Bab 5

Kelvin kembali menemui Alana dengan raut wajahnya yang terlihat kesal.

"Ada apa kak?" tanya Alana yang menyadari perubahan Kelvin.

"Kau benar baik-baik saja Al?!" Kelvin menatap Alana.

"Iya kak. Lagian rasa sakit di perut ku juga udah mulai meredah." jawab Alana.

"Sean... dia menyuruh ku untuk membawa mu ke mansionnya lagi. Tak apa Al?!" Kelvin merasa tak enak.

Alana mengangguk.

"Kenapa Al? kenapa kau mau begitu saja? apa orang tua mu tak akan mencari mu kalau kau di tahan oleh Sean di mansionnya?!"

Alana menyunggingkan senyum tipis. "Orang tua ku itu hanya peduli dengan bisnis dan perusahaannya kak. Bahkan aku gak pulang sekalipun, orang tua ku gak tau dan gak akan mau tau. Bagi orang tua ku,dengan mencukupi materi ku aja itu udah cukup."

Ternyata David bukan hanya pria serakah, tapi dia juga pria yang tak punya hati!!!

Mendengar alasan Alana, kini Kelvin pun mengerti apa yang membuat Alana memilih tinggal di mansion dan harus berhadapan dengan Sean.

**

"Kak..." panggil Alana.

"Ada apa Al?" Kelvin yang menyetir langsung menoleh.

"Kak Kelvin beneran sahabatnya pria kejam itu?"

"Sean.. maksudnya?!"

Alana mengangguk.

Kelvin tertawa kecil. "Sean itu sebenarnya baik kok Al."

"Baik?! baik dari sisi mana nya coba."

"Kau hanya belum mengenal Sean lebih jauh saja Al."

"iihh.. ngapain juga aku harus mengenal pria kayak siapa kak.. Sean ya namanya.?!"

"Iya,.. Sean. Aku dan Sean sudah bersahabat sejak kecil. Dulu Sean adalah orang yang hangat, mudah tertawa dan selalu menolong siapa pun .Semenjak kedua orang tua dan adiknya meninggal dalam suatu kecelakaan, Sean mulai berubah. Di tambah lagi,dia sempat di khianati oleh salah satu rekan bisnis yang paling di percayanya. Itu lah yang membuat Sean menjadi seperti sekarang ini."

Alana terdiam sejenak.Ia tak menyangka bahwa pria kejam dan dingin seperti Sean, ternyata memiliki masa lalu yang menyakitkan.

"Tapi... bukan berarti Sean berhak membunuh siapa pun kan kak?!"

Kelvin menghela nafas secara kasar. "Aku sudah tidak bisa lagi melarang Sean, Al. Semakin hari Sean semakin di kuasai oleh egonya. Dan kau tau siapa pria yang tadi di bunuhnya?".

"Pria itu adalah dalang di balik kecelakaan yang menimpah kedua orang tua dan adiknya Sean beberapa tahun lalu." sambung Kelvin.

"Entah setelah ini Sean akan berhenti atau tidak. Karna tampaknya Sean sudah di kalahkan oleh keinginannya untuk balas dendam terhadap orang-orang yang telah menyakiti dan menghancurkannya." ujar Kelvin lagi.

Alana masih terdiam. Setelah mendengar cerita tentang Sean, Alana bukannya merasa takut. Ia malah penasaran dengan pria yang mungkin saja sewaktu-waktu akan melakukan hal buruk kepadanya.

Tak lama berselang mobil Kelvin kini tiba di mansion mewah milik Sean. Kelvin segera turun dan membukakan pintu mobil untuk Alana. Ia juga membantu Alana yang kesulitan berjalan karna perut Alana yang masih terasa sedikit sakit.

Begitu Alana dan Kelvin masuk, Sean yang sudah menunggu mereka di ruang tamu langsung beranjak dari sofa.

"Ku kira kau akan menahan gadis cerewet ini!" ujar Sean sembari menghampiri Kelvin.

"Sean... Alana sedang sakit. Jadi biarkan dia istirahat." seru Kelvin yang merangkul pinggang Alana.

"Sudah sedekat apa kalian sekarang?" tanya Sean sembari melepas pandangan ke arah Alana dan Kelvin secara bergantian. Namun mereka diam tak menjawab.

Alana dengan bibirnya yang terlihat pucat hanya menatap datar ke arah Sean.

"Bawa gadis ini ke kamarnya!" pintah Sean kepada anak buahnya.

Dua orang anak buah Sean dengan cepat mendekati Alana dan hendak menarik tangan gadis itu.

"Tunggu..!!" cegah Kelvin.

"Biar aku yang membawanya!!" sambung Kelvin.

Sean tak berkutik dan membiarkan Kelvin membawa Alana ke kamar yang memang sudah ia persiapkan untuk Alana. Entah mengapa Sean tak suka saat melihat Kelvin merangkul pinggang Alana dan membantu gadis itu menapaki anak tangga.

"Biar aku saja!!" Sean tiba-tiba menarik tubuh Alana dari Kelvin.

Alana tersentak dan hampir terjatuh dari anak tangga.

"Sean.." pekik Kelvin kesal.

"Pergi lah Kelvin. Kau urus saja pekerjaan mu di kantor." ujar Sean ketus dan langsung membawa Alana meninggalkan Kelvin yang hanya berdiri mematung.

"Lepaskan aku!!" seru Alana yang berusaha melepaskan rangkulan tangan Sean pada pinggangnya.

Namun Sean sama sekali tak menggubris Alana.Dengan sedikit kasar ia terus membawa Alana hingga mereka masuk ke sebuah kamar.

Sean langsung melepas rangkulannya dan mendorong tubuh Alana ke atas kasur. Lalu Sean pergi dan mengunci kamar itu.

"Kenapa kau belum juga pergi?" tanya Sean saat berpapasan dengan Kelvin.

"Ini obat Alana. Kau mungkin membencinya.Tapi setidaknya perlakukan lah Alana seperti manusia." ujar Kelvin sembari meletakkan sekantong plastik berisi obat ke tangan Sean.Kemudian Kelvin pun segera pergi dan berlalu dari hadapan Sean.

**

Malam harinya Sean menghampiri Alana di kamarnya. Sean mematung di depan pintu saat melihat Alana meringkuk tak berdaya di atas kasur. Tampaknya perut Alana kembali kambuh.

Dan dengan wajah datarnya Sean pun menghampiri Alana.

"Cepat minum obat mu.." ucap Sean sembari melemparkan sekantong plastik obat-obatan ke kasur dan hampir mengenai wajah Alana.

Alana sama sekali tak menyentuh kantong plastik itu. Ia hanya meringis sembari memegang perutnya. Ada kekhawatiran yang tiba-tiba muncul di dalam hati Sean. Ia lalu duduk di sebelah Alana. Dengan perlahan Sean menyingkap rambut yang menutupi wajah Alana.

"Hei, kau baik-baik saja?!"

Alana masih tak menyahut. Sean yang mulai panik pun segera menghubungi dokter pribadinya. Namun karna dokter pribadi Sean sedang berada di luar kota dan tak memungkinkan untuk datang, dokter itu hanya menyarankan Sean untuk melakukan beberapa hal agar rasa sakit di perut Alana segera berkurang.

Setelah menutup panggilan dengan dokter pribadinya, Sean lalu memanggil Brandon untuk menyiapkan hot bag compress. Sementara ia mengeluarkan obat pereda nyeri yang tadi di berikan oleh dokter saat di rumah sakit.

"Ini minum lah." ujar Sean sembari membantu Alana untuk duduk.

Alana langsung meminum obat itu sembari masih memegang perutnya yang sakit. Tak lama Brandon datang dan menyerahkan hot bag compress itu kepada Sean.

"Pergi lah. Aku akan mengurus gadis ini."seru Sean.

Brandon pun pergi dan menutup pintu kamar itu. Membiarkan Sean dan Alana hanya berdua di dalamnya.

Sean mulai meletakkan hot bag compress itu pada perut Alana. Lalu ia meluruskan kedua kaki Alana agar darah gadis itu dapat mengalir lancar. Dengan perlahan, Sean pun memijat telapak kaki Alana secara lembut sesuai arahan dari dokter pribadinya.

"Bagaimana sudah meredah sakitnya?!" tanya Sean menatap Alana yang sejak tadi hanya mengatupkan kelopak matanya.

Alana mengangguk pelan.

Sean seketika teringat bahwa Alana belum ada makan apapun sejak siang tadi. Ia segera mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana panjangnya.

"Bawakan makan malam ke sini!!" pintah Sean datar dan langsung menutup panggilannya.

Tak lama salah satu anak buah Sean mengetuk pintu dan langsung membukanya.

"Bos ini makan malamnya." ujar anak buah Sean.

"Letakkan di sini!!!" pintah Sean sembari menunjuk ke arah meja yang berada di samping ranjang.

Anak buah Sean berjalan mendekati meja sembari memasang raut wajah heran. Tak pernah ia melihat bosnya itu bersikap baik dan hangat kepada seorang wanita. Terlebih lagi saat ini bosnya itu sedang memijat kaki seorang gadis.

"Kalau sudah, keluar!!!"

"Ba..baik bos." anak buah Sean segera keluar dan kembali menutup pintu kamar.

Sean beranjak dari kasur dan mengambil nampan yang berisi makan malam untuk Alana. Lalu Sean kembali duduk di atas kasur tepat di samping Alana.

"Makan lah. Kau sejak siang belum ada makan apapun." seru Sean sembari membantu Alana untuk duduk.

Seketika Alana menyunggingkan senyum sinis. Ia lalu menoleh ke arah Sean dan menatapnya. "Untuk apa kau peduli dengan ku, hah?!" ujarnya lemas.

Namun Sean seolah tak mendengar apapun. Ia malah menyodorkan sesendok nasi ke mulut Alana.

"Aku gak mau makan..!" ucap Alana.

"Buka mulut mu!!" suruh Sean.

"Aku gak mau. Gak usah sok peduli." sahut Alana ketus padahal ia pun masih tak berdaya.

"Kau ini, sudah sakit tapi masih banyak bicara!" sekak Sean.

"Cepat makan!" sambungnya.

Alana menggelengkan kepalanya. Rasanya ia tak sudi jika pria seperti Sean menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Atau kau mau dengan cara kasar?!"

"Aku bisa makan sendiri."

Sean pun menaruh nampan itu di pangkuan Alana. "Sudah, cepat makan."

Alana hanya menunduk menatap makanannya tanpa menyentuhnya sedikit pun.

"Kau tenang saja, aku tak mungkin meracuni mu."

Seru Sean sembari bangkit dari kasur.

Dengan ragu Alana mulai memakan makanan di hadapannya. Sean yang melihat pun hanya tersenyum tipis.

"Habiskan makan malam mu. Kalau kau sudah merasa membaik, ganti pakaian mu itu. Aku sudah menyiapkannya di lemari."

"Oiya satu lagi, jangan pernah kenakan kemeja dan celana jeans mu itu di hadapan ku."

"Kenapa?!" protes Alana tak terima.

"Hei, kau itu seorang gadis. Jadi berpakaian lah sebagaimana mestinya."

"Memangnya pakaian ku kenapa?!" tanya Alana sembari mengunyah.

"Habiskan dulu makanan di mulut mu, baru bicara."

Alana hanya berdecak dan memutar bola mata karna malas melihat Sean yang suka mengatur.

Tanpa berbicara apapun lagi, Sean lalu keluar dari kamar itu meninggalkan Alana.

Alana memegang perutnya yang sudah membaik. Ia kemudian menatap ke arah pintu di mana Sean baru saja keluar.

"Dasar pria gak punya pendirian. Terkadang kejam, terkadang peduli." Alana mulai menggrutu.

Sementara Sean berjalan ke lantai bawah untuk menemui anak buahnya yang sudah berkumpul. Dengan setelan jas hitam yang rapi, anak buah Sean berbaris dan siap menunggu tugas dari bosnya itu.

"Malam ini kalian harus menghancurkan markas geng Hogang. Dan jangan biarkan siapa pun lolos dari tempat itu." pintah Sean.

"Baik bos." suara anak buah Sean terdengar serempak memenuhi mansion.

Mereka pun segera pergi dan menjalankan tugas dari Sean. Geng Hogang adalah musuh kesekian bagi Geng Dagger Demon, geng yang di buat oleh Sean beberapa tahun lalu. Dengan kekayaan dan warisan peninggalan dari kedua orang tuanya, Sean dapat dengan mudah merekrut orang-orang yang ingin bergabung menjadi anak buahnya.

**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!