak. Kak Doni kan deket banget sama Ninik, apa Ninik baik-baik aja? Waktu tau kabar kak Doni ..." Rezy mengusap kepala Gendis, hingga membuat ucapan Gendis terjeda.
"Nggak ada yang baik-baik aja di awal kehilangan Ndis. Mama Papanya Doni, juga udah nggak pernah kelihatan di Indonesia lagi. Mereka juga langsung pindah dari rumah itu, setelah Doni meninggal."
Gendis menghela napas, menyetujui apa yang Rezy sampaikan. 'Nggak ada yang bisa baik-baik aja, di awal kehilangan.'
"Mau istirahat?" Rezy memastikan, sambil memberikan segelas air yang sudah disiapkan Rezy dekat meja belajarnya.
Setelah menerima suguhan tadi, Gendis pun memilih melanjutkan bacaannya. Tapi baru mulai baca, Gendis terdiam lagi.
Gendis pun langsung memastikan ke Rezy.
"Ini, bener kak? yang ditulis kak Doni, kalau kak Rezy naksir Gendis?"
Kali ini, Rezy yang malah diam sejenak sambil menatap kedua manik mata milik Gendis.
🔜 Next 🔜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments