KEPRIBADIAN GANDA

" Ya Allah, jadikanlah pernikahan ini sebagai ladang pahala bagi kami. Jadikanlah pernikahan kami sebuah berkah di kemudian hari."

" Hamba tau, pernikahan yang sakinah adalah ketika dua hati saling bertaut di dalamnya. Sedangkan hati kami, masih berjarak jauh."

" Hamba menerima Mia sebagai istri hamba dengan kerelaan hati ya Allah. Maka Rahmatilah dan berilah kami perlindungan."

" Allahumma antas salaam wa minkas salaam tabaarokta yaa dzal jalaali wal ikroom. Aamiin Aamiin ya rabbal alamiin. "

Mia yang sebenarnya sejak tadi sudah terbangun dari tidurnya, tidak jadi beranjak dari kasur saat mendengar doa Nucha.

Biasanya Nucha akan membangunkan dia ketika adzan subuh mulai berkumandang untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah.

Tapi kenapa kali ini Nucha melaksanakan sholat subuh sendirian.

" Apa benar dia mencintaiku? Kenapa dia begitu mudah menerima pernikahan ini. Kenapa dia begitu gampangnya menerima orang yang baru dalam hidupnya. Sedangkan jelas ada wanita lain yang memiliki segalanya. " Monolog Mia dalam hati.

Selesai berdoa, Nucha kembali ke sofa dimana dirinya semalam tidur. Biasanya Nucha akan berbagi tempat tidur dengan Mia.

Namun entah kenapa, semalam dia memilih tidur terpisah. Mungkin karena merasa tidak nyaman dengan pengakuannya atau karena apa hanya dirinya yang tahu.

Sedangkan Mia sendiri hanya diam memperhatikan Nucha sejak tadi tanpa sepatah kata.

Hingga akhirnya Nucha kembali merebahkan tubuhnya di sofa dan melanjutkan tidurnya. Mia merasa ada yang aneh dengan Nucha kali ini.

Yang biasanya selalu tidur di sampingnya meski sejak awal dirinya menolak, yang selalu melakukan kontak fisik meski hanya kecil, tapi kali ini Nucha terlihat dingin dan menjaga jarak sejak obrolan mereka semalam.

Sebenarnya Mia tidak pernah ambil pusing. Toh selama ini dirinya bahkan tidak menyukai setiap sikap dan tindakan Nucha kepadanya.

Kebencian terlalu merajai hatinya karena pernikahan dadakan mereka. Namun pagi ini, Mia sendiri merasa aneh dengan perasaannya.

Perlahan Mia bangun dari tidurnya dan bersandar di sisi ranjang sembari menatap Nucha yang tidur memunggunginya.

" Apa aku selama ini terlalu ego? Dia selalu bersikap baik meski aku jutek. Tapi kenapa dia mau menuruti keinginan Beni semudah itu.?"

"Apa benar karena dia menyukaiku? Tapi bukankah semalam dia katakan awalnya dia tidak menyukaiku? Ahhhhk pusing. " Monolog Mia berdebat dengan batin dan pikirannya sendiri.

" Kamu kenapa? " Mia tersentak kaget saat tengah mengacak rambutnya karena pusing memikirkan hal yang sedang bergejolak di batin dan benaknya.

" Astaga. Ya ampun ngagetin aja. " Celetuk Mia menekan dadanya dengan tangannya karena kaget.

Nucha perlahan bangun dari tidurnya dan menghampiri Mia yang masih betah di ranjang tidurnya. Diletakkannya punggung tangannya di kening Mia untuk memastikan apakah sang istri baik baik saja tidak.

Tindakkan Nucha tersebut membuat Mia mengerutkan keningnya karena bingung. Mia menurunkan tangan Nucha dengan pelan.

" Apa kamu pikir aku sudah gila? " Tanya Mia tidak terima.

" Kamu? Aku? Apa aku gak salah dengar? " Ucap Nucha tersenyum senang namun dengan ekspresi yang terlihat lucu.

Mia yang menyadari ucapannya yang tidak formal lagi pada sang suami, mendadak bingung mencari jawaban.

Nucha tertawa lucu melihat tingkah Mia yang seperti mati kutu.

" Aneh. Entah anda memiliki berapa kepribadian lagi yang berbeda." Ucap Mia memicingkan matanya karena merasa sikap sang suami yang sudah berubah lagi seperti semula yang tidak dingin lagi.

Bukannya tersinggung. Nucha justru terbahak bahak mendengar kalimat yang keluar dari mulut sang istri tentang dirinya.

Ya Nucha menyadari dia sempat kesal pada sang istri yang terus menerus memusuhinya. Bahkan ada sedikit rasa nyeri di hatinya saat tahu sang istri masih begitu mencintai sahabatnya.

Sedangkan dirinya yang juga merasa terpaksa berada di dalam ikatan ini, terus di musuhi meski dia tidak pernah bersikap seenaknya.

Tapi lagi lagi karena rasa khawatir, Nucha kembali menelan semuanya sendiri.

" Kamu sholat dulu. Sebentar lagi subuh nya habis. Setelah itu kita cari sarapan. Aku laper. " Ucap Nucha lembut.

Mia tidak menjawab. Namun dia menuruti perintah sang suami dengan segera setelah menyadari pagi mulai terang.

Pertanda mentari akan mulai menampakkan wujudnya di ufuk timur.

*

" Mia. Nanti siang aku harus ke rumah sakit. Kamu gak apa apa di kontrakan sendirian? " Tanya Nucha setelah mereka pulang dari belanja kebutuhan dapur.

" Selama ini juga sendiri sebelum ada anda. " Celetuk Mia sembari sibuk memisahkan bahan belanjaan di lemari dan kulkas.

Nucha tersenyum kecil mendengar jawaban sang istri yang masih saja jutek kepadanya.

" Baiklah kalau begitu. Aku harus balik ke rumah dulu sebelum ke rumah sakit. Kamu kapan mulai masuk kuliah lagi.? " Ucap Nucha.

" Nanti siang saya ke kampus buat ngajuin cuti. " Jawab Mia santai.

" Cuti? Kenapa? " Tanya Nucha bingung.

" Gak kenapa napa. " Jawab Mia masih terdengar santai.

Nucha menarik lengan Mia agar berhenti mondar mandir dan fokus pada pembahasan mereka. Bagi Nucha ini penting. Sebab ini soal pendidikan sang istri.

Dirinya perlu tahu apa alasan sang istri cuti kuliah. Apakah karena pernikahan atau karena hal lain.

" Apa ada masalah dengan kuliahmu? " Tanya Nucha menatap kedua manik mata Mia secara bergantian.

Mia meraih tangan Nucha yang berada di lengannya dan melepaskannya. Mia tidak ingin menjawab bahwa ini masalah biaya hidupnya yang mulai menipis.

Sementara dirinya belum mendapatkan pekerjaan, di tambah dengan biaya kontrakan yang harus dia bayarkan sekarang.

Melihat Mia tidak merespon pertanyaannya, membuat Nucha semakin penasaran ada apa sebenarnya.

" Mia.? " Nucha kembali menarik lengan Mia agar menghadap ke arahnya.

**

" Pagi dok. " Dokter Anugrah tersenyum menyambut sapaan dari dokter Luna.

Dokter Anugrah yang tak lain adalah Ayah dari Nucha Ardian itu adalah kini rekan sejawat Luna.

Dokter Anugrah juga tahu siapa Luna. Wanita yang dulu fotonya terpajang indah di kamar sang putra.

Dan dokter Anugrah juga tahu selama Luna tidak ada kabar berita, sang putra sering menyibukkan diri demi menghalau rasa sepi dan rindunya pada Luna.

Dan itu berlangsung hingga bertahun tahun lamanya. Bahkan setau dokter Anugrah, sang putra hingga saat ini masih seperti itu.

Dan merasa penolakan Nucha akan perjodohan malam itu di karenakan perasaan Nucha yang masih utuh untuk Luna. Terlebih saat ini Luna sudah kembali.

𝘽𝙀𝙍𝙎𝘼𝙈𝘽𝙐𝙉𝙂

Terima Kasih untuk kalian yang sudah menyempatkan diri mampir di karya saya ini.. 🙏🙏

Mohon dukungannya, semoga episode selanjutnya bisa lebih menarik lagi.. 🙏💙🖤🖤

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!