Bab 10

Alana mulai menjawab satu persatu pertanyaan yang di lontarkan Cindy kepadanya. Di mulai bagaimana pertama kali ia bertemu dengan Sean di club malam waktu itu, bahkan hingga kejadian tadi pagi Alana pun menceritakan semuanya.

Terkecuali saat ia melihat Sean menghabisi nyawa seseoran kemarin. Entah kenapa Alana ingin menyimpan rahasia itu rapat-rapat. Seolah ia tak ingin orang lain tau tentang kejahatan yang telah Sean lakukan.

"Kau yakin pria itu gak akan menyakiti mu Al?" tanya Cindy menaruh khawatir.

Alana menganggukkan kepalanya. "Kalau dia memang berniat menyakiti ku, pasti sedari awal udah di lakukannya sejak awal pertemuan kami." ujar Alana.

"Tapi Al, tetap aja kan kalau pria itu...."

"Cin, tenang aja. Aku bisa menjaga diri ku kok. Jangan cerita apapun ya ke papa ku soal ini."

"Ya elah Al, memangnya aku pernah membocorkan rahasia mu?"

Alana menyeringai. "Iya juga sih. Pokoknya Cin, kau gak perlu khawatir. Aku akan baik-baik aja."

Cindy tiba-tiba memeluk Alana dengan erat. Hatinya tetap saja tak tenang mengetahui sahabatnya sedang berseteru dengan seorang mafia.

"Al..." Cindy melepas pelukannya dan menatap Alana.

"Tenang aja Cin,. gak perlu khawatir."

"Bukan itu Al.."

"Terus...?!"

Cindy mengandeng lengan Alana. "Cowok yang tadi siapa?" tanya Cindy malu-malu.

"Kak Kelvin maksud mu?!"

Cindy mengangguk cepat. Tampaknya Cindy jatuh hati saat pertama kali melihat Kelvin.

"Oh dia sahabatnya Sean."

"Sahabat dari pria yang menculik mu?"

"Siapa bilang Sean menculik ku."

"Lah kan sama aja Al..."

"Beda tau Cin. Mana ada orang yang di culik bisa bebas keluar seperti ku sekarang ini."

"Kenapa kau jadi membela pria itu?!"

"Siapa juga yang ngebela dia!"

Cindy menatap curiga ke Alana. "Jangan bilang kau menyukai pria itu!!!"

"Hah?! ya enggak lah Cin. Apaan sih."Alana memalingkan kepalanya dan menatap arah lain.

"Jujur gak Al?!"

"Beneran enggak Cin."

"Pokoknya jangan Al. Jangan sampai kau menyukai pria mafia itu."

Alana tertawa kecil. "Iya Cindy.Bawel amat sih!"

"Oiya, aku cabut ya Cin. Soalnya aku harus buru-buru pulang. Takut Sean marah."sambung Alana.

"Idih, rasa penasaran ku meronta-ronta tau Al sama pria yang bernama Sean itu, gimana sih bentuk dan wujudnya? sampai bisa-bisanya dia mengatur hidup sahabat ku yang paling cantik ini."

"Uda ah, aku cabut ya Cin."

"Ok Al. Hati-hati. Titip salam sama kak Kelvin ya."

Alana hanya memutar bolanya malas, memang sahabatnya itu paling tidak bisa melihat kaum adam yang berparas tampan. Pasti jiwa centilnya akan menggebu-gebu.

Tanpa berlama-lama lagi, Alana pun bergegas pergi dari hadapan Cindy. Ia melangkah menuju ke parkiran kampus dan langsung menghampiri motornya. Alana mulai memanaskan mesin motor lalu melajukannya hingga membawanya pergi meninggalkan kampus. Sebelum kembali ke mansion, Alana memutuskan untuk ke rumahnya terlebih dahulu.

**

"Non Al..." bi Ratih terkesiap melihat Alana yang baru tiba.

"Bagaimana kabar Non? bibi khawatir tau Non. Non Alana benar menginap di rumah teman non, kan?!"

"Iya bi, bibi tenang aja. Aku baik-baik aja kok."

"Syukur lah Non. Saya itu kepikiran non terus. Takut non kenapa-kenapa."

Alana hanya tersenyum menenangkan kekhawatiran bi Ratih.

"Papa, gimana bi.? udah pulang?"

Belum sempat bi Ratih menjawab, David, papa Alana yang sedang menuruni anak tangga langsung menyapa anak tunggalnya itu.

"Al, bagaimana kabar kamu? baik-baik saja kan sayang?" David menghampiri Alana.

"Papa kapan pulang?" Alana malah bertanya balik.

"Semalam sayang. Ini papa mau berangkat lagi." jawab David sembari merapikan dasi yang melekat di kemejanya.

"Kemana?!" tanya Alana kecewa. Padahal ia begitu merindukan papanya yang sudah sebulan lebih tak pulang dan sibuk dengan segala urusannya.

"Papa mau bertemu dengan salah satu investor papa sayang. Yasudah papa pergi ya." ujar David sembari mengelus ujung kepala Alana. Lalu ia berlalu begitu saja dari hadapan Alana.

"Tapi pa..." Alana menghela nafas kesal. Ia tak mampu mencegah kepergian David. Alana hanya bisa menatap punggung papanya yang akhirnya menghilang di balik pintu.

"Non...." panggil Bi Ratih melas. Bi Ratih yang sejak tadi berada di samping Alana mencoba membuka suara. Ia merasa kasihan dengan gadis itu.

"Bibi lihat kan? sebegitu gak pentingnya aku bagi papa." Alana mencurahkan kekesalannya.

"Siapa bilang Non Alana itu tidak penting? justru non itu berharga. Makanya tuan David bekerja sangat keras agar bisa membahagiakan non." Bi Ratih berusaha mendamaikan kekesalan Alana.

"Membahagiakan apanya bi?!" Alana menyimpulkan senyum kecut.

"Semakin malas aku berada di rumah ini bi." sambung Alana kemudian pergi dari hadapan bi Ratih.

"Non Alana.." panggil bi Ratih. Namun Alana sama sekali tak menoleh dan tetap melanjutkan langkahnya menapaki anak tangga.

Tak mendapat respon apapun dari anak tuannya, bi Ratih hanya bisa menghela nafas. Ia tak tau bagaimana cara menenangkan gadis yang hatinya sejak kecil memang sudah mengeras karna tak mendapat kasih sayang yang semestinya.

Alana berjalan menuju ke kamarnya. Ia sudah membulatkan tekadnya untuk tinggal di mansion Sean. Alana tak peduli lagi kemungkinan buruk apa yang mungkin akan menimpahnya. Setidaknya ia bisa keluar dari rumah mewah yang selalu saja menyesakkan dadanya.

Dengan perasaan kesal yang masih tersisa, Alana segera mengambil koper lalu menyusun beberapa pakaian serta keperluan lainnya ke dalam benda tersebut. Setelah selesai, Alana langsung keluar dari kamarnya.

"Non Alana mau kemana?!" tanya Bi Ratih yang heran melihat Alana membawa sebuah koper.

"Aku mau tinggal di rumah teman ku bi untuk sementara waktu." jawab Alana tak jujur.

"Jangan begini non. Kalau non Alana pergi, saya bagaimana?"

"Bi Ratih tenang aja, aku bakalan pulang kok. Aku hanya perlu waktu untuk menenangkan pikiran. Bibi lakukan aja pekerjaan bibi seperti biasa, ada atau enggak adanya aku."

"Kalau tuan David mencari non bagaimana?" suara bi Ratih bergetar, matanya tampak berkaca-kaca. Rasa nya bi Ratih tak ikhlas di tinggal pergi oleh Alana, gadis yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.

Seketika Alana tertawa terpaksa."Mana mungkin papa mencari ku. Bibi lihat sendiri tadi kan!?setelah sebulan lebih papa ninggalin aku, papa sama sekali gak merindukan ku bi. Seolah aku hanya pajangan di rumah ini, yang terkadang bahkan gak di anggap."

"Non.." lirih Bi Ratih menatap dalam mata Alana.

"Udah ya bi, aku mau pergi. Kalau pun papa mencari ku, bilang aja aku menginap di rumah Cindy." ujar Alana.

"Tapi non..."

Tanpa menghiraukan bi Ratih lagi, Alana berlalu dari hadapan bi Ratih sembari menenteng kopernya yang tak terlalu berat. Kali ini Alana tak membawa motornya dan meninggalkan benda itu di rumah. Ia memilih menaiki taksi untuk kembali ke mansion Sean.

**

Sementara di mansion, Sean tampak cemas menunggu kedatangan Alana. Ia takut gadis itu tak akan kembali lagi. Sejak tadi Sean hanya berjalan mondar-mondir di ruang tamu dengan kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya.

"Kenapa gadis itu belum juga datang?" monolog Sean sembari melirik arloji yang bertengger di dinding ruang tamu.

Dalam kegelisahannya, tiba-tiba Cleo datang menghampiri Sean.

"Bos...gadis itu sudah tiba." ujar Cleo.

Ada suatu kelegaan di hati Sean. Pun ada tersirat rasa menggebu di benaknya untuk segera melihat wajah Alana. Sean langsung meninggalkan ruang tamu dan melangkah menuju taman depan.

Kini Sean berdiri di dekat sebuah kursi panjang yang tertata apik di taman tersebut. Tanpa sadar bibir Sean melengkung tipis saat melihat Alana berjalan ke arahnya.

Gadis itu melenggang santai karna sejak turun dari taksi tadi Brandon yang memang di tugaskan Sean untuk menunggu ke datangan Alana,langsung meminta koper itu dan membawanya.

"Hei, kau mau pindah atau bagaimana?" ejek Brandon yang berjalan di belakang Alana.

Alana tak menjawab ocehan Brandon.

"Mana sampai bawa koper segala lagi." sambung Brandon sambil tertawa kecil.

Alana membalikkan badannya seketika. "Udah sini, aku bisa bawa sendiri." celetuk Alana.

"Udah aku aja. Memangnya tubuh kecil mu itu sanggup membawa koper besar ini?" Brandon menahan koper itu agar Alana tak bisa merebutnya.

"Sini gak?!" Alana menarik koper itu.

"Enggak!" Brandon yang tak mau kalah kembali menarik koper itu dengan kuat hingga membuat Alana hampir saja terjatuh.

Dengusan kasar keluar dari mulut Alana begitu saja. Wajahnya tampak cemberut. Sejak pertama kali bertemu dengan Brandon, selalu saja lelaki yang seumuran dengannya itu membuatnya kesal.

Sean yang dari jauh memperhatikan mereka hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Kini Sean merasa menjadi seorang om yang tengah mengawasi kedua keponakannya yang sedang bertengkar.

Brandon yang tak mau memperumit masalah tak penting dengan Alana, langsung berlalu meninggalkan gadis itu begitu saja. Alana yang di abaikan pun hanya ternganga sembari menatap tajam ke arah Brandon.

"Bos..." sapa Brandon sembari menunduk setengah badan begitu tiba di hadapan Sean.

"Kenapa kau tinggalkan gadis itu?" tanya Sean datar.

"Malas saya bos, berurusan dengan gadis tantrum begitu." jawab Brandon.

"Apa kata mu?!" pekik Alana tak terima dan kini berdiri tepat di belakang Brandon.

"Kalau begitu saya masuk dulu bos." ujar Brandon dan buru-buru masuk ke mansion sebelum mendapat amukan dari Alana.

Alana yang hendak mengikuti langkah Brandon, dengan cepat di cegah oleh Sean. Sean merentangkan salah satu tangannya dan berhasil menghentikan langkah Alana.

"Singkirin gak?!"

"Kau lupa, bahwa aku lah bos di tempat ini!"

"Kenapa sih orang di mansion ini pada ngeselin?!" gumam Alana pelan.

"Tapi kenapa kau malah memohon agar aku mengizinkan mu tinggal di sini?" tanya Sean yang mendengar ucapan Alana.

Alana mengernyit dahi. "Maksud mu?!"

"Ternyata kau lupa kejadian semalam!!" Sean menyeringai.

"Kejadian semalam?!" Alana semakin tak mengerti dengan ucapan Sean.

Memangnya apa yang ku lakukan semalam?!

Hening.

"Astaga!!" Alana seketika teringat bahwa ia telah menghabiskan satu botol wine saat Sean meninggalkannya di club malam.

Saat Alana ingin bertanya kepada Sean tentang apa yang terjadi semalam, pria dingin itu sudah membalikkan badan dan melangkah ke dalam mansion. Alana pun bergegas mengikutinya. Ia ingin mengulik kejadian apa yang sebenarnya terjadi. Alana hanya was-was jika ia melakukan hal buruk saat mabuk semalam.

**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!