Curhatan dua pemuda

"Mama dari mana?" tanya pemuda itu.

"Dari rumah tante Bia tumben kamu ada di rumah Daren?"

"Mama tuh aneh ya kalo aku keluar di bilang keluyuran terus liat aku ada di rumah bilang nya tumben super aneh mama ini," ucap nya sedangkan Diana hanya tersenyum saja mendengarnya.

"Dimana papa dan kakak kamu?"

"Ada di ruang tamu," jawabnya Diana pun lantas menghampiri mereka.

Dion memang tahu kalo istrinya baru saja dari rumah Bianca karna istrinya itu selalu saja menceritakan apapun padanya.

"Gimana keadaan mbak Bia ma?" tanya papa Dion sedangkan anak pertamanya hanya diam sambil membaca buku di tangan nya.

Berbeda dengan anak keduanya yang cerewet anak pertama nya lebih banyak diam ya seperti Dion saat muda dulu.

"Sudah membaik, mama kesal sama mbak Bia Mas masa bilang makasih terus," ucap nya sambil menyandarkan kepalanya di bahu papa Dion.

"Mungkin mbak Bia merasa tidak enak pada kita," ucap Papa Dion karna bukan cuma pada Diana Bianca mengucapkan kata itu namun padanya juga.

"Padahal yang harus berterimakasih tuh kita iya kan kalo bukan karna Mas Andre dan mbak Bia kita gak mungkin bisa menikah," ucapnya dan Dion pun menganggukan kepalanya.

Lantas Ia pun melirik anak pertama nya yang sedari tadi diam dan tidak berkomentar apapun.

"Dylan mama dengar kamu mengajar di kampusnya Daren apa benar?"

Dylan pun hanya menganggukan kepalanya membuat Diana kesal melihat anaknya yang seperti gunung es itu.

"Astaga Mas liat tuh anak kamu cuma bisa nya ngangguk aja kalo di tanya kenapa sih gak jawab iya atau apa gitu bikin mama kesel aja," ucap nya sedangkan Dylan hanya melirik lalu fokus lagi pada buku nya.

Papa Dion hanya tersenyum Ia pun tidak tahu kenapa Dylan jarang sekali bicara berbeda dengan Daren yang cerewet.

"Udah manding mama mandi papa siapkan air hangat," ucap nya menggandeng istrinya masuk kedalam kamar nya agar tidak mengganggu Dylan.

Dylan juga masuk kedalam kamar nya namun Ia kaget saat melihat Daren sudah ada di kamarnya.

"Ngapain?"

"Gak boleh gitu gua masuk kesini lu aja boleh masuk kamar gua," ucap Daren.

"Keluar," ucap nya dengan wajah tanpa ekspresi membuat Daren kesal padahal Ia ingin curhat pada kakak nya itu.

"Gua mau cerita," ucap Daren duduk tempat tidur sambil memeluk guling sedangkan Dylan hanya menggelengkan kepalanya lalu duduk di sofa kembali melanjutkan mambacanya.

"Lu denger gua gak sih?" tanya Daren.

"Iya gua denger," jawabnya tanpa menoleh karna Ia tahu kalo Daren pasti akan terus mengganggunya.

Daren pun mulai bercerita tentang gadis yang Ia suka namun sial nya gadis itu sudah punya pacar dan yang Ia dengar gadis itu akan bertunangan dalam waktu dekat.

"Gimana Mas menurut lu.Apa gua culik aja dia supaya gak jadi nikah sama tu cowok," ucap nya membuat Dylan menutup buku nya lalu pemuda itu pun mendekat dan menggeplak kepala Daren dengan buku itu.

"Aww apaan sih Mas kok malah pukul gua segala?" Daren pun mengusap kepala nya Ia kesal dengan kakak nya itu bukan memberi solusi namun malah memukul nya.

Dylan pun duduk di depan adiknya sambil menatap tajam adiknya itu.

"Lu gak punya otak ya?"

"Hah apa?" Kini Daren yang melotot karna di bilang tidak punya otak oleh pemuda itu.

"Mas gua kan cuma tanya kenapa lu malah bilang gak punya otak segala?"

"Pikir aja sendiri," jawab nya membuat Daren semakin kesal percuma Ia cerita sama kakak nya itu karna bukan nya di beri solusi malah membuat nya semakin bingung.

"Percuma cerita sama lu Mas,lu gak pernah jatuh cinta mana tahu soal percintaan," ucapnya langsung berdiri bersiap keluar dari kamar itu.

"Walau pun gua gak pernah pacaran gua gak pernah berniat merebut milik orang lain, dan gua minta sama lu meski pun lu suka sama gadis itu lu harus biarkan dia bahagia dengan pilihan nya jangan nekad dan bikin masalah Daren."

Daren pun terdiam Ia berdiri di depan pintu mendengar perkataan Dylan Ia pun hanya bisa pasrah karna yang Dylan katakan ada benarnya.

🍀🍀🍀

Keesokan harinya Nadhira pun ke kampus seperti biasa Ia baru keluar dari ruang dosen Ia berharap bisa cepat sidang dan wisuda agar Ia bisa bekerja dan membantu perekonomian orang tuanya.

Setelah mempersiapkan skripsi selama berminggu minggu akhirnya sidang pun akan di laksanakan minggu depan dan Ia pun sangat bersyukur bisa lulus lebih cepat dan wisuda di tahun ini.

"Hay Ra dari mana?" tanya Daren berteriak memanggil Nadhira.

Nadhira pun tersenyum melihat Daren mereka memang satu kelas dan juga satu jurusan selama ini mereka berteman dekat namun Daren harus merevisi lagi hasil dari skripsi nya dan Ia tidak bisa wisuda bareng bersama nya di tahun ini.

"Dari ruang Dosen," jawab nya.

"Lu enak udah bisa tenang nah gua harus harus ngulang satu semester lagi," ucap Daren sedih Nadhira pun menepuk bahu pemuda itu untuk memberikan semangat padanya.

"Semangat gua yakin lu pasti bisa," ucap Nadhira sambil tersenyum.

Daren pun mencubit pipi gadis itu gemas Ia sangat suka dengan senyum gadis itu yang menurut nya menggemaskan.

"Aww sakit," rengek nya.

Daren pun tersenyum lalu mengajak Nadhira makan siang mungpung tidak ada pawang nya entah kemana Seno yang jelas Ia tidak melihat pemuda itu di sekitar Nadhira.

"Cowok lu kemana tumben gak nempelin lu?"

"Gak masuk lagi ada urusan keluarga katanya," jawab Nadhira.

Daren pun berusaha menahan sakit di hatinya saat mengatakan hal itu Ia ingin bertanya pada gadis itu tentang gosip yang beredar.

"Gua denger lu di lamar sama dia?" tanya Daren.

Nadhira terdiam Ia lupa belum memberi tahu Daren tentang hal itu.

"Lu denger dari mana?"

"Vanesa dia keceplosan bilang itu sama gua," ucap nya mengingat percakapan dengan Vanesa gadis itu adalah sahabat Nadhira mana mungkin gadis itu berbohong.

Nadhira pun mengangguk lalu menunjukan sebuah cincin melingkar di jari nya, cincin itu di berikan oleh Seno beberapa hari yang lalu di hadapan ibunya sebagai tanda kalo pemuda itu serius.

Daren pun menunduk sambil mengepalkan tangan nya Ia merasa patah hati mendengarnya ternyata gadis yang selama ini di sukai nya malah akan menjadi milik orang lain.

🍀🍀🍀

Beberapa hari berlalu malam itu pun tiba dimana Nadhira akan makan malam dengan keluarga nya Seno jujur Ia sangat gugup sekali karna yang Ia dengar bukan cuma orang tuanya saja yang menyambutnya namun ada juga nenek dan kakek nya.

"Bu apa aku pantas memakai gaun ini?" tanya Nadhira berdiri di depan cermin sedangkan ibunya nampak tersenyum sambil mengangguk.

Nadhira memang di belikan sebuah gaun yang cantik oleh Seno sehingga Ia nampak begitu berbeda malam ini.

"Kamu sangat cantik sekali sayang memakai baju ini," ucap ibunya.

Nadhira pun semakin percaya diri dengan menambahkan riasan di wajah nya agar tidak terlalu pucat Ia juga menata rambut nya agar terlihat dewasa malam ini.

"Aku berangkat ya bu Mas Seno udah nunggu di depan," ucap nya karna memang Seno sudah mengirim chat pada nya tidak bisa jemput sampai ke depan rumah karna ada mobil yang menghalangi di depan rumah nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!