IT'LL BE OKAY

IT'LL BE OKAY

SESAKIT INI

"𝙎𝙖𝙮𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙣𝙞𝙠𝙖𝙝𝙣𝙮𝙖 𝙈𝙞𝙖 𝙈𝙖𝙮𝙖𝙨𝙖𝙧𝙞 𝙗𝙞𝙣𝙩𝙞 𝘼𝙡𝙢𝙖𝙧𝙝𝙪𝙢 𝙉𝙪𝙧𝙢𝙖𝙬𝙖𝙣 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙢𝙖𝙨𝙠𝙖𝙬𝙞𝙣 𝙩𝙚𝙧𝙨𝙚𝙗𝙪𝙩 𝙙𝙞 𝙗𝙖𝙮𝙖𝙧 𝙩𝙪𝙣𝙖𝙞"

Masih belum kering air mata Mia saat lantunan suara Nucha terus terngiang di telinganya sejak siang tadi. Ijab qabul yang seharusnya indah, kini justru membuat hatinya hancur seketika.

𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙊𝙣

Keheningan di dalam ruang bercat putih itu begitu mencekam saat Mia membanting gelas di atas nakas dengan begitu kerasnya hingga pecahan beling bertaburan dimana mana.

" Apa ini? Apa saya mainan buat kalian? " Suara Mia begitu menggema penuh amarah.

Tak ada yang menjawab. Bahkan sang penghulu pun begitu panik bercampur bingung akan kemarahan Mia.

Pasalnya, pak penghulu yang awalnya mengira ini adalah pernikahan impian meski di adakan di rumah sakit sebab beberapa hal, ternyata di luar dugaannya.

" Maaf, tugas saya sudah selesai dan saya undur diri dulu. Assalamualaikum. " Ustadz Mahmud pamit tanpa berniat ikut campur.

Sebab baginya tugasnya sudah selesai dan tidak ada lagi kewenangan di sana.

" Waalaikumsalam. Mari pak ustadz biar saya antar ke depan " Tawar Nucha dengan sopan.

Nucha bukannya tidak peduli. Hanya saja dia sengaja memberikan Beni dan Mia waktu untuk mereka menyelesaikan masalah di antara keduanya.

Beni yang tengah terbaring lemah di ranjang perawatan dengan selang infus di tangan kirinya serta selang oksigen yang terpasang di hidungnya diam menunggu Mia menyelesaikan kemarahannya sebelum dia menjelaskan akan keputusan yang telah dia ambil untuk Mia.

Beni tahu Mia pasti akan marah besar akan tindakannya. Sehingga dia begitu rapih merancang skenario agar berjalan sesuai dengan keinginannya.

Dan benar saja. Dengan taktiknya, ijab qabul terlaksana tanpa bisa di cegah oleh Mia.

" Aku kecewa sama kamu Beni. Orang yang aku anggap baik, mengerti perasaanku, ternyata tidak lain adalah orang yang diam-diam menghancurkan hidupku tanpa berperasaan " Tangis Mia pecah memenuhi ruangan.

" Mia. Kamu boleh membenciku. Dan aku minta maaf, hubungan kita harus usai dengan cara seperti ini. " Ucap Beni tanpa ekspresi bersalah di hadapan wanita yang telah di pacarinya selama 3 tahun itu.

Mia mengusap kasar air mata yang berderai membasahi pipi indahnya. Sungguh hatinya sakit tanpa ampun. Lelaki yang selama tiga tahun ini menemani hari-hari indahnya begitu kejam di akhir hubungan.

" Sekarang kamu sudah sah menjadi istri Nucha Ardian. Dan hubungan kita sudah selesai. Silakan kamu keluar dari ruangan ini. Saya mau istirahat. " Ucapnya lagi dengan senyum indahnya seperti biasa.

Bukan hanya memutuskannya dengan tanpa berperasaan. Tapi juga begitu tega menyerahkannya kepada lelaki yang tidak dia kenal sama sekali dengan cara mengikatnya dengan tali pernikahan.

𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙊𝙛𝙛

" Apa salahku padamu mas? Kenapa kamu tega menghancurkan hidupku seperti ini? "

" Apa aku serendah itu di matamu? Apa salahku? Apa salahku? "

Mia terus menangis pilu di tengah malam yang dingin dengan hati yang penuh tanya. Sang kekasih yang selama ini begitu sempurna dalam hal apapun, ternyata tak lain adalah seekor rubah bertopeng manusia.

Sementara di rumah sakit, Nucha tengah menyelesaikan tugasnya di ruang operasi bersama dokter spesialis beda yang tak lain adalah Ayahnya.

Sejam kemudian, Nucha telah selesai dengan tugasnya. Dalam keadaan lelah, Nucha baru sadar bahwa dia telah melupakan sesuatu.

Sesuatu yang baru saja mengubah seluruh hidupnya.

" Astaghfirullah " Nucha mengusap kasar wajahnya.

" Nucha, ikut Ayah sebentar " Nucha tersentak saat sang Ayah muncul dari arah belakang tepatnya dari pintu keluar ruang operasi.

" Maaf yah, aku masih ada urusan. Besok saja kita bicara. Masalah mama kan? " Tanpa menunggu jawaban sang Ayah, Nucha memutuskan pergi dari hadapan sang Ayah.

" Anak itu. Benar benar tidak berubah. " Kesal dokter Anugrah melihat sikap Nucha yang selalu menghindarinya.

***

Malam kian larut. Namun Mia masih saja betah berada di salah satu sudut rumah sakit yang jarang di lewati orang.

Lorong yang gelap, dan hanya ada penerangan di sudut yang berjarak cukup jauh darinya berada. Sehingga pancaran sinar lampu hanya mampu menampakkan bayangan tubuhnya.

Seperti tidak memiliki harapan hidup, Mia mematung di sana tanpa niat pulang ke kontrakannya.

" Ayo pulang " Mia yang sudah seperti patung tiba tiba tersentak saat pergelangan tangannya di tarik oleh seseorang tanpa aba-aba.

" Siapa kamu? Lepas? " Sentak Mia penuh penolakan.

Nucha yang melihat reaksi tak terduga dari Mia, hanya bisa mengerutkan dahinya dengan diam.

Tanpa Nia tahu, Nucha sejak tadi sibuk mencari keberadaannya hingga berakhir harus mengecek cctv rumah sakit. Perasaannya baru lega setelah tahu Mia berada di sana dengan kondisi aman.

" Ayo pulang. Malam sudah larut. Kamu tidak mungkin tidur disini. " Ucap Nucha dengan datar setelah sekian lama suasana di antara mereka hening tanpa suara.

Mia yang masih berurai air mata, menatap wajah Nucha penuh kebencian. Nucha bukan tidak paham arti dari tatapan Mia.

Hanya saja dia tidak punya waktu untuk berdebat. Terlebih hari ini tubuhnya sangat lelah karena menangani tiga pasien di ruang operasi.

" Jangan lupa bahwa saya adalah suami kamu saat ini. Jika kamu tidak nurut, saya akan menyeret kamu sekarang juga. " Gertak Nucha dengan dingin.

Membuat air mata Mia semakin luruh. Dadanya terasa kian sesak. Bahkan tubuhnya terasa bergetar karena menahan tangisan dalam jiwanya yang pecah tanpa suara.

Nucha peka akan hal itu. Namun sekali lagi, dirinya tidak punya waktu untuk itu. Hal yang ada di benaknya saat ini adalah segera pulang dan mengistirahatkan tubuh lelahnya di ranjang empuknya.

Dengan tanpa izin, tangannya kembali menarik pergelangan tangan Mia dan segera pergi dari sana. Mia yang tidak punya pilihan, terpaksa ikut menyeret langkahnya mengikuti arah Nucha melangkah.

Sesampainya di mobil, Nucha membukakan pintu mobil untuk Mia. Tanpa di perintah lagi, Mia masuk dengan sukarela. Bukan karena mau, tapi karena takut akan ucapan Nucha yang akan menyeretnya dengan paksa.

Sungguh Mia tidak suka dengan kekerasan. Dan apa terlebih sosok yang kini telah menjadi suaminya itu adalah lelaki yang tidak dia kenal sama sekali. Jujur saja, saat ini hatinya mulai merasa cemas.

Tak butuh waktu lama, kini mobil yang mereka kendarai tiba di halaman rumah yang cukup mewah. Suasana rumah yang nyaman dengan bunga-bunga indah menghiasi taman.

Mia hanya bisa mengamati rumah itu dengan diam. Sesekali matanya beralih memandangi wajah Nucha saat Nucha sibuk membalas chat dari ponsel pribadinya yang entah dengan siapa.

" Turunlah, saya mau jawab telepon dulu sebentar " Ucap Nucha tanpa menoleh ke arah Mia.

Melihat Mia yang tanpa reaksi akan perintahnya, membuat Nucha paham akan isi kepala sang istri.

" Ini rumah saya. Mulai sekarang kamu akan tinggal disini. Beni sudah menitipkan kamu sama saya. Jangan lupakan itu. " Ucap Nucha penuh penekanan.

" Menitipkan? Apa saya ini barang mainan? " Monolog Mia menatap tajam wajah Nucha yang tampak cuek dengan kalimatnya.

Hati Mia kembali teriris. Dengan kasar Mia menghapus air matanya dan memalingkan wajahnya ke arah samping. Sungguh hatinya sakit tanpa ampun.

Melihat itu, Nucha memutuskan untuk tidak menerima telepon yang sejak tadi berdering minta di angkat.

Mia tersentak saat pintu mobil di sampingnya terbuka dan tangan Nucha menarik pergelangan tangannya. Namun kali ini Nucha melakukannya dengan lembut. Tidak seperti saat di rumah sakit.

" Mas Nucha, maaf terlambat bukain pintunya. Tadi bibi lagi sholat mas. " Ucap asisten rumah tangganya menghampiri sang majikan.

" Tidak apa-apa bi. Bibi tolong siapin makan malam untuk kami ya " Ucap Nucha lembut pada bu Tuti sang asisten rumah tangganya yang kini berumur 50 tahun lebih itu.

" Baik mas." Jawab bu Tuti dengan senyum menyambut perintah sang majikan.

Melihat tangan sang majikan yang memegang erat tangan sang wanita cantik di depannya, membuat bu Tuti penasaran.

" Mas, ini siapa? Kok mas malam-malam bawa perempuan ke rumah? " Akhirnya keluar juga pertanyaan itu. Sebab selama bekerja di rumah majikannya, bu Tuti tahu bahwa majikannya itu bukanlah lelaki nakal.

" Nanti juga bibi tahu siapa dia. Saya ke kamar dulu. Bibi sana siapin makan malam kami " Jawab Nucha santai sembari berjalan masuk ke dalam ruang utama rumahnya.

" Baik mas " Jawab bu Tuti tanpa menunda lagi.

" Lepas tangan saya. Tunjukan saja dimana kamar saya sekarang. " Ucap Mia menahan langkah Nucha yang membawa langkahnya menuju anak tangga.

Nucha menoleh menatap wajah Mia dengan datar.

" Kamar kita di atas. " Jawabnya dingin

" Apa? Kamar kita? " Monolog Mia tak percaya.

Mia menarik paksa tangannya dari genggaman Nucha. Membuat Nucha mengerutkan keningnya menatap wajah Mia bingung.

" Saya tidak mau sekamar dengan anda. Saya memang menikah dengan anda tapi jujur saja saya tidak mengakui hubungan ini. Ini bukan ingin saya. " Gertak Mia menahan amarah yang mulai meluap.

" Kamu pikir pernikahan ini atas inginku? BUKAN. Dengar itu " Sanggah Nucha

𝘽𝙀𝙍𝙎𝘼𝙈𝘽𝙐𝙉𝙂

Terima Kasih sudah membaca karya saya ini. Dan semoga episode selanjutnya lebih menarik lagi dari episode kali ini. Mohon dukungannya, dan terima kasih sebelumnya.. 🙏🙏

🖤🖤

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!