Bab 6

Alana terbangun saat ponselnya berdering. Dengan masih terpejam, Alana meraba meja di samping ranjang untuk mengambil ponselnya. Ia segera mengangkat panggilan yang ternyata dari Cindy.

"Al.." teriak Cindy hingga membuat Alana menjauhkan ponselnya dari telinganya.

"Alana..."

"Ada apa sih Cin?!" tanya Alana dengan suaranya yang serak bahkan ia masih belum membuka matanya.

"Kau gak ke kampus? hari ini kita ada ujian loh."

"Hahh?!" Alana langsung membuka matanya.

"Cepat Al.Ini udah jam berapa."

"Iya iya Cin. Otw."

Alana langsung mengakhiri panggilannya. Dengan masih belum sadar sepenuhnya, Alana tergesa bangkit dari kasur dan bergegas ke kamar mandi. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti. Dan Alana mengucek kedua matanya beberapa kali saat menyadari jika ia masih berada di mansion Sean.

Sebelum menemui Sean, Alana mencuci mukanya terlebih dahulu. Setelah itu ia keluar dari kamar dan mencari keberadaan Sean.

"Di mana sih pria kejam itu?!" Alana menggrutu sembari menyusuri setiap sisi mansion yang terlihat sepi.

Alana tak menemukan siapa pun, termasuk Sean. Ia yang sudah terlambat datang ke kampus, tanpa pikir panjang langsung pergi keluar dari mansion. Untungnya motor Alana masih berada di tempat semalam Alana memarkirkan motornya. Jadi Alana tak perlu repot-repot mencarinya.

Baru saja Alana menghidupkan mesin motornya, tiba-tiba sebuah mobil Lamborghini Aventador berwarna hitam datang dari sisi depan Alana. Mobil itu lalu berhenti tepat di samping Alana. Sean yang mengenakan pakaian serba hitam, dengan gagahnya keluar dari dalam mobil tersebut.

"Kau mau kemana?!" tanya Sean datar.

"Aku mau ke kampus. Boleh ya, please. Hari ini aku ada ujian." Alana memohon di hadapan Sean.

"Itu bukan akal-akalan mu kan?!"

"Ya bukanlah. Kau tenang aja. Setelah selesai, aku akan kembali."

"Hei, kau pikir kau sedang menginap di hotel? bisa keluar masuk seenak mu."

"Please Sean." Alana mengatupkan kedua telapak tangannya.

Mata Sean membulat sempurna menatap Alana. "Apa kata mu?! Sean?!"

"Berani sekali kau menyebut nama ku.!!" Sean tampak marah.

"Aduh, aku gak ada waktu lagi untuk berdebat."

"Pergi lah!!!"

"Hahh?! serius? beneran boleh?!".

"Hmm..." Sean memalingkan wajah dari Alana.

"Makasih ya Sean, aku janji setelah selesai ujian, aku akan kembali. Dan aku janji gak akan menceritakan apapun yang aku lihat di mansion ini kepada siapa pun." Alana mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah bersamaan.

Alana pun langsung menaiki motornya dan bergegas pergi.

"Dasar..!!" Sean tersenyum kecil melihat tingkah Alana sembari menatap punggung Alana yang semakin menjauh.

Sean lalu masuk ke mansionnya sembari menghela nafas lelah. Pertarungan melawan geng Hogang membuat seluruh tubuhnya terasa sakit. Sean dan anak buahnya berhasil menghancurkan markas geng Hogang walau ada beberapa anak buahnya yang terluka.

Sean merebahkan tubuhnya di sofa. Sembari menatap langit-langit ruangan yang serba abu-abu itu, kenangan akan kedua orang tua dan adiknya kini terlintas kembali di kepalanya. Tampaknya Sean masih belum bisa mengikhlaskan kepergian keluarganya.

"Bos.." suara Brandon mengagetkan Sean.

"Ada apa?!" tanya Sean.

"Roy dan Lime kritis bos.Mereka sekarang berada di rumah sakit." jawab Brandon.

Sean langsung bangkit dan berdiri. "Ayo antarkan aku melihat mereka."

"Baik bos."

**

Alana membawa motornya dengan kecepatan tinggi menuju ke kampusnya. Setiba di kampus, Alana langsung memarkirkan motornya lalu berlari menuju ke kelasnya. Hingga Alana tak sadar menjatuhkan ponselnya.

Dengan nafas terengah Alana mengetuk pintu kelasnya. Untungnya dosenya pun baru tiba hingga Alana di izinkan masuk untuk mengikuti ujian.

"Dari mana aja sih Al?" bisik Cindy begitu Alana duduk di sampingnya.

Alana tak menjawab dan masih memegang dadanya yang naik turun.

"Aku dari rumah." ujar Alana tak jujur.

"Tumben kau datang terlambat dan gak ingat kalau hari ini kita ada ujian."

Alana hanya menyeringai sembari mengeluarkan pulpen dari dalam tasnya.

"Baik lah, ujian akan kita mulai. Silakan tas dan ponsel kalian kumpulkan ke meja saya." ujar dosen.

"Baik bu." sahut mahasiswa jurusan business management secara serempak.

"Cin.."

"Kenapa Al.."

"Hp ku.." Alana merogoh saku celana jeans berkali-kali.

"Ketinggalan Al?!"

"Kayaknya tadi aku bawa kok Cin." ujar Alana panik.

" Di tas kali Al."

Alana langsung membuka tasnya dan mencari ponselnya.

"Gak ada juga Cin."

"Cepat! saya akan membagikan lembar soal kepada kalian." tegas dosen.

"Gimana ini Cin?!"

"Udah Al, nanti selesai ujian kita cari. Sini tas mu, biar sekalian." ujar Cindy. Alana langsung menyerahkan tasnya untuk di bawa ke meja dosen.

Ujian pun di mulai. Alana yang sama sekali tak belajar tetap bisa menjawab soal-soal yang diberikan oleh dosennya. Karna Alana memanglah pintar, ia sering mencari materi kuliah dan mempelajarinya sendiri sebelum dosennya menjelaskan.

"sssttt.. Al." panggil Cindy pelan.

Alana menoleh.

"Udah siap?"

Alana mengangguk.

"Nyontek dong." Cindy menyeringai.

"Ogah.Makanya belajar."

"Pelit amat sih Al."

"Biarin.."

"Yauda nanti gak aku temani nyari hp mu."

"Ck.. yauda nih." Alana menyerahkan lembar jawabannya kepada Cindy secara diam-diam agar tak ketahuan dosennya.

Cindy pun terlihat senang. "Sayang Alana pokoknya."

"Apasih." Alana memalingkan wajah dari Cindy.

Hampir satu jam berlalu. Dosen pun menyuruh seluruh mahasiswa di kelas untuk mengumpulkan lembar jawaban mereka.

"Akhirnya selesai juga nih ujian." celetuk Cindy sembari mengambil tasnya di meja dosen, begitu pun dengan Alana.

"Ayo Cin." ujar Alana.

"Kemana Al?!"

"Nyari hp ku, ayo lah Cin.Kau kan udah janji."

"Iya iya, ayo." Cindy langsung mengandeng lengan Alana keluar dari kelas.

Alana dan Cindy mulai berjalan di koridor kampus sembari mencari-cari ponsel milik Alana.

"Ketemu gak Cin?"

"Belum Al. Lagian kok bisa jatuh sih?"

"Abis dari parkiran tadi aku langsung lari ke kelas karna takut telat."

"Ceroboh amat memang!!"

"Ya mau gimana lagi, dari pada aku telat gak di kasih ikut ujian."

Cindy hanya bisa menghela nafas melihat sahabatnya. Di saat Alana dan Cindy masih sibuk mencari ponsel Alana yang terjatuh, tiba-tiba Jonathan datang menghampiri mereka.

"Alana.." panggil Jonathan.

Alana dan Cindy seketika menoleh ke belakang.

"Ngapain kau menemui Alana lagi?" tanya Cindy ketus. Cindy tak suka melihat Jonathan karna telah menyakiti sahabatnya.

"Aku cuma mau mengembalikan ini." Jonathan menyodorkan ponsel yang ternyata adalah milik Alana.

"Kenapa hp ku ada di tangan mu?!" Alana menatap tajam ke arah Jonathan.

"Jangan negatif thinking dulu lah Al. Aku menemukan hp mu di ujung sana tadi." ujar Jonathan sembari menunjuk ujung koridor.

Alana langsung mengambil ponselnya dari tangan Jonathan. "Makasih." ucap Alana ketus.

"Ayo Cin,cabut." Alana menarik lengan Cindy.

"Tunggu Al." cegah Jonathan.

Alana menghentikan langkahnya dan membalikkan badan. "Apa lagi?!"

"Ada waktu gak?! bentar aja. Ada yang mau aku omongin."

"Gak.!" sahut Alana singkat. Lalu pergi meninggalkan Jonathan.

"Mantap Al, gitu dong. Cowok kayak Jonathan jangan di kasih kesempatan. Enak banget dia, udah selingkuh tapi berharap di mengerti." celetuk Cindy sembari merangkul bahu Alana.

Alana hanya tersenyum puas. Ia sedikit lega karna membuat Jonathan tak berkutik.

"Al, ke kafe yuk." ajak cindy.

"Sorry Cin, aku harus buru-buru pulang." tolak Alana.

"Ih parah banget sih Al. Kemarin kau menolak saat ku ajak hang out, sekarang kau juga menolak ku ajak ke kafe. Kau udah bosan ya bersahabat dengan ku?"

"Bukan gitu Cin, tapi...."

"Tapi apa? hah?!"

"Cin, saat ini aku sedang ada masalah, tapi aku belum bisa cerita tentang masalah ku sekarang. Kau tenang aja, kalau semua uda beres aku janji pasti akan cerita semuanya kepada mu."

"Al.."

"Yauda aku cabut duluan ya. Maaf banget Cin, belakangan ini aku gak ada waktu untuk kita."

Cindy menatap Alana dengan sendu. Ia tak tau masalah apa yang saat ini sedang Alana hadapi.

"Al, padahal aku sangat ingin membantu mu."

Alana menggelengkan kepala sembari tersenyum. "Cin, aku bisa mengatasi masalah ku sendiri. Kau tenang saja."

"Iya, aku yakin kau pasti bisa Al. Karna Alana yang ku kenal adalah gadis yang tangguh." Cindy memegang kedua bahu Alana.

"Yauda, aku cabut ya Cin."

"Iya Al, hati-hati ya. Kalau kau butuh sesuatu cepat hubungi aku."

"Siipp."

Alana pun langsung berlalu dari hadapan Cindy. Ia menghampiri motornya dan bergegas pergi meninggalkan kampus. Alana melajukan motornya dengan kecepatan sedang karna ia ingin menikmati perjalanannya. Karna Alana tau jika ia sudah berada di mansion Sean, sudah tidak mungkin lagi baginya untuk bisa keluar mengendarai motornya.

Di sela menikmati perjalanannya, Alana melirik ke arah spion kanannya. Alana mulai menyadari jika sebuah mobil hitam sedang mengikutinya. Ia tau itu pasti anak buah suruhan Sean. Alana pun mulai menambah kecepatan motornya. Ia sengaja melakukan hal itu untuk mengelabuhi anak buah Sean. Alana bahkan melewati gang-gang sempit agar anak buah Sean kualahan untuk mengikutinya.

Tak lama Alana pun tiba di halaman depan mansion. Ia langsung turun dari motornya dan segera masuk ke dalam mansion.

"Ternyata kau menepati janji mu." ujar Sean menyambut kedatangan Alana.

Alana tak menjawab, dan langsung membuka helm full face - nya.

"Tunggu! kau tak mengganti baju mu?!" Sean menatap sinis ke arah kemeja yang di kenakan Alana sejak semalam.

Alana langsung menunduk dan baru menyadari jika ia belum mengganti pakaiannya.

"Cepat ke kamar mu dan segera ganti pakaian mu! dasar gadis jorok.!!" seru Sean.

Dengan santai Alana pergi dari hadapan Sean. Ia mulai menapaki anak tangga menuju ke kamarnya.

"Bos, gadis itu menghilang. Kami kehilangan jejaknya." ujar Brandon baru tiba dan ternyata dia lah yang mengikuti Alana sejak tadi.

Mendengar itu Sean mengernyitkan dahi. "Jadi itu siapa?!" Sean menunjuk ke arah Alana.

"Lah, bagaimana gadis itu bisa...." Brandon keheranan melihat Alana.

"Kalian kalah cepat dari gadis itu. Dan sepertinya dia mengetahui kalau kalian mengikutinya." ujar Sean.

"Maaf bos. Lain kali kami akan mengawasi gadis itu dengan baik." Brandon menunduk merasa bersalah.

"Sudah lah. Kalian kembali saja ke rumah sakit untuk menjaga Roy dan Lime."

"Baik bos."

Brandon dan ke tiga anak buah Sean lainnya pun pergi meninggalkan mansion. Kini mansion yang merupakan markas bagi geng Sean terlihat sepi. Karna anak buah Sean yang lain sedang menginap di beberapa hotel terpisah untuk menghilangkan jejak mereka yang telah menghabisi geng Hogang.

**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!