Bab 2

"Non Al?!" bi Ratih terkesiap melihat Alana yang baru tiba di rumah.

"Papa udah pulang bi?" Alenia malah bertanya sembari melemparkan pandangan ke arah kamar papanya.

"Belum non." jawab bi Ratih singkat.

Alana pun hanya menghela nafas kesal. Seharusnya hari ini adalah kepulangan David setelah sebulan melakukan perjalan bisnis ke luar negeri.

"Hmm..anu..non.." bi Ratih membuka suara.

"Ada apa bi?"

"Non Al kenapa baru pulang?non baik-baik saja kan?".tanya bi Ratih penuh khawatir.

Alana tersenyum. "Aku baik-baik aja kok bi. Maaf ya bi semalam aku gak mengabari kalau aku menginap di rumah teman ku." jawabnya tak jujur.

"Syukur lah non. Non sudah sarapan? saya buatkan nasi goreng kesukaan non, mau?!"

"Boleh bi, kebetulan aku memang belum sarapan."

"Baik lah non." bi Ratih pun segera menuju dapur untuk membuat sarapan bagi Alana yang sudah di anggap seperti anaknya sendiri itu.

Semenjak perpisahan kedua orang tua Alana 12 tahun lalu, bi Ratih lah yang selalu merawat Alana dengan kasih sayang dan sepenuh hati. Sementara Dona Lynn, mama Alana, pergi bersama pria pilihannya dan melepaskan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.

Memiliki keluarga yang broken home, membuat Alana sering melampiaskan emosi dan kekesalannya pada hal-hal tak baik. Sering ke club malam dan suka minum, itu mulai menjadi kebiasaan bagi Alana. Ia sudah tidak tau lagi bagaimana mendamaikan rasa ketidak terimaan di hatinya terhadap sikap egois dari kedua orang tuanya itu.

Semua bermula saat Papanya sibuk bekerja, hingga mamanya yang merasa kesepian pun akhirnya memilih berselingkuh dengan pria lain. Alana harus di hadapkan kenyataan pahit itu di saat ia masih terbilang muda. Dan ia bahkan merasa tak siap jika harus kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Semua kebutuhan Alana memang selalu terpenuhi. Namun entah mengapa ada lubang besar di hatinya yang mengangah dan tak pernah merasa bahagia dengan semua materi yang ia miliki. Alana hanya haus akan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya.

**

Setelah menyantap sarapan buatan bi Ratih, Alana pun bergegas menuju ke kampus. Ia menyetir mobil seorang diri walau David sudah menawarkan seorang supir pribadi kepadanya. Bagi Alana, ia tak butuh seorang supir pribadi. Ia hanya butuh seorang papa di sisinya. Tak mesti setiap waktu. Setidaknya sekali dalam seminggu Alana ingin menghabiskan waktu bersama papanya. Namun jangankan seminggu sekali, dalam waktu sebulan pun, Alana belum tentu bisa bertemu David yang super sibuk itu.

Kini mobil Alana tiba di parkiran kampus yang lumayan luas. Setelah mencari posisi parkir yang pas, Alana pun segera keluar dari mobil yang merupakan hadiah pemberian dari David saat ulang tahunnya yang ke 17 beberapa tahun lalu.

"Kusut amat tu muka" celetuk Cindy sembari menepuk pundak Alana.

"Ck..apaan sih Cin." Alana melengos kesal.

"Ada apa lagi sih, beb?" Cindy malah mengandeng tangan Alana, yang merupakan sahabatnya sejak di bangku SMA.

Alana tak menjawab, wajahnya semakin mengkerut dan kusut. Namun itu sama sekali tidak mengurangi kecantikan di wajahnya. Justru ia tampak menggemaskan dengan ekspresi wajah seperti itu. Apalagi bibir mungilnya yang kemerahan, tampak begitu lucu ketika cemberut.

"Masih belum move on dari Jonathan?!" tebak Cindy.

"Ya jelas lah Cin, lagian mana ada orang yang baru putus 3 hari langsung bisa move on." Alana membenarkan dirinya.

"Udah lah Al, cowok playboy kayak Jonathan gak pantas untuk di tangisi. Kau bisa mendapatkan yang lebih baik dari dia."

"Tapi kan Cin..."

"Berhenti lah bersikap bucin Al."

Alana tak merespon ucapan Cindy. Ia hanya menunduk dan berjalan lemas menuju ke kelasnya. Tulangnya seakan melunak dan tak sanggup menopang tubuhnya yang ramping itu.

"Angkat kepala mu, cantik. Jangan biarkan mahkota mu jatuh hanya karna cowok brengsek kayak si Jonathan." seru Cindy sembari meraih dagu Alana.

**

Sementara di mansion, seorang anak buah Sean yang sejak pagi mengawasi dan mengikuti Alana dengan sigap langsung melaporkan sebuah hal penting kepada Sean.

"Bos..!"

"Ada apa?" tanya Sean tanpa menoleh.

"Gadis itu..gadis itu..."

"Ada apa dengan gadis itu?"

"Gadis itu... ternyata anak dari pemilik Harrison grup.."

Raut wajah Sean tampak sedikit terkejut. "Bagus lah. Setidaknya aku bisa membalas dendam atas perbuatan David yang telah menghancurkan perusahaan ku dua tahun lalu melalui gadis itu" ujarnya datar.

"Lalu apa langkah selanjutnya bos?"

"Tetap awasi gadis itu. Siapa tau dia akan mengadu kepada David dan malah menyebabkan bumerang bagi kita."

"Baik bos."

Anak buah Sean pun pergi dan meninggalkan mansion. Pria berbadan kekar itu kembali ke kampus Alana untuk mengawasinya.

**

Sorenya seusai mata kuliah berakhir, Alana berjalan menuju ke parkiran seorang diri tanpa Cindy. Saat hendak ingin membuka pintu mobilnya, tiba-tiba anak buah Sean menariknya dan menyeretnya ke sebuah mobil yang sudah mereka siapkan sebelumnya. Alana yang kaget pun seketika berteriak. Namun tak ada yang mendengar karna kondisi kampus Alana sudah sepi sore itu.

"Lepaskan aku.." pekik Alana memberontak.

"Apa kau lupa apa tugas mu hari ini?" seru anak buah Sean.

Alana seketika terdiam saat ucapan Sean terngiang di kepalanya. Ia pun menyerah dan membiarkan anak buah Sean membawanya. Sebenarnya bisa saja Alana mengadukan perbuatan Sean dan anak buahnya kepada David. Namun Alana tak melakukan itu. Ia seolah tak ingin David ikut campur dalam masalahnya.

Setiba di club malam, Alana segera di bawa oleh anak buah Sean untuk menemui bos mereka yang ternyata sudah berada di sana. Padahal malam juga belum tiba, bahkan club malam masih tutup dan belum ada pengunjung. Namun entah apa yang membuat Sean begitu ingin datang ke tempat itu.

"Bos.." salah satu anak buah Sean dan merupakan tangan kanannya yang bernama Brandon langsung mendorong tubuh Alana hingga ia hampir terjatuh tepat di pangkuan Sean.Untungnya Alana bisa menyeimbangkan tubuhnya dengan cepat.

"Bagaimana? sudah siap melayani ku? "Sean mendongak menatap wajah Alana yang berdiri di hadapannya.

Alana tak menjawab. Ia hanya membalas tatapan Sean dengan tatapan tajam dan mematikan.Hal itu pun membuat Sean semakin tertantang dan bersemangat untuk melakukan hal gila kepada Alana.

"Bawakan wine kesukaan ku. Sekarang.!" pintah Sean tanpa basa-basi.

Dasar pria tak berperasaan!!!

"Hei, cepat!!!" bentak Sean.

Bukannya menuruti kemauan Sean, Alana malah membalas ucapan pria dingin di hadapannya.

"Mana aku tau kau menyukai wine yang seperti apa! dan satu lagi, nama ku bukan hei. Tapi Alana." sahut Alana tegas walau sebenarnya ada rasa takut yang menyelimuti hatinya. Alana takut jika sewaktu-waktu Sean dan anak buahnya akan melakukan hal buruk kepadanya di saat ia mulai lengah.

Melihat Alana yang tak bergeming sama sekali, Brandon pun langsung menarik lengan Alana dan membawanya ke meja bartender.

"Ini..bawakan wine ini untuk bos Sean.." ujar Brandon sambil meletakkan sebotol wine ke atas nampan dan menyerahkannya kepada Alana.

Alana yang kesal dengan sikap kasar dari Brandon hanya menatap nampan itu dan tak memperdulikan ucapannya.

"Hei, apa lagi yang kau tunggu! cepat antarkan ini!" pekik Brandon.

Alana masih tak bergeming juga. Entah mengapa ia merasa tak terima di perlakukan seperti itu oleh orang-orang yang tak di kenalnya.

"Kau berani menentang ku?!" seru Brandon dengan raut wajah serius.

Tanpa menjawab, tiba-tiba Alana menarik nampan di tangan Brandon secara kasar hingga membuat pria itu tercengang tak percaya. Alana lalu pergi begitu saja dari hadapan Brandon. Dengan begitu hati-hati ia membawa nampan yang di atasnya terdapat sebotol wine dengan harga yang cukup fantastis kesukaan Sean.

Setiba di hadapan Sean yang hanya duduk seorang diri di salah satu meja VIP, Alana segera meletakkan wine itu lalu ia membalikkan badan untuk bergegas pergi. Alana pikir tugasnya sudah selesai. Namun apa yang baru ia lakukan ternyata hanya lah sebuah awal dari penderitaannya.

"Mau kemana?!" seru Sean santai.

Alana seketika menghentikan langkahnya dan membalikkan badan.

"Tuangkan minuman ini untuk ku. Bukannya kau harus melayani ku?" ujar Sean dan pandangannya tak terlepas dari Alana.

Dibalik tatapan Sean yang dingin, Alana tau, bahwa ada hasrat tersembunyi di dalamnya. Alana bisa melihat itu dengan jelas.

Dengan langkah malas Alana mengalah dan menghampiri Sean yang masih terus menatapnya. Tanpa di suruh lagi, Alana pun mengambil sebotol wine itu lalu menuangkannya perlahan ke dalam gelas yang sudah tersedia di depan Sean.

"Boleh aku pergi sekarang?" Alana membuka suara.

"Kalau kau pergi, siapa yang akan menuangkan wine ini untuk ku lagi?" Sean mulai meneguk minuman mahal itu.

"Itu bukan urusan ku!" sahut Alana ketus.

"Tampaknya kau sangat berani dengan ku!!" Sean kembali meneguk wine di tangannya hingga tak tersisa.

Baru sekali ini ada seorang gadis yang berani menentangnya. Sean mulai kesal, darahnya mendidih dan emosinya seketika naik hingga ke puncak kepalanya. Baru saja Sean ingin bangkit dari sofa yang ia duduki, Kelvin Jayde, sekertaris di perusahaannya tiba-tiba datang menemuinya.

"Sudah ku duga kau pasti di tempat ini." ujar Kelvin dan tanpa canggung langsung duduk di sebelah Sean.

"Kenapa kau kemari?" tanya Sean sedikit ketus.

"Kau amnesia atau bagaimana? kenapa kau tak datang ke kantor? kau tau kan hari ini kau harus mengadakan pertemuan dengan rekan bisnis mu?" jawab Kelvin kesal.

Bagaimana tidak, karna Sean, ia harus membereskan semua kekacauan yang dibuat oleh atasannya itu.

"Yang terpenting kau sudah mengurusnya kan?!" celetuk Sean santai tanpa merasa bersalah.

"Kalau saja kau bukan sahabat ku, mungkin sudah sejak lama aku resign dari kantor mu!!" sahut Kelvin.

Emosi Sean yang hampir menguasainya pun redah begitu saja dengan adanya Kelvin. Ia bahkan tertawa kecil melihat raut wajah sekertaris sekaligus sahabatnya yang tampak sangat kesal dengannya.

"Sudahi kesal mu itu, ayo bersulang dulu." ujar Sean sembari menuangkan wine untuk Kelvin.

Saat Sean fokus dengan wine yang di tuangnya,mata Kelvin justru tertuju pada Alana yang sejak tadi hanya menjadi pendengar di antara mereka.

**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!