Setelah Nover dapet kabar dari Gendis, kalau Maya udah menuju ke rumah. Nover langsung siap-siap dan sampai membanting pintu mobilnya, lalu meminta supirnya untuk meninggalkannya di situ, karena Nover ada urusan dengan Maya dan memilih menginap juga di rumah sepupunya itu.
Semakin hari, Maya semakin aneh menurut Nover.
Maya belum mau menyampaikan maksud kepindahannya, dan memilih caranya itu yang memang terkesan sengaja memancing emosinya Nover, yang secara nggak langsung juga menujukkan gelagat minta putus.
Maya yang baru tiba di gang rumahnya, langsung ditarik Nover.
"Jelasin ke aku, kamu pulang sama siapa? kenapa nggak kamu bawa sekalian cowok itu sampai ke rumah?” Nover memborong pertanyaan, yang malah nggak di jawab sama Maya yang sibuk meminta Nover melepaskan tangannya.
"Jawab dulu pertanyaan aku tadi." paksa Nover.
"Temen sekelas aku!" desis Maya dan Nover akhirnya melepaskan tangannya.
"Aku kangen kamu May, kita kenapa kayak gini? berantem terus nggak pernah akur?" tanya Nover dengan suara lirih.
Nover terus memperhatikan pacarnya ini, namun Maya malah terlihat acuh. Maya sama sekali nggak membalas tatapan Nover, dan pasang tampang kesal seakan memang nggak mau ketemu Nover lagi dan benci sama Nover.
"Kamukan mau ujian, ya kamu fokus aja di sekolah kamu," ujar Maya, mengalihkan pertanyaan soal hubungan mereka.
"Ya nggak gitu juga May, kalau aku kepikiran kamu berubah begini. Aku juga susah May, mikirin belajar untuk ujian." balas Nover, seraya mengusap lembut surai wanitanya ini.
Maya dengan cepat menepis tangan Nover, lalu ia pun berucap, "mau sampai kapan kita kayak gini Ver?"
"Maksud kamu?" tanya Nover balik, dengan kerutan di dahinya, yang menandakan kalau Nover bingung dengan penuturan Maya tadi.
"Aku nggak ngerti, kita tiba-tiba berantem terus. Kamu kalau ada masalah sama aku, ya cerita Maya. Jangan nggak ada masalah, tapi kamu malah bikin-bikin masalah," ucap Nover lagi, meluapkan kekesalannya ke Maya.
"Aku belajar soal strata, kamu strata atas, aku strata bawah, ibaratnya kamu golongan kekaisaran, aku golongan rakyat jelatah!" tiba-tiba, Maya malah memakai kiasan untuk membalas penuturan Nover tadi.
Nover diam, dia paling malas kalau membahas mengenai kesenjangan sosial.
"Kita nggak akan bisa selamanya pacaran Ver, kamu sama aku udah beda, perbedaan kita jauh banget."
“Karena pelajaran sejarah, kamu malah emosi ke aku? Ini aneh Maya, kayak cuman alesan kalau sebenernya kamu mau minta putuskan, karena perbedaan materi dan keyakinan?"
Sekarang gantian Maya yang diam, tatapannya kosong sambil memandangi aspal.
"Kitakan pacaran juga masih proses May, kalau ketakutan kamu soal itu. Kenapa dari awal kamu nggak nolak aku aja?" Nover komentar lagi, tapi dengan nada yang nggak meninggi.
Maya berusaha kabur lagi tanpa ngejawab, tapi malah bikin emosinya Nover balik lagi, sampai mencekal kedua bahunya Maya, supaya Maya nggak kabur-kaburan lagi.
"Lihat aku May!" pinta Nover, yang nggak diturutin sama Maya.
Maya masih aja memandangi aspal, dan nggak berani membalas tatapan Nover yang nantinya malah bikin dia luluh lagi setelah lihat wajah Nover.
"Kalau bener itu mau kamu kita putus, yaudah aku nggak maksain lagi. Asal kamu tau May, aku sering bilang ke kamu. Aku sayang sama kamu, nggak pernah aku mikirin perbedaan di antara kita." tutur Nover lagi, sambil terus memandang Maya yang masih enggan menatap wajah Nover.
"Iya, kita putus Ver!" desis Maya, seraya melepaskan tangan Nover dari lengannya, lalu mengakhiri percakapan mereka.
Maya nggak memandang wajah Nover dan malah ninggalin Nover, setelah menyatakan kalau hubungan mereka berakhir.
Maya sampai hati, bikin Nover sedih dengan putusnya hubungan mereka. Dia nggak pernah menyangka, kalau hubungan mereka berakhir juga.
"Mas … mas Nover kenapa?" tanya Gendis tiba-tiba, nggak tau sejak kapan Gendis dateng sama temen-temen OSIS nya yang juga lagi nungguin Gendis di sebrang jalan.
Nover tersadar kalau itu Gendis, dia langsung menjatuhkan kepalanya di bahu Gendis, lalu kemudian menumpahkan air matanya dan nggak ngomong sepatah kata pun.
Gendis mengkode teman-temannya untuk duluan, mereka ngerti apa yang lagi Nover hadapi, dia butuh sepupunya untuk menenangkan diri dari perasaan hancurnya.
Gendis langsung ngajak Nover ke rumah, dia menyuguhkan minuman untuk sepupunya dan mengajak Nover berbicara.
"Mas mau Gendis kabarin pak Erman biar jemput mas di sini?"
"Nggak usah, tadi gue udah bilang mau nginep di sini," ucapnya, berusaha menjelaskan meskipun dadanya masih terasa sesak, dan air matanya juga masih merembes ke pipi.
"Maaf. Gendis tinggal ya, soalnya ada rapat osis di rumah Bejo," ucap Gendis, yang hanya mendapat anggukan kepala dari Nover, ia juga langsung jalan ke kamar Gendis dan menutup pintu kamar Gendis.
Gendis nggak heran sama ulahnya Nover, karena pasti berhubungan sama Maya.
Setelah rapat, Gendis langsung ke rumah Maya untuk meminta penjelasan dari Maya soal keadaan Nover.
Kali ini, Maya nggak menghindari Gendis. Malah belum sempat Gendis tanya, Maya yang juga mengurung diri di kamar, langsung meluk Gendis sambil menangis sesenggukan.
"May, gue kan belum mandi, anak-anak aja tadi ngusir gue suruh mandi karena bau matahari. Lo kok, betah banget meluk gue?" ledek Gendis, berusaha membuat Maya terhibur setiap kali Maya sedih.
Maya langsung mencubit pinggang Gendis, Gendis nggak bereaksi apa-apa, dia malah senyumin Maya supaya Maya enteng cerita ke Gendis.
"Lo kenapa?"
"Maafin gue Ndis, gue udah bikin Nover sedih."
"Iya nggak pa-pa kok, lo juga dibikin sedihkan sama dia, ya berarti seri," ucap Gendis, selalu ada ucapan yang bikin Maya nggak berkecil hati.
"Ndis jangan bercanda, gue serius. Gue sama Nover putus!” ucap Maya, dan kali ini Gendis merubah raut wajahnya, nggak marah, tapi dia cuma merasa terkejut.
"Ndis, lo marah?" tanya Maya memastikan.
"Nggak, cuman kaget."
"Marah juga nggak apa-apa Ndis." balas Maya, lalu Gendis mengomentari lagi ucapan sahabatnya itu. "Kenapa gue harus marah? Kan bukan urusan gue juga May, itu kan urusan kalian berdua." Gendis harus menjelaskan ke Maya, supaya sahabatnya itu nggak makin merasa bersalah.
"Tapi kalau alasan putus lo karena lo mau pindah, gue malah mikirnya aneh. Kenapa juga kalian harus putus, kan masih bisa pacaran jarak jauh, lagian juga lo kan pindahnya masih 3 bulan lagi."
"Tapi nanti bakalan putus juga Ndis ...," ucap Maya dengan suara serak.
Gendis nggak bisa mengerti maksud pikirannya Maya, dia terlihat masih sayang sama Nover, tapi juga nggak bisa sama Nover.
Menurut Gendis, kalau cuma karena pindah sekolah. Ya kenapa harus putus?
Gendis merasa curiga, pasti selain masalah itu. Ada yang Maya sembunyiin dari Gendis, sampai akhirnya sahabatnya itu nekat harus putus dari Nover.
Gendis pun ngajak Maya makan, untuk mengalihkan kesedihannya.
Setelah merayu Maya untuk makan, Gendis teringat Nover yang juga ditinggalnya di rumah tanpa ada makanan dan hanya ada cereal nya Jingga.
Tapi begitu Gendis sampai di rumahnya, Nover malah lagi makan martabak manis sama Jingga, sambil asik nonton tivi.
Gendis lega banget melihat Nover mencoba baik-baik aja dan bercanda sama Jingga, meskipun pasti sulit mencoba baik-baik aja. Karena Gendis sampai saat ini, juga masih mencoba baik-baik aja, dan berusaha untuk melupakan kematian Doni.
🔜 Next Part 🔜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments