SIKAP NUCHA

Di meja makan, Mia hanya di temani bi Tuti. Sedangkan Nucha yang tadinya menawarkan diri, ternyata sibuk dengan ponselnya di ruang tv.

Begitulah gambaran lelaki yang kini berusia 27 tahun itu. Selalu tak tertebak kelakuannya. Perlahan Mia pun sudah mulai tahu sifat suami dadakannya tersebut.

" Non Mia kenapa makanannya cuma di aduk? Non kalau gak makan, nanti Non sakit loh " Ucap bi Tuti mengingatkan.

Mia sejak tadi hanya tertunduk menatap makanan tanpa berniat memakannya. Meski perutnya terasa lapar, namun entah kenapa nafsu makannya hilang bersama semangat hidupnya.

" Non Mia? Non kalau tidak selera dengan lauknya, biar bibi masakin lagi. Non tinggal bilang saja sama bibi mau di masakin apa. " Ucap bi Tuti penuh perhatian.

Mendapat perhatian dari sang asisten rumah tangga suaminya itu, membuat Mia sadar bahwa dirinya adalah orang baru yang seharusnya punya etika di rumah itu.

" Maaf bi. Saya tadi cuma banyak pikiran saja. Saya makan yang ini saja. " Ucap Mia tersenyum sembari menyendok suapan ke dalam mulutnya.

Meski tidak berselera, namun Mia mencoba menelan suapan demi suapan. Membuat Bi Tuti menjadi haru.

" Non, mas Nucha itu sudah bibi anggap seperti anak sendiri. Bibi yang mengasuhnya dari kecil hingga saat ini bibi masih bekerja sama mas Nucha. " Ucap bi Tuti mencoba mengajak Mia bercengkrama.

Bukan soal apa. Bi Tuti sengaja menceritakan kedekatan antara dirinya dan Nucha dengan tujuan agar Mia bisa lebih nyaman dan merasa punya teman untuk bisa di ajak berbagi cerita.

" Non Mia sudah lama kenal sama mas Nucha?" Tanya bi Tuti penuh hati - hati.

Takut kalau - kalau Mia tidak nyaman dengan pertanyaan yang di ajukan olehnya.

Dengan senyum Mia menatap kedua manik mata bi Tuti. Sesaat kemudian Mia menjawab dengan gelengan pelan sembari kembali menunduk menatap makanan di depannya.

" Non Mia. Bibi boleh tanya sesuatu? " Merasa heran dengan sikap dan jawaban Mia sebelumnya, membuat bi Tuti semakin penasaran siapa dan apa hubungan wanita di sampingnya ini dengan majikannya.

" Tanya apa bi? " Ucap Mia santai sembari menyudahi makan malamnya.

" Kata mas Nucha, non Mia wanita halal baginya. Tapi mas Nucha tidak menjelaskan siapa non Mia sebenarnya. " Ucap bi Tuti menatap wajah Mia penuh selidik.

Merasa lawan bicaranya cukup mengusik, Mia memilih diam menunggu sampai mana rasa penasaran bi Tuti terhadapnya.

Mia juga penasaran, sejauh mana keakraban bi Tuti dengan Nucha sebab bi Tuti seolah terlihat santai membahas soal urusan pribadi majikannya itu.

" Sudah selesai makannya? " Mia maupun bi Tuti tersentak bersamaan dengan kehadiran Nucha yang muncul tiba - tiba di antara mereka.

" Sudah. " Jawab Mia singkat.

Sedangkan bi Tuti hanya diam mengamati interaksi keduanya.

Mereka hampir lupa bahwa hari semakin larut. Bahkan menuju dini hari. Dimana seharusnya mereka sudah mengistirahatkan tubuh mereka dari rutinitas seharian penuh.

Tapi di karenakan Mia yang belum makan seharian, mau tidak mau Nucha harus memintanya untuk mengisi lambungnya yang kosong.

Dengan lembut Nucha meraih tangan Mia dan menarik pelan untuk mengikuti langka kakinya menuju anak tangga. Bermaksud naik menuju kamar pribadi mereka untuk istirahat.

" Siapa sebenarnya gadis ini? Kenapa dia bisa berada di rumah ini dan mas Nucha terlihat menyayanginya? " Monolog bi Tuti menatap punggung keduanya yang mulai hilang dari hadapannya.

***

Hari ini adalah hari yang baru dalam hidup Mia maupun Nucha. Dimana mereka telah di satukan dalam ikatan pernikahan.

Mia merasa tak mampu untuk menjalani hari dengan hati yang hancur. Membayangkan melewati hari demi hari dengan hati yang tertawan, sungguh nestapa.

Jangankan hari esok dan esoknya lagi. Menjalani hari ini saja sudah terasa berat baginya.

Meski air mata sudah tidak mengalir di pipi mulusnya, namun bukan berarti hatinya tanpa tangisan.

" Tidak akan aku lupakan perbuatan mu mas. Entah bagaimana hidupku setelah ini. Tak hanya kau putuskan aku dengan sepihak. Tapi juga kau serahkan aku pada laki laki lain dengan cara menjebak ku. " Monolog Mia dalam hati.

Di sudut kamar, di ujung jendela kaca, Mia berdiri bersandar dengan tatapan kosong. Tatapannya lurus menatap ke arah taman samping rumah mewah itu.

Sementara itu, Nucha yang baru saja terbangun dari tidur lelapnya, tersentak saat melihat di sampingnya tidak ada sosok Mia di sana.

Matanya sontak sibuk mencari keberadaan sang istri dengan panik di ruangan yang hanya bercahaya temaram itu. Bagaimana tidak. Hari masih gelap, namun Mia tidak berada di sana.

Dengan cepat Nucha meraih saklar lampu kamarnya. Dengan kasar Nucha mengusap wajahnya saat melihat Mia berdiri mematung di sudut kamar.

Bukan karena apa. Akan tetapi jika Mia tidak berada di sana, entah sepanik apa dirinya karena rasa takut terjadi sesuatu pada mantan kekasih sahabatnya itu. Wanita yang telah diamanahkan oleh sahabat terbaiknya Beni.

Sejenak Nucha mencoba menetralkan dirinya dari rasa takut dan panik sebelum akhirnya dia beranjak menuju kamar mandi yang berada di kamarnya itu.

Sesaat kemudian Nucha keluar dari kamar mandi langsung menuju clothes room. Dengan sajadah di tangannya, Nucha menggelar sajadah tersebut tepat di samping ranjang tidur.

Perlahan Nucha menghampiri Mia yang sejak tadi tidak terusik sama sekali akan keberadaannya. Dengan lembut Nucha menarik tangan Mia menghadap ke arahnya.

Mia yang yang memang tidak peduli lagi akan apapun yang terjadi pada dirinya, hanya memutar tubuhnya mengikuti gerakan Nucha dengan malas.

" Lebih baik kamu wudhu dulu. Kita sholat subuh berjamaah. Kamu sampaikan keluh kesahmu pada-Nya sepuas kamu." Ucap Nucha lembut menatap wajah Mia.

" Daripada kamu tidak tidur semalaman dan hanya berdiam diri seperti ini. Kamu hanya akan menyakiti diri kamu sendiri. " Imbuhnya lagi.

" Siapa sebenarnya lelaki di hadapanku ini? Jika dia bukan lelaki yang baik, manalah mungkin dia mengajakku menghadap Tuhan seperti ini. Namun jika dia baik, kenapa dia menikahi ku dengan cara menipu. Bahkan lisannya sering menyakiti perasaanku " Monolog Mia menatap wajah Nucha dengan intens.

" Wudhu dulu sana. Jangan banyak melamun. " Ucap Nucha mengelus lembut lengan Mia.

Bukannya menuruti perintah sang suami, Mia justru fokus menatap tangan sang suami yang berada di lengannya.

Dengan perlahan Mia menurunkan tangan Nucha menjauh darinya. Sesaat Mia menatap wajah Nucha seolah mengatakan ketidak nyamanan nya sebelum akhirnya dia melangka menuju kamar mandi.

Nucha menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan pelan. Nucha sadar bahwa Mia tidak nyaman akan tindakannya. Meski itu sah sah saja dia lakukan karena mereka halal.

𝘽𝙀𝙍𝙎𝘼𝙈𝘽𝙐𝙉𝙂

Terima Kasih sudah membaca karya saya ini. Dan semoga episode selanjutnya lebih menarik lagi dari episode kali ini.

Mohon dukungannya terus ya teman - teman.. Biar lebih semangat lagi UP episode yang sesuai harapan teman - teman..🙏🙏

🖤🖤

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!