Gendis menyadari setelah dia kehilangan Doni. Manusia memang nggak ada yang abadi, dia juga harus bersiap kehilangan kebahagiaannya bareng orang-orang yang semakin hari pasti akan semakin berubah. Punya harinya masing-masing, dan punya kehidupan yang dijalani sendiri setelah orang-orang terdekatnya pergi.
Gendis mengisi acara perpisahan kelas 3, sekaligus perpisahan sahabatnya yang tinggal menunggu hari.
Setelah acara drumben yang dipimpin sama Maya sebagai mayoretnya, jadi acara penutup. Gendis pun naik ke panggung lagi, dia punya persiapan sendiri untuk perpisahan sama sahabatnya satu itu.
"Nggak afdol kan ya, kalau ketua drumben kita, kita minta untuk naik ke atas panggung." Gendis meminta para penonton, untuk bertepuk tangan menyambut kedatangannya Maya.
"Seenggaknya dia ngehibur kita, karena dikabarin dia mau pindah dari sekolah tercinta kita ini," ucap Gendis lagi. bercuap-cuap di atas panggung.
Maya yang kebingungan, dengan terpaksa naik ke atas panggung setelah Gendis memprovokasi penonton untuk bikin Maya mau nanyi.
"Yakin nih nyanyi, nggak nyesel?" ledek Maya yang langsung ditanggapi sama adik kelasnya, salah satu anggota di drumben yang tau banget sama suaranya Maya.
"Lipsing aja kak."
Maya langsung menggerutu, karena komentar anak itu, tapi dia beneran menuju petugas sound, lalu meminta memutarkan lagu Rosa berjudul Tegar.
Seluruh penonton mulai khawatir dan beberapa anak langsung menutup gendang telinga mereka, karena takut sama suaranya Maya yang katanya mirip sama suaranya Giant, yang bakalan bikin gendang telinga mereka pecah.
Tapi ternyata, mereka dibikin terkejut sama ulahnya Maya yang beneran lipsing, dan lawakannya itu bener-bener menghibur seluruh penonton di acara.
Perpisahannya Maya bakalan dikenang 3 angkatan. Maya nggak akan pernah terlupakan, sahabat bukan untuk Gendis, teman bukan untuk Gendis dan teman-teman yang dia kenal, tapi juga untuk semua angkatan dan guru-guru.
Di malam harinya, saat acara perpisahan, ada kebahagiaan baru yang ikut dimeriahkan Gendis dan teman-temannya. Ade meminta teman-teman power rangers nya untuk melancarkan acara penembakannya ke Lina, cewek yang ternyata disukain sama Ade dan berhasil bikin Ade melupakan patah hatinya dari Sinta.
................
Acara perpisahan untuk Maya sudah selesai. Sebelum Maya berangkat ke Solo, ada perpisahan kecil yang Maya adakan di rumahnya.
Maya hanya mengumpulkan teman-teman mainnya saat kecil, termasuk Gendis dan para power rangers nya.
Mereka banya bercerita masa kecil mereka, sampai akhirnya, Maya cerita ke anak-anak ini silsilah panggilan Maya untuk keempat temen power rangers nya Gendis.
“Oiya, selama ini kalian tau nggak? Kalau gue nyebut kalian power rangers nya Gendis?”
Jelas aja keempatnya saling menoleh ke Gendis, yang nggak pernah cerita sebelumnya seperti yang Maya jelaskan itu.
“Soalnya kalian itu power rangers nya Gendis dari kecil, apa-apa kalau Gendis diisengin, pasti kalian yang maju.”
“Sampai Gendis berantem sama gue dan Gendis yang salah, pasti kalian yang maju juga,” ucap Maya lagi, sekalian menjelaskan unek-uneknya.
“Gue nggak terlalu penasaran sih dengan sebutan itu, gue penasarannya siapa rangers merah nya?” tanya Ade, malah antusias sama siapa yang jadi rangers merah.
Gendis dan Maya saling pandang, mereka tertawa kecil sambil memberi unjuk phone book di handphone mereka.
Keempatnya langsung antusias, walaupun mereka terbilang sudah mendekati dewasa, tapi siapapun anak laki-laki akan berburu menjadi rangers merah di zaman kecil.
Dan zaman itu pun begitu membahagiakan, hanya karena kepingin jadi rangers merah, yang terkenal sebagai ketua power rangers dan paling spesial. Pasti ada aja pertengkaran dan ujung-ujungnya bakalan batal main rangers-rangersan, karena rebutan kepingin jadi rangers merah.
Ketiga laki-laki itu serempak melirik Bejo dengan tatapan iri, jelas mereka kesal karena Bejo yang dipilih jadi rangers merah, menurut kedua cewek-cewek ini.
“Kenapa gue?” tanya Bejo, malah nggak seantusias itu.
“Karena lo yang pantes jadi rangers merah,” jawab Maya.
“Gue setuju!” ucap Gendis nggak mau berkomentar panjang, karena Widi mulai menunjukkan wajah murkanya.
“Jadi kalau gue rangers black, karena gue pantes jadi rangers black gitu?” Widi menimpali dengan kesal, disela juga dengan tatapan nyalang ke arah Gendis dan juga Maya.
"Warna kulit sih yang menentukan lo jadi rangers black,” ucap Maya meledek.
Semenjak acara OSIS, Maya dan Widi udah nggak bersitegang lagi.
Widi banyak ngebantu Maya yang kepingin ikut acara pelantikan OSIS, karena Widi mendengar obrolan Maya dan Deka.
Widi juga langsung berubah ke Maya, karena tau mengenai kepindahannya Maya. Apalagi saat itu, Gendis juga baru aja kehilangan Doni. Makanya Widi sengaja merahasiakannya, dan membantu Maya supaya Deka mengizinkan Maya ikut, meskipun Maya nggak mendaftar menjadi anggota OSIS.
"Warna putih, pasti karena angkot abah nya'?” tanya Didot tanpa perlu diberikan penjelasan lagi sama Maya dan Gendis, mereka juga hanya memberikan anggukan kepalanya.
“Terus gue, kenapa gue warna ijo?” tanya Ade yang nggak habis pikir, sama pemilihan warna rangers untuknya yang dipilih Maya dan Gendis.
Pertanyaan Ade bikin Gendis dan Maya malah tertawa terbahak-bahak, karena hanya mereka yang tau kenapa Ade disebut rangers hijau.
“Lo inget nggak De?” Gendis menceritakan sepenggal kata, karena sembari tertawa.
“Waktu Sd, lo pernah nyemplung ke kolam pak Haji yang banyak lumutnya. Terus pas keluar, itu lumut nempel semua di badan dan baju lo.” lanjut Gendis, dan serempak menertawakan Ade karena cerita yang disampaikan Gendis.
“Apa iya De?” ujar Bejo, menahan tawanya sebentar, hanya untuk mengajukan pertanyaan itu.
“Gue nggak inget deh, kalau lo jatoh di sana De.” Widi menimpali, sambil memegang perutnya yang sakit karena tertawa terpingkal-pingkal.
Didot nggak berkomentar apa-apa, karena sibuk tertawa bareng Gendis.
“Gue sama Gendiskan lagi main ayunan,” ucap Maya, sampai berhenti sejenak, untuk mengatur napasnya, tapi Ade langsung menimpali karena dia mulai inget.
“Iya, waktu itu ni anak berdua lagi main ayunan, terus gue disuruh ngedorongin Maya. Ekh nggak tau kenapa, gue lupa deh, taunya gue jungkir balik masuk kolam ikan yang ada di belakang gue, sial!” ucap Ade, menjelaskan kronologi kenapa dia bisa masuk kolam ikan, dan menjadikan Ade rangers hijau.
Cerita yang Ade ceritakan balik ke anak-anak ini, makin bikin temen-temennya tertawa terbahak-bahak. Masih banyak kelucuan lainnya yang mereka lalui bersama saat masih kecil, dan kini mereka harus berpisah dengan Maya yang pindah sekolah ke Solo.
................
Gendis dan teman-temannya mengantar Maya berangkat ke stasiun, mereka nekat menumpang angkot abahnya Didot yang disetirin sama Widi, sementara keluarganya Maya dan Bundanya Gendis naik taksi mengikuti mereka.
"Sepi banget sih dot, puterin lagu dong," ucap Ade yang berteriak dari kursi paling belakang, meminta Didot yang duduk di samping widi, untuk memutarkan musik.
Didot menemukan kaset di dalam dashboard angkotnya, tapi Widi tiba-tiba udah memutarkan lagu dari kaset yang masih tersimpan di dalam tape.
Intro petikan gitar seketika bikin Didot panik. Dia langsung buru-buru mematikan tapenya, tapi Widi memaksa, "lo ngapain sih Dot, pake dimatiin segala?"
"Itu rekaman suara Didot, Wid. Jangan atuh, suara Didot parah bener," ujarnya malu-malu, dan sedang meyakinkan Widi untuk nggak melanjutkan mendengar musik tersebut.
"Iih ngarang lo. Suara lo paling bagus dari kita berlima, Dot." timpal Widi yang nggak mau kalah dan memaksa Didot.
Karena adu argumen di kursi depan, nggak sampai ke telinga penumpang di kursi belakang. Mereka pun mulai protes karena musiknya dimatikan, dan Didot pun berusaha menjelaskan. Tapi Widi pun iseng menyalahkannya lagi, tanpa bisa di larang Didot yang hanya bisa pasrah, sampai panas dingin menunggu kaset tersebut terputar sampai habis.
Petikan gitar sudah melantunkan lagu Andra and the backbone, yang berjudul Sempurna. Dan di akhir lagu, mereka dikejutkan dengan kata-kata yang membuat Didot sejak tadi panik bukan main.
"Didot nggak bisa dan nggak berani ngomong secara langsung, Didot kepingin kasih kaset ini untuk Rizky denger, karena Didot suka sama Rizky."
Kali ini, penumpang di kursi belakang langsung tertuju ke Rizky, sementara Widi tersenyum lebar memandangi Didot sambil menepuk-nepuk bahu Didot.
Setelah aksi penembakan Didot yang nggak disengaja itu, Rizky dan Didot malah diem-dieman. Dan untungnya teman-temannya yang lain sedang teralihkan sama kepergian Maya.
................
"Ingetin Gendis untuk makan tepat waktu ya?" ucap Maya, sebelum ia masuk ke dalam kereta.
"Lo bunda gue, apa sahabat gue siih May? Yang kayak gitu pake diingetin ke mereka," ucap Gendis.
Maya memeluk Gendis dengan erat, dia belum bisa melepas kepergian dan berpisah sama sahabat yang sejak kecil selalu bersama dengannya itu.
Setelah berpisah sama Gendis, Widi pun ikut menghampiri Maya.
"Gue minta maaf ya May, selama ini jahat terus ke lo," ucap Widi, yang akhirnya mengutarakan rasa bersalahnya selama ini ke Maya.
"Iya Wid, gue juga minta maaf, selalu bikin lo kesel," balas Maya, yang akhirnya untuk pertama kali keduanya berbaikan secara langsung, dan saling berjabat tangan.
Nggak ada yang tau alasan terbesar Widi kenapa benci banget sama Maya, kenapa jahat banget ke Maya selama ini. Tapi seenggaknya, Widi sudah membalas rasa bersalahnya, setelah mendengar Maya mau pindah.
Maya pun akhirnya berpisah dengan teman-temannya, Maya yang ditemani kedua orang tua dan juga adiknya, mulai memasuki peron keberangkatan.
Setelah para pengantar melihat Maya sudah menjauh, mereka pun pergi.
Baru aja berbalik setelah memperhatikan kepergian Maya. Bu Ayu orang pertama yang terkejut, karena melihat keponakannya yang diam dan hanya menitihkan air matanya.
Bu Ayu pun langsung memeluk Nover yang menangis sejadi-jadinya, karena nggak sempat bertemu dengan kekasihnya itu.
🔜 Next 🔜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments