Bab 11

Di tempat lain, David yang sehabis menyelesaikan urusan bisnisnya bergegas menuju ke sebuah restoran western, di mana ia akan menemui teman lamanya.

Dengan di temani seorang asisten, David pun tiba dan langsung menghampiri meja VIP yang sudah di pesan oleh Antonio, teman sekaligus rekan bisnisnya.

"David, apa kabar?" sapa Antonio tersenyum lebar menyambut kedatangan David.

"Baik." David pun tersenyum sembari langsung mengulurkan tangan, dan seketika di jabat oleh Antonio.

"Silahkan duduk." Antonio mempersilahkan.

David mengangguk dan mengambil posisi tepat di samping seorang lelaki berusia 20- an.

"Oiya David, perkenalkan ini anak bungsu ku." ujar Antonio menoleh ke arah lelaki itu.

"Halo om, saya Jonathan." ucapnya sembari mengulurkan tangan.

"Wah... melihat wajah tampan mu, om jadi teringat sewaktu masih muda dulu. Om dulunya setampan kamu loh Jonathan." celetuk David sembari membalas uluran tangan Jonathan.

Seketika Antonio tertawa kecil sembari merangkul bahu Jonathan.

"Tapi benar sih Jo. Om David ini dulunya memang cowok populer di kampus. Banyak wanita yang mengejar-ngejar dan mengantri untuk jadi kekasihnya." sambung David.

David ikut tertawa sebelum akhirnya ia bertanya tentang kegiatan Jonathan saat ini.

"Oh jadi kamu sebentar lagi wisuda?" tanya David.

"Iya om." jawab Jonathan singkat.

"Sudah punya someone yang spesial?" tanya David lagi.

Hening.

Antonio dan David menoleh ke arah Jonathan. Menunggu lelaki itu memberikan jawaban.

"David, silahkan minum dulu. Sampai lupa kan karna kita ke asyikan mengobrol." Antonio yang peka berusaha memecah kecanggungan yang di rasakan Jonathan.

"Iya Ton, rasanya sudah sangat lama kita tidak bertemu. Jadi aku terlalu bersemangat untuk membahas banyak hal dengan mu dan Jonathan." ujar David dan langsung meneguk minuman yang sejak tadi sudah tersedia di hadapannya.

Sembari menikmati hidangan makan malam, David dan Antonio saling bertukar cerita dan pengalaman mereka dalam dunia bisnis. Dengan sesekali bertanya kepada Jonathan tentang kehidupan kampusnya.

"Kamu belum menjawab pertanyaan om tadi loh Jo." ujar David sembari memotong steak di hadapannya.

Jonathan diam sejenak. "Belum om."

David pun menoleh ke arah Jonathan. "Serius Jo kamu belum punya pacar?"

Jonathan mengangguk pelan.

"Masa sih Jo, cowok setampan kamu belum punya pacar?" goda David. Antonio yang menyimak hanya tersenyum.

"Belum ada yang cocok om." sahut Jonathan.

"Mau om jodohkan sama anak gadis om?"

Jonathan yang sedang mengunyah makanan tiba-tiba tersedak. Dengan buru-buru Antonio menyodorkan air putih kepada anak lelakinya itu.

"Kenapa Jo?" tanya Antonio sedikit khawatir.

"Enggak papa pa,." Jonathan tersenyum kecil lalu menyeka bibirnya dengan tisu.

"Bagaimana Jo? anak om juga kuliah di satu kampus yang sama loh dengan kamu. Namanya Alana. Dia cantik, baik dan juga pintar. Om jamin kamu tidak akan menyesal mengenalnya."

Benar om, Alana memang cantik. Aku gak mungkin menyesal mengenalnya. Tapi Alana lah yang menyesal karna pernah menjalin hubungan dengan lelaki seperti ku.

"Kenapa tidak kau ajak saja sekalian anak gadis mu, Dav.? jadi kan mereka bisa saling mengenal lebih awal." seru Antonio sebelum meneguk minuman beralkohol di tangannya.

"Iya juga ya. Bagaimana kalau besok kita adakan makan malam seperti ini lagi? aku akan membawa Alana." ujar David.

"Boleh." Antonio mengangguk cepat.

Sementara Jonathan hanya diam. Sejak awal kedatangan David, ia sudah mengetahui siapa pria itu.

Kenangan saat ia dan Alana masih menjadi sepasang kekasih pun terlintas sejenak di kepalanya. Waktu itu Alana pernah menunjukkan kepadanya sebuah foto ketika gadis itu masih berusia lima tahun dan sedang duduk di sebelah pria yang tak lain dan tak bukan adalah David. Untuk itu Jonathan cukup terkesiap ketika mengetahui teman lama papanya adalah David, papa Alana.

**

Di mansion Sean yang mewah dan luas, Sean yang baru selesai makan malam bersama anak buahnya seketika di kejutkan dengan suara benda terjatuh dari lantai 2, tepat di mana kamar Alana berada.

Sean yang bersama Brandon pun bergegas dan berlari menuju ke lantai 2 untuk memastikan apa yang sedang terjadi.

"Apa yang kau lakukan?!" pekik Brandon saat netranya menangkap basah Alana dan mendapati sebuah vas antik dengan ukiran bunga bergulir merah yang sangat mahal milik Sean sudah terpecah pecah tak beraturan di lantai.

Alana seketika menoleh. Ia menyeringai ke arah Sean. "Maaf. Aku gak sengaja."

Brandon menghela nafas lalu menghampiri Alana yang tengah berlutut untuk membersihkan vas yang sudah tak berbentuk lagi.

"Kau sadar apa yang telah kau lakukan? hah?" mata Brandon membulat menatap tajam ke arah Alana.

"Kan aku udah minta maaf." sahut Alana yang masih memungut serpihan vas tersebut.

"Kau pikir maaf mu cukup untuk mengganti vas mahal ini?" Brandon kembali menyudutkan Alana.

Kali ini Alana hanya berdecak sembari terus memungut serpihan vas dan memasukkannya ke dalam kantong plastik.

"Aw.." Alana tiba-tiba meringis ketika jari telunjuknya tak sengaja terkena ujung serpihan yang tajam.

Sean yang awalnya acuh dan bersikap datar, seketika menghampiri Alana. Ia membungkuk dan menatap Alana dengan sedikit khawatir.

"Brandon bawa kan kotak p3k!!" pintah Sean.

"Tapi bos.."

"Sudah berani membantah ku?!"

"M- maaf bos."

Brandon pun bergegas mengambil kotak p3k yang berada di lantai 1.

"Ayo ikut aku." ujar Sean datar.

"Tapi aku harus membersihkan pecahan vas ini." sahut Alana merasa tak enak.

"Biarkan anak buah ku yang mengurusnya. Kau harus mengobati jari mu yang terluka."

Alana lalu bangkit dan berdiri di hadapan Sean.

"Aku janji akan menggantinya." gumam Alana pelan.

Sean mengulas senyum sinis. "Dasar. Sementang anak orang kaya."

"Memangnya aku ada menyuruh mu untuk mengganti benda itu?" sekak Sean lalu membalikkan badan dan berjalan menuju ke arah sofa.

Alana yang heran hanya mengikuti langkah Sean dan berjalan di belakang pria jangkung itu.

"Duduk lah." pintah Sean.

Dengan canggung Alana duduk di sofa panjang tepat di samping Sean. Tak lama, Brandon pun datang dan langsung menyerahkan kotak p3k kepada Sean.

"Brandon, bersihkan vas yang pecah itu." ujar Sean tanpa menoleh. Ia hanya fokus membuka kotak kecil di tangannya.

"Baik bos." sahut Brandon dengan berat hati. Pun dalam hatinya, ia menggrutu tak terima.

"Mana jari mu yang terluka?" tanya Sean.

"Ini." Alana menyodorkan jari telunjuk sebelah kanannya di hadapan Sean.

Dengan cekatan, Sean membersihkan luka pada jari Alana. Lalu ia menutup luka itu dengan plester anti air. Sedangkan Alana hanya membisu memperhatikan raut wajah Sean yang terlihat datar.

Rahangnya yang tegas, alisnya yang hitam dan lebat, hidung bangir, serta memiliki bola mata coklat terang, membuat Sean tampak sempurna di mata Alana. Gadis itu seakan lupa bahwa pria di hadapannya pernah melakukan hal keji dan tak manusiawi.

Alana tersentak ketika ponsel di saku celana Sean berdering keras. Sean pun segera mengeluarkan benda pipih tersebut. Setelah melihat nama yang tertera pada layar ponsel, dahi Sean berkerut. Ia bangkit dari sofa dan segera mengangkat panggilan yang sepertinya dari orang penting.

Tak sempat mengucapkan rasa terima kasihnya, Alana hanya memandangi punggung Sean yang semakin lama semakin jauh. Sean berjalan ke arah rooftop, seolah tak ingin siapa pun mendengar pembicaraannya dengan seseorang dibalik ponsel.

Kini pandangan Alana tertuju kepada Brandon yang sibuk membersihkan kepingan vas yang berserakan di lantai. Alana yang menyimpan perasaan tak enak kepada Brandon, segera bangkit dari duduknya dan menghampiri lelaki yang sejak tadi memasang raut wajah cemberut.

"Maaf ya, jadi merepotkan mu." ujar Alana sembari merungguh tepat di samping Brandon.

"Sejak awal masuk ke mansion ini kau memang selalu merepotkan." celetuk Brandon ketus.

Bibir Alana mencebik sembari melirik sinis ke arah Brandon yang fokus mengutip serpihan vas di lantai. Alana yang tak mau di salahkan lagi pun berinisiatif membantu Brandon. Ia mulai mengambil serpihan vas mahal tersebut lalu memasukkannya ke kantong plastik yang di pegang oleh Brandon.

"Ck.. biar aku saja. Aku tak mau di salahkan kalau kau terluka lagi." ujarnya kasar.

Alana tak menggubris. Ia masih saja mengambil serpihan demi serpihan dengan hati-hati agar jarinya tak ada yang terluka lagi. Namun ternyata nasib baik tak memihak Alana. Untuk kedua kalinya, jarinya tergores serpihan tajam dari vas. Kali ini ibu jari sebelah kiri nya yang terluka.

"Kenapa?" tanya Brandon ketika Alana tersentak sembari sedikit meringis.

Dengan cepat Alana menggelengkan kepalanya. Mengisyaratkan kalau ia baik-baik saja. Alana lalu menyembunyikan tangannya di balik kaos yang ia kenakan. Kemudian Alana kembali melanjutkan kembali seolah tak terjadi apa-apa.

Brandon yang curiga seketika menarik lengan Alana. Alana yang tak memasang pertahanan apapun, merasa terkesiap saat Brandon tengah memperhatikan ibu jarinya yang terluka.

"Tuh kan benar dugaan ku. Kau ini keras kepala sekali. Kan sudah ku bilang, biar aku saja yang membersihkan semua ini." kekesalan Brandon meluap.

Namun lelaki itu tak menghilangkan rasa pedulinya. Ia mengambil kotak p3k dari sofa lalu mengambil plester dan menempelkan benda itu ke ibu jari Alana.

"Aduh.. pelan dikit bisa gak sih?" protes Alana.

"Makanya jangan keras kepala." sahut Brandon ketus sembari menekan plester pada luka Alana dengan kasar.

"Aw..." Alana meringis dan refleks memegang lengan Brandon.

Nafas Brandon seketika tersengal. Entah mengapa ia menjadi gugup. Jantungnya seolah berdetak tak normal karna berpacu sangat cepat.

Ada apa dengan ku ?

Secara perlahan Brandon menatap Alana yang masih meringis sembari fokus pada ibu jarinya. Sadar dengan tatapan Brandon, Alana pun mendongak. Netra mereka bertemu. Wajah mereka yang hanya berjarak beberapa centi semakin membuat Brandon tak berdaya.

Ia melemas. Tubuhnya seakan melayang. Mata Alana yang begitu cantik dan selalu berbinar, benar-benar membuat Brandon seolah terhipnotis.

Sean yang sudah selesai membicarakan suatu hal penting dengan seseorang di seberang sana, tanpa basa-basi lagi langsung mengakhiri panggilan tersebut. Ia menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku celananya sembari berjalan masuk ke ruangan di mana Alana dan Brandon berada.

Langkah Sean terhenti seketika. Matanya membulat sempurna. Dadanya sedikit sesak. Seolah ada bagian dari lubuk hati Sean yang tak terima bahwa saat ini Brandon tengah bertatapan dengan Alana. Bahkan Alana masih memegang lengan Brandon dan Brandon juga masih tetap memegang ibu jari Alana.

Ini tidak bisa di biarkan!!!.

Raut wajah Sean berubah. Ia tampak murka. Dengan langkah lebar ia menghampiri keduanya. Sean yang kini berdiri tepat di samping Alana dan Brandon seketika berdehem keras agar keberadaannya di sadari oleh keduanya yang masih saling pandang.

"Bos..." Brandon tersentak dan langsung menarik lengannya dari genggaman tangan Alana yang lembut.

Alana yang sama kagetnya dengan Brandon pun seketika berdiri dan menatap Sean.

"Pergi!!!" ujar Sean datar sembari menoleh ke arah Brandon.

"M- maaf bos, tapi saya belum selesai membersihkan......"

"Pergi!!" Sean mengulang ucapannya. Kali ini dengan suara lantang.

"B- baik bos." Brandon membungkuk setengah badan lalu pergi dari hadapan Sean dan Alana.

"Kenapa kau menyuruhnya pergi?" tanya Alana heran.

"Diam. Ini semua salah mu." pekik Sean berusaha mengatur deruan nafasnya.

"Aku minta maaf. Aku tadi gak sengaja menyenggol vas itu." ujar Alana dengan nada bersalah.

Sean tak merespon. Ia tiba-tiba melengos begitu saja dari hadapan Alana. Membuat gadis itu bingung seketika.

Ini semua salah mu. Andai aku tak mengizinkan mu masuk ke kehidupan ku, aku pasti tak harus merasakan perasaan yang hampir membuat ku gila seperti ini !!!

Sean menyenderkan tubuh jangkungnya di sofa yang berada di kamarnya. Sembari menatap langit-langit, Sean masih terngiang-ngiang akan tatapan Brandon dan Alana di ruang tengah tadi.

**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!