Bab 7

Selesai membersihkan diri, Alana pun segera mencari pakaian ganti yang telah Sean siapkan sebelumnya. Alana mulai membuka lemari dan memilih baju yang sesuai dengan seleranya.

"Baju model apaan nih?!" pekik Alana sembari mengerutkan dahinya.

"Wah, gila memang si mafia mesum itu." ujar Alana menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan semua baju pilihan Sean.

Bagaimana tidak, Alana yang biasa mengenakan kaos atau pun kemeja dan hanya di lengkapi celana jeans, kini harus memakai dress sedikit minim dan girly.

Masih dalam kekesalannya, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar Alana.

"Hei, cepat!! bos ingin bertemu dengan mu." teriak salah satu anak buah Sean.

Alana tak menjawab dan hanya memandangi mini dress hitam di tangannya. Alana yakin, dress itu pasti akan sangat minim ketika di pakainya.

Tak mendapat jawaban dari Alana, anak buah Sean pun hendak membuka pintu kamar itu. Alana yang menyadari dirinya hanya mengenakan bathrobe, dengan cepat berlari ke arah pintu dan menahan handle pintu agar anak buah Sean tak bisa masuk.

"Hei..." Anak buah Sean berteriak sembari mengetok pintu.

"I-iya, aku akan segera keluar." sahut Alana.

Alana pun menghela nafas secara kasar.

"Masak iya aku harus mengenakan dress sialan ini?!"

Alana kembali menghela nafas, akhirnya dengan terpaksa ia pun mengenakan mini dress hitam tersebut. Setelah selesai, Alana berdiri di depan cermin besar yang tersedia di kamar itu.

"Cantik sih. Tapi, kenapa gak nyaman gini yah!" Alana menggrutu kesal.

"It's okay Alana, kita cuma 3 bulan kok di mansion ini. Anggap aja ini hiburan, setidaknya kita gak ngerasa kesepian di sini." Alana berbicara dengan dirinya sendiri di depan cermin.

Setelah cukup meyakinkan dirinya, Alana pun segera keluar dari kamarnya untuk menemui Sean. Alana berjalan perlahan menuruni anak tangga. Setiba di lantai 1, Alana langsung menghampiri Sean yang sedang duduk santai di sofa sembari sibuk menatap tablet di tangannya.

Alana tak mengucapkan apapun dan hanya berdiri di samping Sean. Sementara Sean, sama sekali tak mengubris kehadiran Alana. Pandangannya masih fokus pada benda di tangannya.

"Ada apa memanggil ku?" Alana membuka suara dan bertanya dengan ketus seolah pria di sampingnya itu adalah musuhnya.

Sean segera mendongakkan kepalanya dan menatap Alana. Sean membeku seketika saat melihat Alana yang tampak berbeda dengan mini dress pemberiannya. Sean pun melepaskan pandangannya mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki Alana.

Jantung Sean berdebar lebih kencang dari biasanya. Sean menelan salivanya secara kasar hingga jakunnya terlihat naik turun beberapa kali.

"Maksud mu apa memberikan ku mini dress seperti ini? kau ingin aku terlihat seperti wanita penghibur mu?!" pekik Alana ketus.

Sean langsung berdiri dari duduknya. Ia tak tahan jika berlama-lama menatap Alana yang terlihat sek si itu. Mini dress hitam yang sebatas paha tersebut berhasil memperlihatkan kedua paha Alana yang begitu putih dan mulus. Bahkan leher jenjang dan lengan Alana yang ramping kini terekspos dengan sempurna.

"Kenapa kau protes? bukannya kau sudah setuju untuk tinggal di mansion ini?" sahut Sean yang memalingkan wajah dari Alana.

Entah pesona apa yang di pancarkan oleh Alana, hingga pria penggila wanita seperti Sean kini salah tingkah di buatnya. Padahal Sean sudah sangat sering bertemu bahkan ia hampir setiap malam selalu menghabiskan malam dengan wanita-wanita sek si dan cantik. Namun entah kenapa Sean yang gagah perkasa itu kini menjadi gugup ketika melihat Alana.

"Tapi bukan berarti kau bisa seenaknya menyuruh ku mengenakan dress sialan ini!" ujar Alana kasar.

"Kau lupa, kau itu tawanan ku sekarang. Jadi kau harus mengikuti semua apa yang ku perintah kan!" sahut Sean.

"Wah, gak bisa gitu dong. Pertama.kau hanya menyuruh ku untuk mendampingi mu minum, lalu kedua, kau menjadikan ku tawanan mu. Dan yang ketiga, kau menyuruh ku untuk mengikuti semua perintah mu?! lalu apa bedanya aku dengan anak buah mu?!" sekak Alana.

"Kau sadar apa yang kau katakan itu?!"

Alana tertawa kecil. "Ya sadar lah, kau pikir aku sedang dalam pengaruh alkohol?!"

Sean kesal, tampaknya tak akan ada habisnya jika ia meladeni gadis banyak bicara seperti Alana.

"Bos, mobilnya sudah saya siapkan." ucap anak buah Sean yang baru tiba.

Sean merapikan kemeja hitam yang sudah di kenakannya. "Ayo!" ajak Sean tanpa menatap Alana.

"Hahh?! kemana?!"

Sean tak menjawab. Ia hanya berjalan keluar dari mansion dan menuju ke mobilnya. Alana pun hanya mengikuti langkah Sean dan berjalan di belakang pria itu.

"Gila! tinggi bener ni orang." monolog Alana pelan sembari menatap tubuh Sean.

Sean masuk ke dalam mobil, di ikuti anak buah Sean yang bertugas menyetir dan mengawalnya.

"Cepat masuk.!!" pintah Sean ketika pintu mobil sisi kiri sudah terbuka.

Dengan ragu, Alana masuk ke mobil itu dan duduk tepat di samping Sean, sang bos mafia.Anak buah Sean lalu segera melajukan mobil mewah tersebut meninggalkan mansion.

"Kita mau kemana? kenapa pakai pakaian serba hitam begini? apa kita mau ke pemakaman?!" tanya Alana heran saat ia menyadari Sean dan anak buahnya juga mengenakan pakaian serba hitam.

Anak buah Sean yang mendengar ocehan Alana hanya menelan salivanya takut akan amarah bosnya. Karna baru Alana lah, satu-satunya orang yang berani berbicara santai dengan Sean, selain Kelvin.

Sean masih diam. Pandangannya hanya lurus ke depan.

"Atau kau mau mengajak ku ke club malam? tapi sejak kapan ke club malam harus berpakain serba hitam begini?!"

Sean tiba-tiba menoleh ke arah Alana. "Berisik.!!!" ujarnya datar.

"Ck... padahal kan aku cuma bertanya!!" Alana mendengus kesal.

Setelah itu Alana pun diam, namun tidak dengan tingkahnya. Alana yang sejak awal penasaran dengan bentuk gantungan mobil yang berada di depan tepat di samping anak buah Sean, tiba-tiba mencodongkan tubuhnya dan memegang gantungan tersebut.

"Kok bentuknya aneh begini?!" ujar Alana sembari membolak-balik gantungan yang kini di pegangnya.

Sementara Sean dengan cepat langsung memalingkan wajah ke arah kaca di sampingnya agar tak terhanyut melihat tubuh Alana yang masih condong ke depan itu.

"Jangan di sentuh.." bisik anak buah Sean yang takut Sean akan murka.

Gantungan mobil itu adalah lambang dari geng Dagger Demon yang siapa pun tak berani menyentuhnya, kecuali Sean seorang.

"Memangnya kenapa? cuma gantungan mobil doang!" celetuk Alana lalu kembali duduk di tempatnya.

Anak buah Sean pun bernafas lega.

"Ini apa?!" ujar Alana lagi saat menyadari ada sebuah benda persegi kecil berwarna biru tepat di bawah kakinya.

Belum sempat Alana mengambilnya, Sean sudah lebih dulu mengambil benda itu dan segera memasukkannya ke dalam saku celananya. Ternyata benda itu adalah alat pengawan Sean untuk bercinta dengan wanita sewaannya.

"Bisa tidak kau diam saja di tempat mu?!" ujar Sean ketus.

Alana menggelengkan kepalanya. Sean pun hanya mendengus kesal melihat tingkah Alana yang tak bisa tenang itu.

Tak lama mobil mewah Sean pun tiba di club malam miliknya. Anak buah Sean segera memarkirkan mobil itu.

"Nah bener kan pasti ke club malam!!" celetuk Alana saat Sean hendak keluar dari mobil.

Sean seketika menoleh ke arah Alana dengan wajah datarnya.

"Silahkan bos." ucap anak buah Sean ketika sudah membukakan pintu mobil untuk Sean.

Sean pun keluar dari mobil, begitu juga dengan Alana. Sean mulai berjalan memasuki club malam yang belum terlalu ramai, di ikuti oleh Alana di belakangnya. Alana yang tak nyaman dengan dress yang di kenakannya, berkali-kali menarik dress itu agar menutupi seluruh pahanya.

"Bos, mejanya sudah saya siapkan!!" ujar anak buah Sean yang bekerja di club malam tersebut.

Sean hanya mengangguk lalu berjalan ke arah meja VVIP. Alana yang tak tau harus melakukan apa hanya diam berdiri di samping meja Sean.

"Hei,apa yang kau lakukan? cepat tuangkan minuman ini untuk ku!!" pintah Sean.

Alana tak menjawab, namun ia menuruti pintah Sean. Dengan sangat hati-hati Alana menuang minuman beralkohol itu ke gelas yang ada di hadapan Sean. Lalu Alana ingin kembali ke tempatnya berdiri tadi.

"Kau mau ke mana? sini, duduk dan temani aku minum!!" ujar Sean sembari menepuk pelan sofa di sebelahnya.

"Hmm, aku mau ke toilet sebentar. Boleh kan?!" Alana mencari alasan.

Sean pun tertawa sinis. "Jangan mencari alasan.Cepat duduk!!!" pintah Sean lagi.

Alana berpikir keras agar tak duduk di samping Sean. Ia mulai bergidik ngeri melihat tatapan Sean yang seolah ingin menerkamnya.

"Please, aku udah gak tahan." Alana mulai berakting dan wajahnya terlihat meyakinkan.

"Ck.. pergi lah. Awas kalau kau berani membohongi ku." ancam Sean.

Alana menggangguk cepat, lalu bergegas pergi dari hadapan Sean. Alana yang sudah beberapa kali datang ke club malam itu, membuatnya tau di mana tempat yang aman untuk bersembunyi sesaat.

Alana yakin tak lama lagi, Sean pasti akan mabuk dan pria dingin itu pasti tak akan menyadari jika Alana tak ada di sampingnya. Di sudut club malam, Alana mengeluarkan ponselnya. Ia ingin mengabari bi Ratih bahwa ia akan menginap di rumah temannya. Alana juga mengirim pesan kepada bi Ratih untuk bertanya apakah papanya sudah pulang atau masih berada di luar negeri.

Cukup lama Alana berada di sudut club malam itu, hingga ia pun memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya. Keluar dari mulut buaya, masuk ke mulut harimau. Itu lah kondisi yang saat ini Alana alami. Alana tak sengaja berpapasan dengan Jonathan yang sudah setengah tak sadar.

"Alana...?!" Jonathan tersenyum melihat Alana.

Alana tersentak melihat Jonathan. Ia pun bergegas pergi dari hadapan mantan kekasihnya itu.

"Mau ke mana sayang?!" ujar Jonathan yang langsung menahan lengan Alana.

Dengan sekuat tenaga Alana berusaha menarik lengannya. "Lepasin Jo..!!" pekik Alana.

"Al.. aku sangat merindukan mu." ucap Jonathan sembari ingin merangkul Alana.

"Apasih Jo..." Alana mendorong tubuh Jonathan yang sudah di penuhi bau alkohol.

"Sayang ... aku menginginkan mu.." Jonathan berhasil memeluk tubuh Alana dan hendak mencium mantan kekasihnya itu.

"Jangan ganggu dia..!!" tiba-tiba Sean datang dan langsung menarik kasar tubuh Jonathan agar menjauh dari Alana.

"Kau siapa?!" pekik Jonathan.

"Bukan urusan mu.Ayo." Sean menarik lengan Alana.

"Hei, dia itu kekasih ku." Jonathan menahan lengan Alana yang satunya.

Sean dengan cepat menarik lengan Alana dari genggaman Jonathan.

"Sialan!!!" pekik Jonathan dan hendak melayangkan pukulan ke wajah Sean. Namun Sean menangkis pukulan Jonathan.

Sean yang sudah tersulut emosi, langsung membalas perbuatan Jonathan dan berhasil mendaratkan pukulan ke wajah mantan kekasih Alana itu.

Jonathan terjatuh, meringis sembari memegangi wajahnya yang terkena pukulan mematikan dari Sean. Sementara Sean membawa Alana pergi meninggalkan Jonathan.

**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!