Bab 15

Setelah seminggu berada di rumah sakit, Sean pun di izinkan pulang oleh dokter. Walau luka di tubuh Sean masih belum sembuh sepenuhnya, namun Sean sudah bisa bangkit dan tak lagi berbaring di bed pasien.

Dengan di kawal beberapa anak buahnya termasuk Brandon, Sean kembali ke mansion. Tak ada sedikit pun semangat yang terpancar dari wajahnya. Sean tampak lesu seolah kehilangan harapan hidup.

"Bos baik-baik saja? atau masih ada yang sakit?" tanya Brandon yang peka dengan ekspresi Sean.

Sean hanya menggeleng lemas.

"Yasudah bos istirahat lah." ujar Brandon seraya memasangkan selimut ke tubuh Sean.

Sean tak menjawab. Ia seperti memikirkan sesuatu. Sean pun berandai-andai kalau saja Alana ada di sisinya saat ini, mungkin ia akan jauh lebih bersemangat.

Sementara Alana yang sudah berada di kampus sejak pagi tadi, lagi-lagi ia harus bertemu dengan Jonathan. Lelaki yang paling ingin ia jauhi.

"Al.. boleh ngomong sebentar?" tanya Jonathan sembari menatap Alana yang berada di hadapannya.

"Yaudah ngomong aja." sahut Alana ketus.

"Tapi jangan di sini Al."

"Memangnya kenapa? udah cepetan mau ngomong apa?"

"Papa aku, menyuruh mu datang ke rumah."

Alana pun menoleh.

"Sorry.. aku gak bisa."

"Kenapa Al?"

"Harus banget ya pake alasan?"

Jonathan menelan saliva saat tatapan Alana seolah mengintimidasinya.

"Plis Al. Sekali ini aja. Aku udah janji sama papa bakalan mengajak mu ke rumah."

"Bodoh amat."

"Alana..." Jonathan memelas.

"Jo, kau pura-pura amnesia atau gimana sih? kau itu udah selingkuh. Kau bahkan tega meninggalkan ku begitu aja demi si Bella."

"Maaf Al. Aku khilaf.."

Alana menyunggingkan senyum tipis. "Ck... khilaf kata mu ? Makan tuh khilaf.!" ujarnya lalu pergi dari hadapan Jonathan.

"Al.."

"Alana tunggu..." Jonathan mengejar Alana dan menahan lengan gadis itu.

"Apalagi sih? capek tau ngeladenin cowok berengsek seperti mu."

Jonathan semakin menguatkan cengkramannya pada lengan Alana.

"Lepas gak Jo! sakit tau!"

"Aku akan melepaskan mu, tapi dengan syarat kau harus datang ke rumah ku nanti malam."

"Maksa banget nih orang!!" celetuk Alana kesal seraya menarik lengannya.

"Jo... aduh..." Alana meringis kesakitan.

"Jadi kau bisa datang nanti malam kan?"

"Iya.. iya aku akan datang. Sekarang lepasin lengan ku."

Jonathan menurut dan langsung melepas lengan Alana yang tampak memerah karna Jonathan mencengkramnya terlalu kuat.

"Aku tunggu ya!" Jonathan tersenyum seraya mengusap ujung kepala Alana tanpa merasa canggung. Lalu ia pergi dari hadapan Alana.

"Akhhh... sialan memang si Jonathan." ujar Alana kesal sembari mengibas ujung kepalanya beberapa kali dengan jemarinya. Alana tak sudi jika tangan Jonathan menyentuhnya.

Dengan amarah dan kekesalan di hatinya, Alana pun berjalan menuju ke kelasnya karna sebentar lagi dosennya akan segera masuk. Di sela mendengarkan materi dari dosen, Alana mengecek ponselnya yang sejak tadi bergetar. Ternyata ada beberapa pesan dari Brandon.

"Kau tak perlu datang ke rumah sakit lagi."

"Bos sudah di mansion."

"Dan kau... lebih baik untuk saat ini tak menemui bos."

"Bos butuh istirahat agar segera pulih."

"Kehadiran mu hanya akan mengganggu bos."

Alana segera membalas pesan yang baru ia baca.

"Ok."

Lalu Alana menyimpan ponselnya kembali ke dalam tas.

Mata Brandon membulat begitu membaca balasan pesan dari Alana.

"Jawabannya cuma ok?! aku mengetik panjang lebar, dia cuma membalas ok?" Brandon menggelengkan kepalanya.

"Kau sedang berbicara dengan siapa?" tanya Cleo heran melihat Brandon.

"Oh.. ehhmm.. tidak ada."

"Oiya gadis itu datang jam berapa? bos sudah menunggu nya."

"Seperti nya gadis itu tidak akan datang hari ini."

"Kenapa? kok tumben?" Cleo mengerutkan kedua alisnya.

"Entah lah. Mungkin dia ada urusan." jawab Brandon tak jujur. Brandon mulai tak menyukai Alana yang semakin dekat dengan Sean.

"Kalau begitu kau saja yang mengatakannya kepada bos."

"Kenap harus aku??"

"Brandon, kau itu kan lebih dekat dengan bos dibandingkan aku, jadi lebih baik kau saja yang mengatakan langsung kepada bos."

"Ck.. iya. Aku akan menemui bos."

**

Setelah mendapat kabar dari Brandon bahwa hari ini Alana tak datang ke mansion, Sean pun langsung bangkit dari kasurnya dan bergegas mengganti pakaiannya.

Sean yang biasanya selalu rapi dengan setelan kantor, kali ini ia hanya berpenampilan casual dengan mengenakan kaos oversize berwarna nude dan celana wide leg pants berwarna hitam.

Sean menuruni anak tangga dengan sedikit tergesa. Setiba di lantai 1, anak buah Sean seketika berdiri dari duduk mereka saat melihat bos mereka yang hendak keluar mansion.

"Bos mau ke mana?" tanya Brandon heran.

"Menemui Alana." jawab Sean singkat.

"Tapi kan bos masih belum pulih." sambung Cleo.

"Aku sudah membaik.Tenang saja."

"Saya antar ya bos." Cleo menawarkan diri.

"Tidak usah."

"Bos, sampai saat ini kita belum menemukan siapa dalang di balik kejadian kemarin. Jadi akan lebih baik kalau kami selalu menemani bos." ujar anak buah Sean yang lain.

"Iya benar bos. Ayo bos, biar saya yang menyetir." Cleo menimpali.

Sean mengangguk dan membiarkan beberapa anak buahnya mengikutinya.

"Kau tidak ikut?" tanya salah satu rekan Brandon.

"Tidak." jawab Brandon singkat.

"Kenapa? biasanya kau selalu memasang badan paling depan kalau bos Sean hendak pergi."

"Aku sedang tidak enak badan. Dari pada merepotkan nantinya, lebih baik aku tidak ikut." lagi-lagi Brandon tak jujur.

Brandon pikir rencananya untuk menjauhkan Alana dari Sean akan berhasil. Nyatanya Sean malah berencana menemui gadis itu. Brandon sengaja tak ikut. Ada ketakutan di dalam hatinya, jika Sean tau bahwa dirinya lah yang menyuruh Alana untuk tak datang ke mansion hari ini.

"Kita mau ke mana bos?" tanya Cleo yang menyetir di samping Sean.

"Ke kampus Alana. Kau tau kan?"

"Maaf saya tidak tau bos. Karna tempo hari yang memata-matai Alana adalah Brandon."

"Oiya kenapa dia tidak ikut?" Sean merasa heran.

"Tidak enak badan katanya bos."

"Kalau begitu hubungi Brandon dan tanya di mana alamat kampus Alana."

"Baik bos."

Cleo pun mengirim pesan kepada Brandon. Tak perlu waktu lama, Brandon membalas pesan itu. Bermodal alamat dari Brandon, Cleo mulai melajukan mobilnya menuju ke kampus Alana yang ternyata hanya beberapa kilometer lagi.

"Bos maaf kalau saya lancang. Kenapa bos berniat menemui gadis itu?" Cleo membuka suara.

"Aku hanya memastikan bahwa gadis itu tidak kabur dari ku."

Cleo hanya mengangguk. Walau alasan Sean tak bisa ia terima begitu saja. Cleo merasa ada sesuatu yang di sembunyikan oleh bosnya tersebut.

"Berhenti di sini." pintah Sean.

Mobil yang Sean dan Cleo kendarai mulai menepi di dekat gerbang kampus Alana. Entah kebetulan atau nasib baik memang sedang berpihak kepada Sean, tiba-tiba Alana keluar dari gerbang kampusnya.

Sean yang tak ingin kehilangan jejak Alana, dengan cepat keluar dari dalam mobil. Ia lalu berlari kecil menghampiri gadis yang sedang asyik berbincang dengan sahabatnya itu.

"Alana..." suara tegas Sean membuat Alana menghentikan langkahnya seketika.

Alana membalikkan badan lalu di ikuti oleh Cindy.

"Sean..?!" Alana tampak terkejut.

"Siapa Al? jangan bilang pria ini yang....."

Alana mengangguk dengan matanya yang masih membulat sempurna menatap Sean.

"Gila!" pekik Cindy seraya ternganga.

"Iya dia memang gila sih terkadang." bisik Alana takut Sean mendengarnya.

"Gila... ganteng bener Al. Ya ampun. Ini nyata gak sih?" Cindy tak berkedip menatap Sean.

"Cindy!" Alana menyenggol lengan sahabatnya.

"Daebak " mata Cindy berbinar. Ia benar-benar terpesona dengan ketampanan Sean yang memiliki spek bak oppa korea.

"Hai kak, aku Cindy. Sahabat Alana." Cindy mengulurkan tangannya tanpa canggung. Cindy bahkan melemparkan senyum kepada Sean.

"Sean." ujarnya datar. Dan bisa-bisanya Sean membalas uluran tangan Cindy.

"Cindy, udah yuk pulang." gumam Alana yang kesal melihat tingkah sahabatnya.

"Bentar dulu Al. Kapan lagi bisa dapet jackpot kayak begini." sahut Cindy yang senyam-senyum gak jelas.

"Yaudah kalau gitu aku pulang duluan ya." ujar Alana.

"Eh bentar Al. Ya ampun buru-buru amat sih neng." sahut Cindy seraya menahan lengan Alana yang masih memerah akibat cengkraman Jonathan tadi.

Seketika Alana meringis.

"Kenapa Al?" tanya Cindy heran seraya menunduk memperhatikan lengan Alana.

"Astaga Al. Ini kenapa?" Cindy terlihat panik.

"Hm,. Aku tadi jatuh di tangga deket perpus." Alana menyeringai.

"Ayo ke rumah sakit." ujar Sean dan tanpa aba-aba langsung menggandeng lengan Alana yang satunya.

"Aku gak papa kok. Ini cuma terkilir doang kayaknya." Alana menarik lengannya dari tangan Sean.

"Makanya Al sadar diri, udah tua juga terkadang tingkahnya kayak bocil. Hyperaktif. Suka lari-lari gak jelas, tuh akibatnya jatuh kan!" Cindy malah mengomel.

"Sudah. Kalian berdua cepat masuk ke mobil. Aku akan mengantarkan mu pulang. Dan kau Al, kita harus ke rumah sakit." Sean menengahi.

"Dengan senang hati kak Sean yang super handsome." sahut Cindy yang langsung mengikuti langkah Sean menuju ke mobil.

Cleo pun keluar dari mobil dan membukakan pintu depan untuk Sean. Dengan cekatan Cleo juga membuka pintu mobil bagian belakang di mana Alana dan Cindy akan duduk di sana.

Sebelum Cleo kembali melajukan mobil, Alana sempat menoleh kebelakang. Ia melihat dua mobil hitam berbaris sejajar dengan mobil yang ia naiki sekarang. Alana tau, itu pasti anak buah Sean.

"Al, boleh tukar posisi gak?" bisik Cindy namun tetap terdengar Sean dan Cleo.

"Mau tukar posisi duduk? ada-ada aja ya memang." Alana menggelengkan kepalanya.

"Bukan!"

"Lah terus?"

"Boleh gak, kalau aku aja yang tinggal di mansion sama kak Sean?" bisik Cindy lagi.

Sean dan Cleo yang mendengar pun hanya bisa saling memandang. Mereka bisa gila kalau berlama-lama di dekat Alana dan Cindy.

"Tanya aja tuh sama orangnya langsung." sahut Alana.

"Gak mau ah. Gak berani." Cindy menyeringai seraya merangkul lengan Alana.

"Dasar!!" celetuk Alana seraya tersenyum.

"Bos, mereka ini sama sekali tidak ada takut-takutnya ya dengan kita. Turun harga diri saya sebagai mafia." bisik Cleo pelan.

Sean tak menjawab. Ia hanya menyunggingkan senyum tipis.

**

"Makasih ya kak, udah repot-repot nganterin aku." ujar Cindy.

"Memang ngerepotin!" sahut Cleo pelan.

Alana yang mendengar langsung melirik ke arah Cleo.

"Aku turun di sini aja ya." ujar Alana.

"Tidak. Kita harus ke rumah sakit!" sahut Sean tegas.

Mobil sport hitam milik Sean kembali melaju meninggalkan pelataran rumah Cindy.

"Berhenti." pintah Sean.

"Kenapa bos?" tanya Cleo heran.

"Biar aku yang menyetir."

"Tapi bos..."

"Kau pindah ke mobil belakang."

"B.. baik bos." Cleo tak berani membantah. Ia pun langsung keluar dari dalam mobil.

Sean berpindah dan kali ini ia yang akan menyetir. Sean sengaja menyuruh Cleo pindah dan bergabung dengan anak buahnya yang lain. Karna Sean hanya ingin berdua saja dengan Alana.

Sudah sebulan lebih Sean tak mendapat asupan hangat dan belaian dari wanita. Semenjak Alana masuk ke kehidupannya, Sean memang tak pernah lagi bercumbu ria dengan wanita manapun. Gejolak yang sempat meredam, kini mulai muncul kembali memenuhi hasrat Sean.

Entah mengapa naluri Sean untuk berburu kini kembali menggebu. Ia tak ingin dengan wanita manapun. Sean hanya ingin Alana. Sean ingin merasakan sentuhan Alana.

**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!