Gendis nggak mungkin ikut angkotnya Didot setelah lihat Nover dateng, padahal Gendis kepingin banget menyaksikan lanjutan acara penembakannya Didot ke Rizky.
Bu Ayu terus menenangkan Nover di dalam mobilnya, sementara Gendis mengalihkan mengajak Jingga berbicara, dan pak Erman pun ikut mengalihkan mengajak Gendis dan juga Jingga bercanda.
Tiba di gang rumahnya Gendis, Nover menahan Gendis untuk nggak turun dari mobilnya.
"Tante, Nover boleh ajak Gendis nggak?"
"Mau ke mana mas?" tanya Gendis menyela.
"Ke Anyer, nginep di villa milik keluarganya Bram," jawab Nover.
Bu Ayu memberikan izin ke Nover, dia tau keponakannya butuh penenang dan teman mencurahkan hatinya yang sedang sedih.
Gendis pun tetap turun dari mobil Nover, karena harus menyiapkan pakaian untuk menginap.
......................
Setiba Gendis dan juga Nover di villa yang disebut Nover tadi, pak Erman langsung meninggalkan keduanya, lalu akan menjemput mereka 2 hari lagi.
Nover ingin menghabiskan weekend di villa tersebut, Nover langsung berjalan ke pantai yang berdekatan dengan penginapan yang mereka tinggali.
Inilah alasan Nover mengajak Gendis, supaya menemani Nover yang galau dan juga menemani Nover menghirup udara pantai dan juga angin yang semilir.
"Kita duduk situ yuk mas?" sambil menunjuk bebatuan.
Nover mengangguk, sambil memegangi tangan adiknya. Takutnya Gendis tergelincir, saat mereka mencoba duduk di tempat yang Gendis mau tadi.
Keduanya menghirup udara pantai yang segar, jauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Hanya ada semilir angin yang menyejukkan, ombak yang berkali-kali mencipratkan wajah mereka, seakan sedang menghibur para pemilik hati yang sedang patah.
Gendis berkali-kali melihat Nover menghela napasnya, dipastikan menahan lagi air matanya yang nggak mau tumpah di depan Gendis.
Di dalam hatinya, Nover juga merasa malu karena bersedih di depan Gendis. Maka dari itu, Nover menahan air matanya supaya nggak meluap.
Tangan Gendis terulur, menempel di bahu kakak sepupunya itu, sambil mengusap-usapkan telapak tangannya. Memberikan Nover penenang, dan berharap Nover cerita ke Gendis supaya Nover lega.
"Tadi, pas Maya berangkat ke Solo. Gue masih belum nyangka Ndis." seraya menundukkan kepala, lalu terangkat lagi karena takut air matanya justru tumpah saat menunduk.
"Nggak ada yang nyangka mas, Maya pindah sekolah." timpal Gendis, masih mengusapkan tangannya di bahu sepupunya itu.
"Yang bikin gue nggak nyangka. Sebelum dia berangkat, dia telfon gue, gue pikir dia mau ngajak balikan. Tapi nggak taunya, beneran serius ngajak pisah." ujar Nover, memberi penjelasan, kenapa hatinya masih berat berpisah dengan Maya.
"Maaf ya mas, Gendis nggak ngasih tau mas Nover soal keberangkatannya Maya. Tadinya, malah Maya nggak mau ngabarin sama sekali. Tapi tadi pagi, Gendis paksa dia buat ngabarin ke mas, supaya mas Nover juga lega."
Nover menatap Gendis dengan air matanya yang akhirnya menetes, padahal sudah Nover upayakan supaya nggak meluap lagi di depan Gendis.
"Emang nggak seharusnya Gendis ngomong ini ke mas sekarang, tapi ini pesen Maya buat mas Nover."
"Maya mau, mas Nover lupain Maya dan cari penggantinya Maya."
"Gue mana bisa sih Ndis, langsung lupain dia gitu aja." Nover memotong ucapan Gendis, seraya menyeka air matanya.
"Lo pernah ada di posisi gue kan, Ndis? Kehilangan orang yang disayang, tapi nggak bisa lupain orang itu!" ujar Nover, seketika nada bicaranya meninggi.
"Lo kalau gue minta cari penggantinya Doni, bisa nggak?" sekali lagi, Nover malah tersulut emosi, yang malah menyindir Gendis.
"Kok mas malah marah sama Gendis, Gendis kan cuma menyampaikan pesennya Maya aja."
"Kenapa bukan bilang dari awal aja Ndis?!" protes Nover sampai menatap nyalang ke adik sepupunya itu.
"Gendis temennya Maya mas, mas Nover sodaranya Gendis. Emangnya Gendis tega ngomongnya ke mas Nover, soal kepindahannya Maya?"
"Lagi juga, ini masalahnya mas Nover sama Maya, harusnya juga memang Maya yang ngomong langsung, dan bukannya Gendis!"
"Gue nggak mau diganggu, gue mau sendiri!" seraya Nover memalingkan wajahnya, yang jelas mengartikan kalau Gendis diusir.
"Kalau memang mas Nover nggak mau diganggu, ngapain juga ngajak Gendis ke sini? ujung-ujungnya, Gendis malah diusir!"
Gendis pun kesulut emosi, dan membuatnya meninggalkan Nover sendiri. Kepergian Gendis bukan karena kesal diusir, tapi Gendis justru keinget Doni lewat ucapannya Nover.
Udah lama, Gendis nggak baca diary dari Doni, udah lama juga Gendis berusaha lupain Doni. Tapi tiba-tiba Doni malah dateng lagi di pikirannya, setelah disinggung Nover tadi.
Gendis juga merasa bersalah, kalau aja tadi nggak langsung disampaikannya ke Nover. Pastinya, Nover juga nggak akan bahas mengenai Doni.
Nover yang sendirian, disadarkan sama kedatangan teman-temannya. Mereka sudah tau, kalau Maya pergi. Maya juga pamit ke Cindy, sebelum menelfon Nover pagi tadi. Teman-temannya Nover juga tau, kalau Nover ke villa nya Bram, karena Nover udah izin ke Bram sebelum berangkat ke stasiun.
"Urusan Maya bisa dipikirin nanti Ver, sekarang kita makan malam dulu," ucap Cindy, mengalihkan kesedihan sahabatnya itu.
Cindy selalu berhasil nenangin Nover, Nover juga menaruh kepercayaan besar ke sahabatnya itu. Karena menurutnya, Cindy bisa membantunya balikan lagi sama Maya. Mengingat, kalau setiap kali Nover berantem sama Maya, Cindy selalu bisa bikin Nover dan Maya balikan.
"Tolong panggilin Gendis di kamarnya Zy, ajak makan bareng." pinta Nover.
"Lo ke sini sama Gendis?" tanya Bram, langsung memotong setelah Rezy berjalan ke lantai atas.
Rezy langsung ke kamar nyariin Gendis, ada 3 kamar di villa itu. Semua kamar dibukain sama Rezy, tapi Gendis nggak ketemu sama sekali.
Rezy diam sejenak, mencoba menenangkan diri karena Gendis nggak ada di kamarnya.
"Lo berantem sama Gendis?" tanya Rezy, setelah memikirkan pertanyaan, supaya nggak bikin Nover panik kalau adik sepupunya nggak ada di kamar.
Nover mengangguk sambil menjawab, "iya." lalu mengajukan pertanyaan ke sahabatnya itu, "dia nggak mau diajak makan?" tanya Nover.
Rezy memilih menganggukkan kepalanya, lalu netranya juga tertuju ke Cindy yang bertanya hanya lewat gerak bibirnya. "kenapa?" dan dijawabi Rezy, dengan mengangkat kedua bahunya.
Rezy langsung ngambil handphone dan mengirimi sms ke Cindy, untuk menemani Nover makan. Sementara dia minta bantuan Stev, untuk nyari Gendis yang nggak ada di kamarnya, supaya Nover nggak khawatir apalagi ngerasa bersalah nantinya.
"Gue mau beli air kelapa, ada yang mau nitip?" tanya Rezy alesan.
Stev yang sudah diberitahu Cindy, langsung menawarkan diri untuk ikut, seakan memang Stev mau nemenin Rezy untuk beli air kelapa, padahal buat membantu Rezy mencari keberadaan Gendis.
Keduanya nggak tau harus mencari Gendis ke mana lagi, karena Rezy juga nggak bisa ngabarin Gendis. Gendis juga ninggalin handphone nya, yang sedang diisi daya di kamar.
Keduanya pun berpencar untuk mencari Gendis, kalau memang Stev nggak nemuin Gendis, prioritasnya Stev cuma beli air kelapa dan balik ke villa, lalu ngabarin yang lainnya kalau sampai Gendis nggak bisa diketemukan.
🔜Next 🔜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments