DI LUAR DUGAAN

Sudah hampir 30 menit Mia berada di kamar mandi, membuat Nucha mulai merasa kesal. Bahkan sejak tadi tidak terdengar suara apapun di dalamnya.

Memutuskan untuk bersabar sebentar, namun tetap saja sama. Hingga waktu mulai menunjukkan pukul sebelas malam, membuat Nucha mulai cemas.

Sekali dua kali Nucha mengetuk pintu kamar mandi tersebut, namun tidak ada sahutan dari dalam. Membuat Nucha memilih mendobrak pintu kamar mandi.

Benar saja, kecurigaannya terjadi. Mia duduk meringkuk di sudut kamar mandi seperti orang yang sedang putus asa.

Nucha tidak menyangka. Wanita yang kini telah sah menjadi istrinya itu begitu terpukul karena ulah sahabatnya.

Nucha yang awalnya menolak permintaan sahabatnya Beni untuk menikahi gadis pujaannya hanya karena tidak ingin wanita itu jatuh di tangan lelaki yang salah, terpaksa harus menerima sebab ini adalah permintaan terakhir sebelum Beni pulang ke jepang melanjutkan pengobatannya di sana bersama keluarganya.

Sebagai seorang dokter, Nucha tahu betul kondisi sahabatnya. Untuk itulah dia terpaksa menerima permintaan yang dia anggap permintaan terkahir sahabatnya itu.

Tidak ingin menyesal, Nucha menerima dengan segala resiko amanah yang di berikan sang sahabat. Meski harus menikahi Mia secara siri dan menyembunyikannya dari keluarga.

**

Dengan lembut Nucha meraih tubuh Mia dalam gendongannya dan membawanya menuju ranjang. Diluar dugaan, Mia hanya pasrah tanpa menolak seperti biasa.

" Biar aku suruh bibi untuk membantu membersihkan riasan di wajah kamu dan mengganti pakaian kamu. " Ucap Nucha dingin sembari melangka keluar dari kamar.

Mia hanya diam tanpa menjawab. Bahkan air matanya sudah kering tanpa mau berderai lagi. Hati dan raganya sudah cukup lelah hari ini. Semangat hidup bahkan terasa sirna sudah.

Lelaki yang sangat ia cintai, dengan begitu tega menyerahkan dirinya kepada pria lain yang tidak dia kenal sama sekali. Sakit memang sakit.

𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙊𝙣

" Sayang kamu dimana? Kenapa lama sekali? " Tanya Beni dari layar ponsel.

" Aku masih di jalan mas. Sebentar lagi aku sampai di sana. " Jawab Mia tersenyum dari balik layar ponsel

" Kabari kalau sudah sampai. Pak penghulu sebentar lagi mau pulang. Masih ada urusan yang harus beliau kerjakan." Alasan Beni

" Iya sayang ini sudah di depan kok. Aku turun dulu ya? " Jawab Mia tersenyum.

" Jangan matiin sayang. Pak penghulu tidak punya waktu banyak. Lewat video call kita mulai ya? Bisa kan pak? " Ucap Beni pada keduanya.

Tanpa menaruh curiga, Mia pun tertawa mengiyakan. Sebab yang ada di benaknya adalah ketidak sabaran sang kekasih untuk mereka segera halal.

Agar seperti keinginannya untuk bisa merawat sang kekasih sepanjang waktunya tanpa harus terpisah lagi.

Begitupun dengan sang penghulu. Dengan syarat keduanya sudah setuju tanpa ada yang keberatan, maka ijab bisa di laksanakan oleh sang pria. Dan acara pun di mulai dengan Mia sembari berjalan menuju ruang perawatan Beni.

Betapa terkejutnya Mia saat membuka pintu kamar rawat Beni. Yang melafazkan ijab qobul bukanlah Beni. Akan tetapi seorang pria yang tidak di kenalnya.

Pantas saja Beni tidak mengarahkan kamera ke arah sang penghulu. Rupanya dia tidak ingin Mia melihat siapa pria yang menjabat tangan sang penghulu tersebut.

Sungguh kejutan yang menyakitkan. Mia bahkan sesat mematung tak percaya. Hingga akhirnya dia mengamuk di ruangan itu.

𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙊𝙛𝙛

" Non, bibi bantu ya? " Ucap bu Tuti lembut.

Mia yang baru sadar akan kehadiran bi Tuti di sana, perlahan mengangkat wajah sendunya menatap sang asisten rumah tangga suaminya itu.

Bi Tuti prihatin melihat raut wajah gadis cantik yang penuh jejak air mata itu tengah menatapnya. Meski tidak tahu apa yang telah terjadi di antara sang majikan dan wanita itu, namun naluri seorang wanita pasti tidak salah.

Bi Tuti bisa melihat gadis di depannya itu adalah gadis yang baik untuk sang majikan.

" Tidak usah bi. Saya bisa sendiri. Terima kasih sebelumnya. " Tolak Mia sopan.

" Non yakin tidak mau bibi bantu? " Tanya bi Tuti meyakinkan.

Mia hanya menjawab dengan anggukan di lengkapi dengan senyum manisnya. Yang kian menambah kecantikannya meski wajahnya terlihat sendu.

" Siapa sebenarnya gadis ini mas Nucha? Kenapa dia berada disini. Dan kenapa dia seperti ini? saya bisa melihat dia gadis yang baik mas. Saya harap mas Nucha tidak menyakitinya. " Monolog bi Tuti menatap Mia.

" Baiklah non. Kalau ada sesuatu atau minta bantuan, jangan segan minta tolong sama bibi ya? " Tawar bi Tuti tersenyum.

" Iya bi. Terima Kasih. " Jawab Mia tak kalah tersenyum.

Dari balik pintu yang tidak tertutup rapat, ada sepasang mata yang memperhatikan interaksi keduanya. Senyum manis Mia yang memukau, membuat jantungnya berdebar.

" Jangan lupa turun ya non? makan malamnya sudah siap. Mas Nucha sudah menunggu di bawah. " Ucap bi Tuti mengingatkan yang kemudian di angguki oleh Mia.

***

" Mas Nucha, gadis itu namanya siapa? " Penasaran bi Tuti pada sang majikan yang sejak kecil di asuhnya itu.

" Namanya Mia Mayasari bi. " Jawab Nucha santai sembari menyendokkan makanan ke dalam mulutnya.

Nucha yang sudah sangat kelaparan, tidak bisa lagi menunggu Mia yang sejak tadi belum juga muncul di meja makan.

Seolah tidak peduli, Nucha memutuskan untuk makan tanpa meminta bi Tuti memanggil Mia agar segera turun dari kamar.

" Mas. Maaf sebelumnya kalau bibi lancang. Selama ini bibi mengenal mas Nucha. Tapi kali ini bibi merasa mas Nucha yang berbeda." Ucap bi Tuti menatap sang majikan.

" Mas Nucha tiba - tiba membawa seorang wanita ke rumah dan menempatkannya di kamar mas Nucha. Padahal kamar tamu ada gitu mas. " Ucap bi Tuti tanpa menutupi rasa penasarannya lagi.

Nucha tersenyum kecil di balik bibirnya yang penuh dengan makanan.

" Tenang saja bi. Nucha bukan kebanyakan lelaki di luar sana. Dia wanita halal untuk Nucha. " Ucap Nucha sembari terus melanjutkan makan malamnya.

Nucha tahu sang asisten rumahnya yang sudah di anggap ibu kedua olehnya itu sebab telah mengasuhnya sejak balita itu terkejut bukan main akan pengakuannya. Tapi baginya itu sangat menyenangkan.

" Mas Nucha jangan main - Main lah. Bibi serius nanyanya. " Ucap bi Tuti menepuk pundak sang majikan dengan gemas.

Membuat gelak tawa Nucha pecah. Nucha memilih menyudahi makan malamnya tanpa berniat menjelaskan lebih rinci pada bi Tuti. Membuat bi Tuti gemas sendiri di buatnya.

Begitulah keduanya. Tidak nampak seperti majikan dan pembantu. Bahkan Nucha sering berbuat jahil pada bi Tuti demi menciptakan gelak tawa.

Nucha yang seorang anak tunggal dari pasangan super sibuk, tiap hari hanya berteman dengan pengasuh yang tak lain adalah bi Tuti. Sehingga keakraban di antara keduanya mengalir dengan nyaman.

Sementara itu, di kamar pribadi Nucha, Mia yang telah selesai membersihkan tubuhnya dan sudah berganti pakaian yang telah di berikan bi Tuti, sedang membaringkan tubuhnya di sofa sudut kamar.

Bahkan suara pintu yang di buka pun tidak mengusik pendengarannya. Mia memilih acu dan menutup matanya.

Nucha paham, Nia seperti itu karena apa. Mereka yang tidak saling kenal, dan pernikahan dadakan, di sakiti bahkan lebih tepatnya merasa di tipu oleh kekasih yang sangat di cintai, tentu membuat hidupnya seolah hancur tak berarti.

Nucha memilih duduk bersandar di sisi ranjang sembari mengecek email di ponselnya. Sesekali matanya menoleh ke arah Mia. Gadis cantik dengan tubuh sempurna, kulit mulus serta rambut lurus tergerai, yang tidur meringkuk di sofa kamarnya.

" Pindah tidur di ranjang. Jangan membantah kalau tidak mau aku seret dengan paksa. " Gertak Nucha dingin.

Sungguh dalam hati dan benaknya hanyalah tidak tega melihat sang istri tidur di sofa sementara dirinya tidur di ranjang yang empuk.

Nucha tidak tahu bagaimana cara merayu wanita dengan baik. Sehingga tindakan yang dia lakukan sungguh di luar kata romantis. Tindakan baik namun kalimatnya salah.

Melihat Mia tanpa reaksi, membuat Nucha mengulangi ucapannya. Membuat Mia meneteskan air matanya kembali.

Dengan terpaksa, Mia menuruti perintah Nucha. Berbaring di sisi kanan dan membelakangi sang suami dengan selimut sebatas dada. Air matanya masih terus berderai.

Nucha menarik nafas kasarnya sembari mengusap kasar wajahnya. Sungguh dia tidak pernah suka melihat wanita menangis di hadapannya. Sekali pun wanita itu tidak dia kenal sama sekali.

Dengan perlahan Nucha membaringkan tubuhnya dan ikut masuk dalam selimut yang sama. Beberapa saat kemudian, Nucha menggeser tubuhnya ke arah Mia sembari melingkarkan tangannya di perut sang istri.

Mia yang ketakutan, hanya bisa diam sembari memejamkan matanya yang basah dengan air mata.

" Meski kamu halal bagiku, aku tidak akan berbuat jauh. Aku hanya ingin mengatakan, jangan terlalu keras pada diri sendiri. Dan aku bukan orang jahat yang harus kamu takuti. " Bisik Nucha lembut di belakang telinga Mia yang sedang dalam pelukannya.

Mendengar ucapan Nucha, Mia membuka matanya perlahan. Dengan penuh keberanian, Mia mencoba menoleh menatap ke arah Nucah.

Saat pandangan mereka beradu, Mia mencoba mencerna sekali lagi ucapan Nucha sembari mencari kebenaran di mata Nucah.

Sementara Nucah tersenyum sembari mengeratkan pelukannya kembali. Mencoba membuat Mia nyaman akan keberadaannya.

Dan benar saja, Mia hanya diam menerima perlakuan Nucha kali ini.

" Kamu gak makan? Ayo aku temani di bawah. Jangan menolak, aku tidak mau pasienku bertambah satu lagi karena tidak makan seharian. " Ucap Nucha di balik pelukannya.

" Orang ini sungguh memiliki kepribadian ganda. Sesaat baik sesaat jahat. Mulutnya selalu saja mengeluarkan kata - kata menyakitkan " Monolog Mia penuh kesal.

𝘽𝙀𝙍𝙎𝘼𝙈𝘽𝙐𝙉𝙂

Terima Kasih sudah membaca karya saya ini. Dan semoga episode selanjutnya lebih menarik lagi dari episode kali ini. Mohon dukungannya, dan terima kasih sebelumnya.. 🙏🙏

🖤🖤

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!