Dokter Anugrah juga tidak keberatan jika sang putra akan kembali bersatu dengan cinta pertamanya itu.
Melihat sikap Luna yang sopan dan juga smart, membuat dokter Anugrah menyukainya.
" Dokter Luna. Masuk pagi? " Sapa balik dokter Anugrah.
" Oh tidak dok. Saya baru selesai tugas pagi ini. " Jawab Luna sopan lengkap dengan senyuman.
" Oh begitu. Sekarang mau pulang?" Tanya dokter Anugrah.
" Iya dok. Mari dok. " Jawab Luna undur diri.
Keduanya melepas pertemuan mereka dengan senyum. Hingga dokter Luna berlalu dari hadapan dokter Anugrah.
*
" Bisa nyetir? " Tanya Nucha menyerahkan kunci mobil dari tangannya.
Mia menatap kunci yang berada di telapak tangan Nucha kemudian beralih menatap wajahnya.
" Aku lagi gak enak badan." Ucap Nucha seolah memberi jawaban dari tatapan sang istri.
Mia meraih kunci di telapak tangan sang suami dan memutari depan mobil menuju pintu kemudi. Di susul Nucha yang langsung masuk dan duduk di kursi samping kemudi.
Nucha tersenyum manis melihat reaksi Mia. Dia senang ternyata sang istri bisa mengemudikan kendaraan roda empat.
" Ternyata kamu pintar mengemudi juga." Ucap Nucha di tengah perjalanan mencari sarapan pagi mereka.
Mia tidak menjawab. Mia hanya diam sembari fokus pada jalanan dengan tangan menopang kepala dengan siku bertumpu di sisi pintu kanan mobil.
Melihat reaksi Mia, Nucha menarik nafas pelan. Nucha akhirnya memilih menyetel kursi mobilnya agar bisa berbaring istirahat.
Memilih diam dan membiarkan sang istri pada mode nyamannya agar suasana tetap membaik.
Tanpa di duga oleh Nucha, tangan Mia terangkat dan menempel di keningnya hingga pipi. Nucha terperanjat hingga diam beberapa detik.
Mia tahu tindakannya membuat sang suami bertanya tanya karena keheranan.
" Badan kamu hangat. Apa kita perlu ke rumah sakit dulu? " Ucap Mia membuyarkan tatapan Nucha yang masih terpaku.
" Ah gak. Gak usah. Kita cari sarapan saja. Perut aku sudah sangat lapar. " Jawab Nucha sedikit salah tingkah.
Mia tertawa kecil melihat sikap Nucha yang terlihat aneh di matanya. Sebab selama ini Nucha lah yang sering melakukan kontak fisik kepadanya.
Lantas kenapa tindakan kecilnya ini malah membuatnya salah tingkah seperti itu. Sedangkan Mia sendiri kembali fokus menyetir.
Mia tahu Nucha sering mencuri pandang ke arahnya setelah tindakannya itu. Namun Mia berpura pura tidak tahu.
" Cantik. Baru kali ini aku melihat dia tersenyum. Kenapa suara tawanya membuat hatiku bahagia seperti ini? " Batin Nucha.
" Eh tunggu dulu. Tadi dia gak lagi bicara formal seperti biasa. Apa ini maksudnya? " Imbuhnya lagi.
Nucha terperanjat saat Mia berhenti di sisi jalanan dimana tidak jauh dari sana, ada gerobak bubur ayam yang sedang ramai pembeli.
Nucha menoleh ke berbagai arah seperti sedang mengamati sekeliling tempat Mia memarkirkan mobil mereka.
" Kita sarapan disana saja ya? Atau kita bawa pulang saja biar kita bisa makan di kontrakan saja? " Ucap Mia menatap wajah Nucha dengan serius.
Lagi lagi Nucha terpaku dengan sikap Mia yang tidak biasanya itu hingga beberapa detik.
" Kamu kenapa sih?" Ucap Mia heran.
" Kamu yang kenapa? Kenapa tiba tiba bersikap manis pagi ini. Dan cara bicara kamu gak lagi seformal seperti sebelumnya " Tanya balik Nucha.
Mia berdecak menatap wajah Nucha dengan tatapan tidak suka.
" Gak kenapa napa. Anggap saja ini ucapan terima kasih karna sudah di belanjakan bahan dapur dan sekarang ngasi tebengan ke kampus. Oh iya, di tambah sarapan pagi juga. " Jawab Mia santai posisi masih di balik kemudi.
Nucha tersenyum mendengar ucapan Mia. Terdengar tulus di telinganya, namun hanya ucapan terima kasih sebagai imbalan. Cukup mengusik perasaannya.
**
Di ruangan tv, tubuh ramping sang pemilik wajah cantik sedang duduk menyandarkan tubuh lelahnya di sandaran sofa.
Wajah letih nya menggambarkan betapa profesional nya dia dalam bekerja.
Namun kali ini ada yang berbeda dengan dirinya. Hatinya terasa sangat sakit saat mendengar seseorang yang ini dia perjuangkan kembali telah di miliki oleh orang lain.
Kini Luna sadar kesalahannya, waktu keberangkatannya ke luar negeri setelah kelulusan itu, dia sempat menerima beberapa pesan dari Nucha di ponselnya.
Hanya saja karena demi egonya untuk mengejar mimpinya berkarir di luar negeri, dia sengaja mengabaikan pesan itu. Bukan karena tidak cinta lagi. Hanya saja dia tahu bahwa hatinya akan lemah.
Untuk itulah dia memilih pergi tanpa pamit dan mengganti nomor ponsel serta menutup akun sosial medianya.
Namun kini dia telah kembali. Meski karirnya di luar sangat sukses, namun nyatanya hatinya tetap tidak bisa pergi dan menghilang terlalu lama lagi.
Dan kini apa yang dia takutkan selama ini, kini telah terjadi. Hatinya akan menuju kehancuran.
Luna ingat kembali pertemuan mereka pertama kali di rumah sakit dimana mereka bertemu di ruang operasi. Dia sempat marah pada Nucha yang tidak terlalu fokus.
Dia tahu bahwa Nucha pasti terkejut karena pertemuan itu. Dan dinginnya sikap Nucha di sebabkan karena luka yang dia tinggalkan di hati Nucha.
Namun Luna tidak menyangka bahwa Nucha telah menjaga hati yang lain. Itulah yang membuat hatinya terasa sakit akan sebuah penyesalan.
**
" Jam berapa pulangnya?" Tanya Nucha setelah Mia turun dari mobil tepat di depan kampus.
" Belum tau. Mungkin gak akan lama. " Jawab Mia santai.
" Kabari. Biar di jemput pulang. " Ucap Nucha dibalik kemudi.
" Liat nanti. " Jawab Mia berlalu pergi.
Nucha tersenyum kecil dari balik kemudinya. Istrinya itu berhasil mengejutkannya pagi ini. Meski berakhir dengan sikap dingin seperti biasanya.
𝘽𝙀𝙍𝙎𝘼𝙈𝘽𝙐𝙉𝙂
Terima kasih buat kalian yang sudah mampir di karya saya ini. Mohon dukungannya agar saya terus semangat dalam menulis episode berikutnya yang lebih menarik lagi. 💙🖤🖤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments