Bab 12

Tak ingin dirinya terlarut akan perasaannya terhadap Alana yang mulai tumbuh, Sean pun bangkit dari duduknya. Ia ambil jaket berbahan dasar kulit yang tergeletak di atas kasur. Lalu Sean keluar dari kamarnya.

"Mau ke mana bos?" tanya Cleo saat berpapasan dengan Sean di ruang tamu.

Sean tak menjawab. Ia hanya sibuk memakai jaket berwarna hitam itu untuk menjadi pelengkap kaos putih yang di kenakannya.

"Saya antar ya bos." ujar Cleo lagi.

"Tidak usah." sahut Sean datar lalu pergi dari hadapan Cleo.

Cleo yang heran melihat Sean hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal sembari memandangi punggung Sean hingga bosnya itu tak terlihat lagi.

"Bos kenapa ya?" monolog Cleo yang menyadari ada semacam kegundahan yang terpancar jelas dari mata Sean.

Di dalam mobil, Sean yang memillih menyetir seorang diri tak tau harus kemana karna ia tak memiliki tujuan. Ia merasa muak dan enggan untuk datang ke club malam. Pun untuk menghabiskan malam dengan para wanita yang pernah memuaskan hasratnya, ia juga merasa sedang tak bergairah.

Yang ada di pikirannya saat ini, hanya Alana. Wajah Alana begitu jelas di ingatannya. Mata cantik gadis itu tak bisa Sean lupakan begitu saja.

Dengan tanpa tujuan, Sean pun membiarkan mobilnya melaju dengan kecepatan sedang memecah jalanan yang tak terlalu ramai. Hingga ketika ia melintasi jalan yang cukup jauh dari perkotaan, tiba-tiba dari arah yang berlawanan ada sebuah mobil melaju kencang dan seperti dengan sengaja akan menabraknya.

Sean tersentak. Seketika ia menginjak pedal rem hingga menimbulkan suara decitan keras. Gesekan antara ban mobil dengan aspal pun terjadi. Kalau saja Sean terlambat menginjak pedal rem, mungkin sudah terjadi benturan keras dengan mobil di depannya.

Tanpa di beri jeda untuk bernafas lega, lima orang pria berpakaian serba hitam dan memakai topi tiba-tiba keluar dari dalam mobil dan berjalan menghampiri mobil Sean.

Salah satu di antara mereka mulai mengetuk kaca mobil, mengisyaratkan agar Sean segera keluar. Tanpa rasa takut, Sean pun segera keluar dari dalam mobil dan berdiri di hadapan ke lima pria yang ia sendiri saja bahkan tak mengenali mereka.

"Siapa kalian?" tanya Sean datar sembari melepas pandangan ke arah lima pria tersebut.

"Sebelum dia banyak bicara, ayo habisi dia." seru salah satu pria.

Mendengar itu Sean pun mulai merasa was-was. Dan tanpa menunggu Sean merasa siap, ke lima pria tersebut langsung melepaskan serangan kepadanya.

Awalnya Sean unggul, namun salah satu dari pria tak di kenal itu tiba-tiba mengeluarkan sebuah pisau dari dalam saku jaket hitamnya. Dan dengan berani langsung menusuk punggung Sean. Sean yang masih fokus melawan dua pria di hadapannya, seketika meringis menyadari sebuah pisau tajam telah melukai punggungnya.

Melihat Sean yang lengah, ke lima pria tersebut langsung memberikan serangan beruntun kepadanya. Sean masih bisa melawan, hingga akhirnya ia harus terjatuh ke aspal saat pria yang menusuk punggungnya tadi kini semakin beringas dengan menusuk bagian perutnya.

Nasib Sean masih beruntung. Sebelum ke lima pria tersebut menghabisi nyawanya, dua mobil tiba-tiba datang dari arah timur. Ke lima pria tersebut kebingungan saat jumlah pria yang keluar dari dalam mobil yang baru tiba jumlahnya lebih unggul dari mereka.

Ke lima pria itu kalut. Lalu meninggalkan Sean yang sudah sekarat. Mereka pun bergegas masuk ke dalam mobil, lalu melajukannya dengan cepat agar segera pergi dari lokasi di mana mereka hampir merenggut nyawa Sean.

"Bos..." teriak Brandon, Cleo dan beberapa anak buah Sean lainnya.

"Cepat ikuti mobil mereka." ujar Brandon menyuruh 6 orang lainnya. Sementara ia, Cleo dan 2 orang lagi membawa Sean ke rumah sakit.

Dengan perlahan mereka mengangkat tubuh Sean yang sudah babak belur. Pelipisnya terdapat robekan hingga wajah Sean hampir tertutupi oleh darah segar yang mengalir. Sementara kaos putih yang di kenakan oleh Sean, sudah berubah warna akibat tusukan di perut dan punggungnya yang mengeluarkan banyak darah.

Mata Brandon mulai berkaca-kaca. Karna dia lah yang paling dekat dengan Sean. Selain merupakan tangan kanan Sean, Brandon juga sudah di anggap Sean seperti adik kandungnya sendiri.

**

Alana terbangun ketika alarm dari ponselnya berbunyi. Ia memicingkan mata sesaat sebelum membuka kedua matanya. Alana pun duduk lalu meraih ponselnya yang berada di atas nakas.

Setelah kesadarannya utuh, baru lah Alana bangkit dari kasur dan bergegas membersihkan diri. Walau pun hari ini ia tak ke kampus karna akhir pekan, Alana tetap bangun pagi. Terlebih ia ingin menemui Sean untuk kembali meminta maaf atas insiden semalam.

Alana sudah selesai membersihkan diri dan mengganti pakaiannya. Dengan sedikit keraguan di hatinya, Alana memutuskan untuk keluar dari kamar.

"Kok sepi?" gumam Alana heran sembari mengedarkan pandangan ke seluruh mansion.

Padahal tadi malam semua anak buah Sean sedang berkumpul di mansion. Mereka makan malam bersama sembari membahas hal penting yang Alana sendiri tak mau tau.

Alana mencoba ke kamar Sean yang bersebelahan dengan kamarnya. Ia menempelkan telinganya di daun pintu kamar pria itu.

Hening. Tak ada suara apapun dari dalam.

"Bodoh amat lah." celetuk Alana sembari berlalu dari depan kamar Sean.

Kali ini Alana berjalan menuruni anak tangga menuju ke arah dapur. Perutnya sudah menggrutu karna sejak semalam ia belum ada makan apapun.

Melihat ada roti dan beberapa toples selai yang tersusun rapi di atas meja, tanpa segan Alana mulai melahap roti itu. Tak lupa ia mengolesi roti itu dengan selai coklat kesukaannya. Lalu Alana yang menganggap mansion itu berasa rumahnya sendiri, dengan santainya membuka lemari es untuk mengambil sebotol jus jeruk.

Alana yang tengah menikmati sarapannya seketika mengerutkan dahi saat beberapa anak buah Sean datang. Wajah mereka menyimpan kekhawatiran. Dan dengan langkah tergesa mereka naik ke lantai 2. Lalu tak lama mereka kembali dengan menentang sebuah koper.

Tak ingin ketinggalan berita perihal apa yang sebenarnya terjadi di mansion, Alana pun berlari menghampiri ke tiga anak buah Sean yang hendak pergi.

"Tunggu!!" cegah Alana.

"Kalian berdua pergi lah. Aku akan menyusul." ujar Cleo sembari menyerahkan koper kepada salah satu rekannya.

"Ada apa?" tanya Cleo ketus dan menatap Alana tajam.

"Santai dong. Bisa biasa aja gak sih?" celetuk Alana.

"Cepat katakan!! aku harus buru-buru ke rumah sakit." sambung Cleo.

"Rumah sakit?" Alana mengernyit.

"Memangnya siapa yang sakit?" tanya Alana lagi.

"Bos Sean."

"Sean?! dia sakit apa? kenapa bisa di rumah sakit?"

"Dari pada banyak tanya, lebih baik kau ikut."

Alana memang tak menimpali ucapan Cleo, tetapi langkahnya saat mengikuti pria itu hingga ke dalam mobil menunjukkan bahwa Alana menyetujui untuk ikut bersama Cleo.

"Hm, sebenarnya Sean sakit apa sih?" tanya Alana yang duduk di bagian belakang sementara Cleo yang menyetir.

Cleo menghela nafas kasar. "Tadi malam ada yang menyerang bos Sean hingga ia mengalami kritis saat ini."

"Serius?!" Mata Alana membulat sempurna.

"Jadi maksud mu aku sedang bercanda?!" sekak Cleo.

Alana terdiam. Ada kekhawatiran yang tiba-tiba menjulur di hatinya. Ia termenung sejenak, wajah Sean tiba-tiba terbayang jelas di kepalanya.

"Hei...!!!" panggil Cleo.

Alana seketika tersentak.

"Kau tuli ya? ponsel mu!"

Menyadari ponselnya berdering, Alana pun segera mengeluarkan benda pipih itu dari saku celana jeansnya.

"Papa?!" Alana mengernyit menatap layar ponselnya.

"Kenapa pa?!" Alana mengangkat panggilan dari David, papanya.

"Kamu di mana sayang ?"

"Lagi di jalan, mau ke rumah sakit pa."

"Kamu sakit ?"

"Enggak kok pa. Alana mau menjenguk teman Alana yang sakit."

"Oh begitu."

"Memangnya kenapa pa?" suara Alana terdengar datar.

"Nanti malam papa akan mengadakan dinner bersama teman lama papa. Kamu datang ya sayang. Ada hal yang harus papa bicarakan."

"Soal..?!"

"Nanti saja. Tidak enak kalau membahasnya lewat telepon."

"Oiya udah dulu ya pa. Al udah sampai di rumah sakit." ujar Alana yang enggan berlama-lama berbincang dengan David.

"Iya sayang. Jangan lupa nanti malam. Papa akan kirim alamat resto nya."

Tanpa mengatakan apapun lagi, Alana langsung mengakhiri panggilan tersebut. Ia mendengus kasar hingga Cleo melirik dari spion kecil di depannya.

"Kenapa?" tanya Cleo.

Alana hanya menggelengkan kepalanya. Suasana di dalam mobil pun hening kembali. Alana memilih diam, sedangkan Cleo pun enggan untuk berbasa-basi dengan Alana.

Setelah hampir 1 jam, mobil yang di kendarai oleh Alana dan Cleo pun tiba di rumah sakit. Cleo bergegas keluar dari mobil setelah menempatkan mobil itu di parkiran rumah sakit. Begitu juga dengan Alana. Ia berjalan di belakang Cleo dan mengikuti langkah pria itu.

Mereka mulai menaiki lift rumah sakit menuju ke ruangan VVIP tempat Sean di rawat di lantai 4. Alana terkesiap saat keluar dari lift. Begitu banyak anak buah Sean yang berdiri di lorong rumah sakit untuk menjaga ruangan Sean.

Pakaian serba hitam serempak mereka kenakan. Dan dengan gagah mereka berjejer rapi mengisi setiap celah lorong yang kosong.

"Masuk lah. Kau ingin melihat keadaan bos Sean kan?!" ujar Cleo begitu tiba di depan bangsal tempat Sean di rawat.

"Memangnya boleh?" tanya Alana.

Cleo mengangguk. Alana pun segera masuk ke ruangan tersebut. Bau obat-obatan mulai berlomba memenuhi indra penciuman Alana.

"Sean...!!" lirihnya pelan. Alana hampir tak percaya dengan apa yang di lihatnya.

Sean terbaring tak sadarkan diri di bed pasien. Infus dan nebulizer oksigen sudah terpasang. Bahkan ada beberapa bagian tubuhnya yang di balut perban.

Alana berjalan mendekati Sean. Ada rasa iba di hatinya melihat keadaan Sean yang sedang tak berdaya itu.

"Duduk lah." ujar Brandon tiba-tiba sembari menarik kursi ke arah Alana.

Alana mengangguk.

"Kenapa kau kemari?" tanya Brandon yang berdiri di samping Alana.

"Kau mencemaskan bos Sean?" sambung Brandon.

"Enggak." jawab Alana singkat. Namun Brandon tau Alana sedang berbohong.

"Hei, kau itu bukan bagian dari kami. Jadi berhenti sok peduli kepada bos Sean."

"Nama ku Alana, bukan Hei."

"Gak penting!" sahut Brandon. Ia lalu melengos pergi dari ruangan itu. Meninggalkan Alana dan Sean di dalamnya.

**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!