Dua hari berlalu. Sejak pertengkaran itu, Nucha tidak terlihat lagi di rumah itu.
Bahkan Mia sendiri bingung kemana perginya Nucha. Jika sebelumnya dia tidak berada di rumah, Mia tahu kemana perginya dari cerita bi Tuti.
Tapi kali ini, Mia tidak tahu dimana keberadaan Nucha. Bahkan bi Tuti pun tidak seperti biasanya yang banyak bicara. Sungguh membuat Mia tidak nyaman.
Hari ini tepat dua minggu Mia telah menjadi seorang istri dari dokter Nucha Ardian, dan berada di rumah Nucha.
Meski pun Nucha selalu memperlakukan dirinya dengan baik, namun Mia belum bisa berdamai dengan masa lalunya.
Hatinya benar benar telah tertutup. Dan entah kapan atau tidak sama sekali bisa di buka lagi oleh seorang lelaki mana pun. Hanya Tuhan yang tahu.
*
Merasa bosan, Mia mencoba melangkahkan kakinya menyusuri area rumah hingga ke taman bunga yang sering dia lihat dari arah balkon kamar Nucha.
Dari teras menuju taman, Mia bisa melihat dengan jelas indahnya bunga bunga yang tertata rapi dan tampak sangat terawat.
Dari sisi teras, tampang pot besar yang di tumbuhi pohon anggur yang sedang berbuah lebat menarik perhatiannya.
" Non Mia disini rupanya. Tadi bibi cariin di kamar gak ada, ternyata disini. " Mia tersentak kaget saat mendengar suara bi Tuti tepat di sampingnya berdiri.
Namun Mia memilih diam tanpa menanggapi. Mia yang dingin, selalu membuat lawan bicaranya gemas.
" Non Mia makan malamnya sudah siap di meja. Non makan dulu, biar cepat pulih. " Ucap bi Tuti mengingatkan.
"Pemilik rumahnya udah makan? " Ucap Mia tanpa menatap lawan bicaranya.
Fokusnya tetap pada pemandangan taman yang cantik di depan matanya.
" Maksud non Mia, mas Nucha?" Tanya bi Tuti memastikan.
" Siapa lagi bi? Memangnya disini ada siapa lagi? Orang tuanya? " Tanya Mia menatap mata bi Tuti dengan tatapan serius.
" Mas Nucha sedang berada di rumah orang tuanya." Jawab bi Tuti
" Pantas saja sejak kemarin dia tidak terlihat di rumah ini." Monolog Mia dalam hati
Kali ini Mia memutar tubuhnya menghadap ke arah bi Tuti. Mia benar benar buta akan sosok suami dadakannya itu. Hingga entah datang dari dasar apa, rasa ingin tahunya muncul begitu saja.
" Jadi dia masih punya orang tua? pantas saja. " Ucap Mia terputus. Mia tidak mau bi Tuti tahu apa yang ada di pikirannya tentang hubungannya dengan Nucha.
" Iya non masih. Tapi mas Nucha memilih tinggal sendiri." Jawab bi Tuti menatap Mia.
" Baguslah kalau dia pulang ke rumah orang tuanya." Ucap Mia tersenyum tipis.
Mia merasa lega sebab dirinya tidak perlu capek capek membatin karena keberadaan Nucha di rumah itu.
" Mas Nucha kemarin di minta Ayahnya ke rumah orang tuanya karena ada acara perjamuan untuk calon tunangannya " Ucap bi Tuti polos.
Bukannya sakit hati atau cemburu saat mendengar informasi yang di berikan bi Tuti. Mia justru lega. Seperti mendapat angin segar karena harapan untuk lepas dari Nucha ternyata masih ada.
" Jadi dia punya tunangan. Tapi baguslah. Artinya aku bisa pergi dari rumah ini dan cerai dengannya. " Monolog Mia tersenyum tipis.
" Bi. Bibi. " Teriak Nucha memanggil dari arah teras samping ruang keluarga dimana di sana terdapat tempat santai favorit Nucha setiap melepas penat.
Mendengar suara Nucha, sontak saja membuat bi Tuti maupun Mia saling tatap. Bukankah tadi bi Tuti mengatakan akan ada acara di rumah orang tuanya.
Tapi kenapa Nucha berada di rumah itu. Begitu yang ada di benak Mia.
Bergegas bi Tuti menghampiri sang majikan yang terus memanggil namanya. Sementara Mia, dia masih mematung di tempatnya mengamati kepergian bi Tuti yang mulai menghilang dari pandangannya.
" Loh mas? mas Nucha bukannya lagi di rumah nyonya? " Bingung bi Tuti menatap Nucha yang terlihat duduk bersandar di kursi santainya.
Nucha menoleh dengan raut wajah datar. Ada banyak hal yang dia pikirkan akhir akhir ini. Dan sekarang malah bertambah dengan masalah pribadi dengan ibunya.
" Mia dimana bi? Apa dia sudah makan? " Bukannya menjawab, Nucha justru bertanya soal kabar istri cantiknya itu yang sejak dua hari kemarin dia tinggal pergi.
" Non Mia ada di taman samping mas Nucha. Tadi bibi sudah menyuruh dia makan, tapi non Mia belum makan juga. " Jawab bi Tuti apa adanya.
" Temani dia makan bi. Pastikan dia makan dan minum obatnya. Nanti sampaikan juga sama dia, temui Nucha di ruang kerja ya bi. Ada hal penting yang mau Nucha sampaikan sama dia. " Ucap Nucha.
" Iya mas. Yasudah bibi temui non Mia dulu ya. " Ucap bi Tuti yang di angguki oleh Nucha.
Sementara itu, di rumah dokter Anugrah. Rumah kediaman orang tua Nucha, sedikit ada kekacauan karena Nucha yang tiba tiba menghilang sebelum acara di mulai.
Saat ini waktu telah menunjukan pukul delapan malam. Dan rencananya acara puncak akan di mulai beberapa menit lagi. Sementara itu, Nucha justru tidak berada di tempat.
Beruntung acara perjodohan sekaligus tunangan ini belum di gelar secara terbuka. Baru di hadiri keluarga inti saja.
Nucha sendiri tidak mengetahui akan ada acara yang di gelar oleh ibunya. Nucha berpikir pertemuan malam ini hanyalah makan malam bersama keluarga besarnya seperti biasa.
Nucha mulai curiga ketika sang ibu meminta dirinya menggunakan jaz yang sengaja di pesan oleh sang ibu dari butik langganannya.
Dan benar saja. Saat dirinya memakai jaz dan ikut bergabung di ruang tengah, tepuk tangan riuh bergemuruh menyambutnya.
Karena sudah merasakan hawa yang tidak beres, Nucha diam diam menyelinap ke dapur saat yang lain sedang asik bercengkrama satu sama lain.
Nucha keluar melalui pintu belakang menuju mobilnya yang berada di garasi dan pergi dari kediaman orang tuanya dengan penuh kekesalan.
*
Suara pintu yang berderit membuat mata Nucha yang tertutup sejak tadi terbuka.
" Sudah makan? " Tanya Nucha menyambut Mia.
Meski Nucha tahu Mia tidak akan menjawab, namun dirinya tidak akan mengubah sikap hangatnya.
"Masuklah, duduk disini sebentar. Ada yang mau saya sampaikan sama kamu. " Ucap Nucha meminta waktu Mia.
Namun Mia tidak peduli. Dirinya memilih berdiri di ambang pintu. Menunggu Nucha selesai dengan tujuannya memanggilnya.
"Katakan saja. Saya bisa mendengarnya dari sini." Ucap Mia dingin.
Sabar manusia ada batasnya. Nucha berusaha mengontrol emosinya agar tidak terpancing. Nucha membuang nafas kasarnya sembari berpikir keras untuk mencari cara menghadapi sikap Mia kali ini.
Nucha beranjak dari kursinya dan menghampiri Mia. Mia mundur beberapa langkah namun kali ini tangannya di tarik oleh Nucha ke arahnya.
" Ingat Mia. Saya suami kamu. Dan pernikahan kita.sah Jadi bagaimanapun, jaga sikap kamu." Gertak Nucha menatap manik mata Mia.
" Pernikahan jebakan lebih tepatnya. Anda tetaplah lelaki asing bagi saya. " Sarkas Mia tak mau kalah.
Nucha terdiam. Bukan karena ucapan Mia. Namun karena fokusnya tertuju pada plester luka yang menempel di jidat Mia.
" Ini kenapa? " Tangan Nucha terangkat mengelus plester luka Mia dengan raut wajah khawatir.
Tergambar jelas di wajahnya akan rasa yang tak biasa. Rasa khawatir sebagai seseorang yang menyayangi pasangannya. Seperti itu lebih kurangnya yang tergambar.
Membuat Mia merasa Nucha benar benar ingin menjaganya seperti yang sering dia ucapkan. Meski demikian, hati Mia tetaplah membatu.
.
.
𝘽𝙀𝙍𝙎𝘼𝙈𝘽𝙐𝙉𝙂
Terima Kasih atas support teman teman semua akan karya saya ini. Mohon dukungannya lagi dengan cara lika. 🙏
Terima kasih karena sudah mampir. Semoga episode berikutnya akan lebih menarik lagi.. 🙏
💙🖤🖤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments