Bab 19

Mobil Sean pun tiba di depan rumah Alana. Setelah mengucapkan rasa terima kasihnya, Alana hendak keluar dari dalam mobil namun dengan gesit Sean malah mencekal lengannya.

"Kenapa kak?" Alana menatap mata Sean.

"Koper mu, biar aku saja yang membawa nya." Sean tampak tergugu. Padahal bukan hal itu yang ingin ia katakan kepada Alana.

"Oh gak usah kak, aku bisa bawa sendiri kok." sahut Alana lalu melemparkan senyum kepada Sean. Membuat pria itu semakin tak bisa mengendalikan irama jantungnya yang berdetak sangat cepat sejak tadi.

Alana pun keluar dari mobil Sean. Tak lupa ia mengambil kopernya yang masih berada di bagasi belakang.

"Biar aku saja." Sean merebut koper yang di bawa Alana.

Alana mengalah dan membiarkan pria itu melakukan apa yang dia mau. Seolah sudah merasa sangat akrab dengan Alana, Sean bahkan tanpa canggung membuka pagar besi yang masih tertutup rapat dan tanpa meminta izin terlebih dahulu.

Pria itu berjalan mendahului Alana. Ia seperti sudah hapal betul seluk beluk rumah Alana. Namun tanpa Sean duga, niatnya yang hanya ingin mengantarkan Alana, justru malah bertemu David yang kini tengah berdiri di pelataran. Sean menghentikan langkahnya sementara David terkesiap tak percaya melihat kedatangan Sean.

"Pa.." Alana menyadarkan David.

"Halo om. Apa kabar?" ujar Sean seraya menyimpulkan senyum sinis.

David masih terdiam.

"Kak Sean sama papa udah saling kenal?" Alana mengernyitkan dahi.

Sean maupun David tak menjawab.

"Cepat masuk!" pintah David kepada Alana.

"Tapi pa.."

"Mau membantah papa?" suara David terdengar gemetar.

"Masuk lah Al. Ini koper mu." Sean menyerahkan koper Alana.

"Yaudah kak, aku masuk dulu ya. Kak Sean hati-hati." ujar Alana lalu ia berlalu dari hadapan kedua pria tersebut.

"Untuk apa lagi kau menginjakkan kaki di sini?pergi! selagi aku masih bersikap baik." David membuka suara.

"Ck... dasar manusia bermuka dua. Andai Alana tau bagaimana kebusukan papa nya, Alana pasti akan sangat kecewa dengan om." Sean menatap tajam ke arah David. Sean tak bersalah, untuk itu ia tidak gentar sedikit pun berhadapan dengan David.

"Jaga bicara mu Sean! lebih baik kau pergi sekarang." bentak David. Wajahnya kini terlihat sangat marah.

"Baik lah aku akan pergi." sahut Sean santai.

"Oiya, om masih ingat kan hukum tabur tuai? om harus siap-siap menerima akibat dari perbuatan serakah dan licik yang om lakukan selama ini. Dan satu lagi, berhenti lah bersikap seolah om yang telah menjadi korbannya." sambung Sean.

Sean kemudian pergi dan meninggalkan pelataran rumah David. Membiarkan sang pemilik rumah mematung seketika. Ucapan Sean ternyata berhasil membungkam David.

**

Sudah hampir satu tahun Alana tidak menikmati makan malam satu meja bersama dengan David. Hal itu membuat Alana merasa sedikit canggung berada di dekat papa nya sendiri. Awalnya mereka saling diam dan sibuk menyantap makanan yang sudah tersedia di hadapan mereka. Namun kejadian tadi siang membuat Alana tak tenang. Ada satu hal yang kini mengganjal di hatinya.

"Pa.." Alana membuka suara.

"Kenapa Al?" David tak menoleh. Tatapannya hanya lurus tertuju pada makanan di piring.

"Papa sama kak Sean...."

"Jangan bahas pria itu lagi.!" potong David.

"Apa salah kak Sean sama papa? kenapa papa seperti membencinya?"

"Alana.. dengarkan papa. Jangan pernah menemui atau pun berhubungan dengan pria itu lagi. Entah bagaimana cara kalian saling mengenal, papa tidak peduli. Yang terpenting mulai sekarang jauhi dia. Awas saja kalau sampai papa tau kamu masih berhubungan dengannya." David tak main-main dengan ucapannya. Wajahnya tampak serius. Namun ada ketakutan di dalam hatinya bahwa Sean akan melakukan hal buruk kepada Alana, anak gadisnya, anak semata wayangnya.

Bagaimana pun tidak pedulinya David terhadap Alana, tetaplah ia orang tua yang memiliki tanggung jawab terhadap anaknya. Terlebih keselamatan Alana.

"Dan satu hal lagi, perihal perjodohan kamu dengan Jonathan, kamu tidak bisa menolaknya Al. Setelah Jonathan wisuda minggu depan, papa dan om Anton sudah sepakat untuk menikahkan kalian." sambung David.

"Gak bisa gitu dong Pa." Alana yang sejak tadi diam kini mulai memberontak. Ia tidak terima dengan keputusan David yang egois itu.

"Kenapa tidak bisa? papa sudah dengar semua nya dari om Anton. Memangnya apa salahnya kalau kalian menjalin hubungan kembali? toh Jonathan juga menyukai kamu kan?"

"Papa udah dengar semuanya tapi tetap menjodohkan Al sama Jonathan?"

David mengangguk.

"Walau Jonathan pernah selingkuh Pa?"

David kembali mengangguk.

Alana semakin tak terima dengan keputusan papanya.

"Al gak ngerti sama jalan pikiran papa. Bisa-bisanya papa nerima gitu aja orang yang udah tega nyakitin hati anak papa."

"Alana gak mau pa, Alana gak mau kayak papa yang gak bisa berbuat apa-apa ketika mama memilih selingkuh dan ninggalin papa gitu aja."

Plaakkk...

"Kamu keterlaluan Al." bentak David yang kini tak bisa mengontrol emosinya.

Alana terdiam sembari memegang pipi sebelah kirinya yang memanas. Rasa sakit di pipinya tak seberapa di bandingkan luka di hatinya yang semakin lama semakin dalam.

"Mau tidak mau, suka tidak suka, kamu harus menikah dengan Jonathan. Titik." seru David seraya bangkit dari duduknya lalu meninggalkan meja makan dan juga Alana.

Mata Alana memanas, perlahan air mata mulai turun satu persatu dari ujung matanya. Pipi Alana yang memerah juga sudah mulai basah. Alana terisak. Namun ia hanya bisa menahannya kesedihannya itu seorang diri.

Di mansion, sejak Sean pulang dari rumah Alana, ia merasa tak tenang. Pikirannya hanya ada Alana. Gadis itu benar-benar sudah mengambil ahli hati Sean yang dulunya sedingin es. Bahkan Sean pun hingga tak bisa tidur di buat gadis itu.

Malam belum terlalu larut, Sean memutuskan keluar dari mansion. Bisa gila ia jika berdiam diri di kamarnya dan hanya dibayang-bayangi oleh wajah Alana. Sean mulai menyetir mobilnya memecah keheningan malam. Ia tak punya tujuan. Hatinya gusar dan berharap bisa bertemu dengan Alana.

Tanpa ragu lagi, Sean melajukan mobilnya menuju ke rumah Alana. Ia tidak perduli dengan David. Jika pun ia harus bertemu dengan pria serakah itu, Sean tak takut. Pun ia memang ingin menghancurkan David sejak dulu.

Hanya memakan waktu setengah jam, mobil Sean kini tiba di depan rumah Alana. Sean menepikan mobilnya di sisi jalan. Sean lalu merogoh saku celananya hingga mendapati ponsel miliknya di dalam sana. Sean segera menghubungi Alana, berharap gadis itu mau menemuinya.

Namun yang terjadi tidak sesuai keinginan Sean. Nomor Alana tidak aktif. Gadis itu tampaknya sengaja agar tak ada yang mengganggu suasana hatinya yang sedang tak baik-baik saja.Sean pun hanya bisa menghela nafas. Dan menunggu Alana menghubunginya kembali.

Satu hingga dua jam berlalu,Sean masih menunggu kabar dari Alana.Hingga Sean yang kelelahan pun akhirnya tertidur di dalam mobil.

**

Mata Alana masih membengkak karna ia menangis semalaman. Alana berencana untuk di rumah saja dan tidak berangkat kuliah. Namun karna hari ini ia harus menyiapkan presentasi salah satu mata kuliahnya, mau tak mau Alana harus hadir di kelasnya.

Alana menuruni anak tangga dengan tak bersemangat. Pun ia juga enggan untuk sarapan.

"Sarapan dulu non." ujar Bi Ratih begitu melihat Alana melenggang begitu saja melewati meja makan.

Alana hanya menggeleng.

"Yasudah kalau non tidak mau sarapan di rumah, ini bibi bawakan bekal untuk non Al. Nanti sampai di kampus di makan ya non." sambung Bi Ratih seraya meletakkan tas bekal berwarna biru ke tangan Alana.

Alana tertawa kecil. "Kalau kayak gini berasa jadi anak sd aku bi."

"Ya tidak apa-apa non. Yang penting non Al harus sarapan. Biar kuat, biar semangat kuliahnya."

"Makasih ya bi." Alana melemparkan senyum kepada bi Ratih.

"Iya non sama-sama. Oiya non,kunci motor non Al di sita sama tuan. Dan tuan bilang, den Jonathan yang akan menjemput non Al."

Alana menghela nafas kasar. "Gak habis pikir aku lihat papa, bi."

"Sabar ya non. Mungkin tuan punya alasan." Bi Ratih mengelus punggung Alana dengan lembut. Berharap gadis itu bisa meredahkan kekesalan di hatinya.

"Yaudah aku berangkat ya bi, takut telat."

"Iya, hati-hati non."

Alana mengangguk lalu berjalan gontai keluar rumah. Alana pun mulai memikirkan cara agar ia tidak berangkat ke kampus bersama Jonathan. Setiba berada di luar perkarangan rumahnya, Alana mengerutkan alis saat ia mendapati mobil hitam yang ia sudah hapal betul siapa pemiliknya.

Buru-buru Alana menghampiri mobil yang terpakir di sisi jalan. Bersamaan dengan itu, mobil Jonathan mulai terlihat dan melaju ke arah rumahnya. Alana segera mengetuk kaca mobil berharap Sean membukakan pintu mobil untuknya.

Sean tersentak dan seketika terbangun. Mendengar suara ketukan keras dan berkali-kali dari arah sisi kirinya, membuat Sean tersadar. Itu Alana. Sean sangat yakin. Ia pun langsung membuka pintu mobil agar Alana bisa segera masuk.

"Kak, cepat jalan." Alana menghentakkan telapak tangannya di bahu Sean.

"Ada apa Al?" tanya Sean yang belum sepenuhnya sadar.

"Udah buruan kak." desak Alana seraya menoleh ke arah belakang di mana mobil Jonathan semakin mendekat.

Sean menurut, sembari mengusap wajahnya beberapa kali, ia mulai melajukan mobilnya menjauh dari rumah Alana. Sedangkan mobil Jonathan tiba di saat mobil Sean sudah tak terlihat.

Alana menarik nafas lega. Akhirnya ia bisa lolos dari Jonathan. Setelah cukup jauh, Sean tiba-tiba menghentikan mobilnya di depan sebuah minimarket.

"Kok berhenti kak?" tanya Alana.

"Aku harus mencuci muka dulu. Sebentar ya." jawab Sean lalu keluar dari mobil.

"Padahal tetap tampan walau pun baru bangun." Alana tersenyum seraya memperhatikan Sean masuk ke dalam minimarket.

Tak lama Sean kembali ke dalam mobil. Ia juga sudah menenteng sekantung plastik yang berisi air mineral dan beberapa makanan.

"Kak, anterin aku ke kampus ya."

Sean yang hendak membuka tutup botol air mineral seketika menoleh ke arah Alana. "Minum sebentar boleh kan?" tanyanya sedikit sinis.

"Ya.. ya boleh. Memangnya siapa yang melarang?"

"Ck.. kenapa aku berasa seperti supir pribadi mu ya.?"gumam Sean bercanda lalu meneguk air mineral beberapa kali. Sean pun sebenarnya senang bisa mengantarkan Alana. Terlebih dia bisa dekat dengan gadis pujaannya.

**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!