Bab 18

Malam semakin larut namun Sean masih terjaga di sebelah Alana. Sean pandangi wajah Alana dengan lekat. Entah sejak kapan ia menyukai gadis yang sudah terlelap itu.

Sean juga memberanikan diri menyentuh wajah Alana dan mengusap lembut pipi Alana dengan jemarinya. Sean tersenyum, Alana selalu tampak cantik di matanya.

"Jangan... pergi kalian!" Alana tiba-tiba saja meracau. Raut wajah Alana jelas menyiratkan ketakutan.

"Al.. Alana." Sean menepuk pipi Alana dengan lembut agar gadis itu tersadar dari mimpi buruknya.

"Jangan!" teriak Alana dan seketika saja ia mengerjapkan mata. Ada buliran peluh yang juga berhasil keluar dari dahinya.

Sean bangkit dari sisi ranjang dan mengambilkan segelas air putih untuk Alana. Ia lalu membantu Alana duduk dan membiarkan gadis itu meneguk air hingga tak tersisa.

"Tenangkan diri mu Al." ujar Sean.

"Kak.. aku takut. Mereka mengejar dan hampir membunuh ku." terang Alana dengan suaranya yang sedikit gemetar.

"Ada aku Al. Kau tak perlu takut. Lagi pula itu cuma mimpi." Sean memeluk Alana.

Alana mengatur nafasnya yang masih terengah akibat mimpi buruk yang sempat singgah di tidurnya. Nyaman rasanya, ketika tubuh Sean mendekapnya dengan erat.

"Sudah merasa lebih baik?" tanya Sean seraya mengelus punggung Alana.

Alana mengangguk pelan dan membiarkan kepalanya bersandar pada dada bidang Sean yang memberikannya ketenangan. Sean pun ingin melepas pelukannya dari tubuh Alana. Namun Alana malah melingkarkan tangannya di pinggang Sean.

"Jangan pergi ya kak." gumam Alana yang masih terngiang akan mimpinya.

Bibir Sean melengkung lebar. " Aku tak akan pergi, asalkan kau mau menjadi milik ku." tukasnya.

Alana terdiam sejenak.

"Kenapa? kau tak mau menjadi kekasih ku?" tanya Sean seraya melepas pelukannya.

"Al..." Sean membiarkan netranya menatap Alana dengan lekat. Namun Alana memilih menunduk seolah tak ingin Sean tau tentang perasaannya.

"Kau takut menjadi kekasih dari seorang pria seperti ku?" tanya Sean lagi.

"Bukan gitu kak.."

"Lalu apa?" Sean mendekatkan wajahnya pada wajah Alana.

Nafas Alana tersengal, dadanya kembali bergemuruh hebat.

"Katakan Al." ujar Sean seraya mengusap lembut pipi Alana yang mulai merona.

"Padahal aku belum melakukan apapun, tapi pipi mu sudah memerah seperti itu." Sean tertawa kecil.

Alana dengan cepat memalingkan wajah dari Sean.

"Aku menyukai mu Al." bisik Sean hingga membuat Alana bergidik. Lalu Sean membenamkan wajahnya di bahu Alana. Menghirup aroma manis gadis itu.

"Kak Sean..." lirih Alana yang terkesiap saat Sean mulai mengecup lehernya yang jenjang.

"Aroma tubuh mu sangat enak Al. Aku suka." suara serak Sean menggema di telinga Alana.

Alana melenguh, bulu romanya meremang ketika bibir Sean semakin liar menjelahi bagian lehernya.

"Hentikan kak." pintah Alana seraya mendorong kedua bahu Sean.

Namun Sean tak peduli. Hasratnya sudah terlanjur membara.

"Kak.."

Sean menghentikan aksi liarnya dan menatap Alana. "Kenapa Al?" suara Sean semakin berat.

Tatapan Sean membuat Alana merasa ngeri. Alana menelan salivanya secara kasar. Bahkan ia pun tergugu untuk mengeluarkan suara.

"Katakan Al, kenapa kau jadi diam begini?" goda Sean seraya mengelus bibir Alana.

"Aku...aku...."

Mata Alana seketika membulat sempurna saat bibir Sean dengan secepat kilat sudah mendarat di bibirnya. Tanpa canggung, pria itu mulai mengecup dan me lu mat bibir Alana dengan lembut.

Alana yang kesulitan bernafas langsung memukul dada Sean agar pria itu mau menghentikan aksinya.

"Apa ini pertama kalinya bagi mu?" tanya Sean dengan tatapannya seolah ingin menerkam mangsanya lagi.

Alana mengangguk malu. Walau ia pernah menjalin hubungan dengan Jonathan, namun Alana tak pernah sekalipun melakukan hal tersebut.

"Pantas saja mantan kekasih mu berselingkuh." ejek Sean.

Sean benar, pasti itu salah satu alasan kenapa Jonathan meninggalkan Alana.

"Yasudah, istirahat lah." ujar Sean seraya mengusap ujung kepala Alana.

Alana masih diam. Dan Sean memilih keluar dari kamar Alana.

"Kak..." panggil Alana mencegahnya.

"Hm..." sahut Sean membalikkan badan.

"Papa menyuruh ku pulang." sambung Alana tanpa menatap ke arah Sean.

Sean pun berjalan mendekati Alana kembali. "Pulang lah Al. Aku tidak akan menahan mu lagi."

"Soal perjanjian kita...."

"Kau tak perlu khawatir, anggap lah perjanjian yang kita sepakati itu tidak pernah ada."

"Jadi besok pagi beneran nih aku boleh pulang?"

Sean mengangguk.

"Walau setelah ini aku gak akan kembali lagi ke mansion?"

"Iya Al. Di sini memang bukan tempat mu."

"Aku yakin ini pasti bukan kak Sean." gumam Alana seraya menatap lekat wajah Sean. Alana merasa ada yang aneh dengan perubahan sikap Sean yang begitu drastis.

"Kenapa menatap ku seperti itu?" tanya Sean.

"Aneh. Apa kak Sean ketempelan penunggu dari villa yang ada di hutan ya?"

"Apaan sih Al." tukas Sean malas.

"Kak, jangan kasihani aku. Kak Sean mendadak jadi baik karna kasihan kan sama aku?"

Sean pun tertawa. "Alana.. dengarkan aku. Aku bersikap seperti ini karna aku menyukai mu. Lagi pula untuk apa aku mengasihani gadis kaya seperti mu."

"Tuh kan bener dugaan ku, kak Sean sebenarnya tau kalau aku...."

Sean kembali mengecup bibir Alana hingga gadis itu seketika terdiam.

"Sudah ya, lebih baik kau tidur." ujar Sean seraya mengacak rambut Alana. Lalu ia keluar dari kamar Alana.

"Wah, lama-lama aku bisa kena serangan jantung nih." celetuk Alana sembari memegang dadanya yang sejak tadi berdetak tak karuan karna Sean.

**

Pagi harinya keadaan Alana sudah membaik. Entah karna obat yang di minum atau karna ia telah mendapat asupan dari kecupan Sean semalam.

Kini Alana tengah membereskan pakaian dan keperluan miliknya yang lain ke dalam koper. Sebenarnya Alana enggan untuk pulang, apalagi harus bertemu dengan papanya yang egois. Namun sejak malam, David, papa Alana berkali-kali menghubungi Alana bahkan mengirim pesan singkat kepada Alana agar segera pulang.

Yang David tau Alana hanya menginap di rumah Cindy, sahabatnya. Andai David tau bahwa nyatanya anak gadisnya itu tinggal di mansion bersama Sean, mungkin David tak akan tinggal diam dan akan menjemput Alana. David pastinya juga akan melarang Alana untuk mendekati Sean. Terlebih sebenarnya Sean adalah pria yang berbahaya.

Setelah selesai, Alana pun hendak membawa kopernya dan meninggalkan kamar yang membuatnya cukup nyaman.

"Sudah selesai Al?" suara Sean membuat Alana terkesiap.

"Astaga, bisa gak sih kak ngetuk pintu dulu baru masuk?" protes Alana sembari memegang dadanya.

Sean hanya tergelak seraya mengambil koper yang berada di atas ranjang. Alana yang kesal malah berjalan ke arah pintu hendak meninggalkan Sean.

"Kenapa buru-buru sih sayang?" tukas Sean yang langsung menarik lengan Alana pelan.

Mata Alana melebar seketika. Kembali dadanya merasa tak aman. Sebutan "sayang" itu berhasil membuat Alana salah tingkah.

"Tidak mau pamitan dulu? peluk juga boleh." goda Sean menatap wajah Alana yang tampak merona.

"Kak.. bisa gak sih, gak usah buat baper orang." celetuk Alana.

Lagi-lagi Sean tertawa. Wajah tampan pria itu terlihat sempurna dengan matanya yang sedikit menyipit dan bibirnya yang melengkung indah.

Tuhan, karya mu sungguh indah !

Alana sama sekali tak berkedip menatap Sean. Dari awal ia mengenal pria dingin itu, baru sekali ini lah Alana melihat Sean bisa tertawa lepas.

"Jadi ini mau pulang atau mau bengong?" seru Sean.

"Ehm.. anu.. ini.. kita.. ayo pulang." Alana tampak tergugu lalu berjalan cepat meninggalkan Sean.

"Dasar." Sean menyunggingkan senyum tipis seraya menggelengkan kepala.

Di lantai 1, Alana tak sengaja berpapasan dengan Brandon. Namun Alana melewati Brandon begitu saja.

"Mau kemana?" tanya Brandon.

"Bukan urusan mu!" jawab Alana ketus.

"Eh, tunggu." Brandon mencekal lengan Alana.

"Apaan? kita gak ada urusan ya!" seru Alana yang malas meladeni Brandon.

"Soal pesan kemarin, aku mau minta maaf." ujar Brandon.

"Santai, aku udah maafin kok. Ya walau pun aku gak tau apa alasan mu melarang ku untuk datang ke mansion. Tapi yaudah lah, udah berlalu juga kan."

"Oiya..." sambung Alana.

"Kenapa?" tanya Brandon.

"Bisa lepasin gak?" Alana melirik ke arah lengannya yang masih di cekal Brandon.

"Hmm.. oh.. maaf!" Brandon tersadar seraya melepas lengan Alana.

"Kenapa tak langsung ke mobil?" suara Sean membuat Brandon menoleh.

"Bos... bos mau kemana?" tanya Brandon menyadari koper yang di bawa Sean.

"Mengantarkan Alana pulang." jawab Sean datar.

"Lebih baik bos istirahat saja. Biar saya yang mengantarkan gadis ini."

"Tidak usah."

"Tapi bos..."

"Tidak apa Brandon. Biar aku saja."

"Baik lah bos. Hmm.. apa perlu saya kawal?"

Sean menggeleng.

"Ayo Al." seru Sean seraya menggandeng tangan Alana tanpa canggung.

Setiba di pelataran mansion, Sean langsung membuka salah satu pintu mobil untuk Alana dan mempersilahkan gadis itu masuk kedalamnya. Lalu Sean mengambil posisi kemudi tepat di samping Alana.

"Kak, padahal aku bisa pulang sendiri loh." ujar Alana merasa tak enak.

"Tidak usah sungkan Al. Lagi pula aku juga ingin tau rumah mu agar aku bisa menemui mu kapan pun aku mau." sahut Sean sembari mulai melajukan mobil.

"Dasar modus." gumam Alana pelan.

Sean tersenyum. "Lalu bagaimana dengan tawaran ku Al?"

"Tawaran apa?" Alana mengernyitkan dahi.

"Kau bahkan sudah melupakan ciuman pertama kita." tukas Sean datar.

Alana diam sejenak. "Jadi kak Sean serius menyukai ku?"

"Apa wajah ku ini tak cukup meyakinkan mu Al?" Sean menoleh ke arah Alana. Tatapan lekat Sean membuat Alana menelan salivanya.

Alana masih diam.

"Bagaimana? kau akan tetap menolak pria tampan seperti ku? kau yakin tidak akan menyesal?"

"Boleh kasih aku waktu?"

"Tidak. Jawab lah sekarang. Aku tidak suka menunggu!" tegas Sean.

Sat set bener nih orang." monolog Alana dalam hati.

"Kalau kau diam, aku menganggap bahwa kau setuju menjadi kekasih ku." tukas Sean.

"Eh, gak bisa gitu dong kak."

Sean tak menyahut.

"Kak, kasih aku waktu ya.!"

"Kau masih belum bisa move on ya dari mantan kekasih mu itu?" tanya Sean sedikit ketus.

Alana menggeleng. "Gak kak, bukan karna itu juga."

"Lalu?"

Helaan nafas Alana terdengar berat. Sebenarnya Alana masih belum siap untuk menjalin hubungan baru dengan seorang pria. Alana takut kecewa. Alana tak mau patah hati kembali. Alana tak bisa mempercayakan hatinya begitu saja kepada orang lain.

**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!