Dekrit pintu mengejutkan Nyonya Melin yang sedari tadi terus ngedumel karena kesal pada Nucha.
" Ha akhirnya kamu datang juga. " Ucap Nyonya Melin sembari berdiri dari tempat duduknya.
" Ini jam kerja ma. Mama ngapain kesini? " Ujar Nucha terdengar tidak suka akan kedatangan sang ibu sembari mendaratkan tubuhnya ke sofa di sudut ruangan itu.
" Hey, apa mama gak salah dengar? " Tanya sang ibu kesal.
" Ma, please. Nucha gak mau mama jodoh jodohkan lagi. Nucha punya pilihan sendiri. Lagi pula Nucha sudah dewasa." Ujar Nucha langsung ke inti.
Karena Nucha tahu tujuan sang ibu menemuinya sudah pasti urusan kaburnya dirinya malam itu.
Dreeettt..Dreettt..
Belum sempat Nyonya Melin menjawab, fokus Nucha teralihkan pada suara dering ponsel yang berada di saku celananya. Membuat Nyonya Melin semakin terlihat kesal.
Dengan cepat Nucha merogoh ponselnya dan menerima panggilan yang ternyata berasal dari bi Tuti.
" Bibi sudah periksa di kamar mandi atau di taman? " Tanya Nucha terlihat panik.
Sikap Nucha terlihat aneh di mata sang ibu. Menimbulkan berbagai pertanyaan di benaknya.
" Nanti kalau ada apa apa kabari Nucha ya bi. " Ucap Nucha mengakhiri percakapan antara bi Tuti dan dirinya dari ponsel.
Sedangkan Nyonya Melin sedari tadi memperhatikan sikap Nucha tanpa satupun yang terlewatkan di matanya.
" Gak aktif lagi nomornya. Kamu kemana sih.? " Gumam Nucha sembari terus berusaha menghubungi seseorang dari ponselnya.
" Nucha. Siapa dia?" Tanya Nyonya Melin mencoba memancing kecurigaannya.
Membuat Nucha menoleh ke arah sang ibu sembari memasukan ponsel ke saku celana. Nucha bingung harus menjawab apa.
Sebab dia sadar sikap dan obrolannya dengan bi Tuti sudah pasti di dengar dengan jelas oleh sang ibu. Dan ibunya bukanlah orang bodoh.
Nucha mengusap wajahnya dengan kasar. Sesekali Nucha mencuri pandang pada sang ibu.
" Nucha. Ada siapa di rumah kamu? Kamu bawah siapa ke rumah? " Desak Nyonya Melin pada sang anak.
" Ma, Nanti Nucha akan ke rumah mama. Mama pulang saja dulu. Nucha harus lanjut kerja dulu. " Ucap Nucha mencoba menenangkan sang ibu yang terus mendesaknya.
" Okay. Mama turuti kali ini. Ingat, temui mama di rumah. Mama pulang dulu sekarang. " Ucap Nyonya Melin bergegas keluar dari ruangan Nucha dan berlalu pergi.
Setelah kepergian Nyonya Melin, Nucha terlihat kacau. Perasaan dan pikirannya benar benar di uji seharian ini.
Kedatangan Luna, Hilangnya Mia di tambah dengan mamanya yang terus mendesaknya menikah dengan pilihan mamanya. Benar benar membuat kepalanya pusing.
*
" Jadi bagaimana neng? Apa neng Mia masih mau lanjut mengontrak apa gimana? Soalnya ini sudah lewat seminggu loh neng? " Ujar ibu Susi pemilik kontrakan tempat Mia tinggal.
" Kasih saya waktu sebentar ya bu. Nanti saya temui ibu sore nanti. " Ujar Mia meminta pengertian pemilik kontrakan.
Dengan kesepakatan itu, akhirnya Mia di bolehkan masuk lagi di dalam kontrakannya.
Sebelum Mia menjadi istri Nucha Ardian, Mia memang tinggal di sebuah kontrakan sederhana yang tidak terlalu jauh dari kampusnya.
Sedangkan tempat kerjanya sendiri lumayan jauh. Dan itu di cafe milik sepupu Beni, kekasih yang dulu berjanji akan menikahinya.
Mia awalnya bekerja sebagai karyawan di cafe sebagai karyawan paruh waktu. Sebab dirinya masih kuliah.
Beni memang sering berkunjung di cafe milik sepupunya itu. Di Sana dia sering melihat Mia.
Dan karena ke keuletannya dalam bekerja dan juga banyak di sukai pengunjung cafe karena keramahannya, membuat Beni tertarik untuk mengenali Mia lebih jauh.
Hingga suatu waktu saat cafe sudah tutup dan karyawan sudah mulai sepi, Beni menawarkan Mia untuk pulang bersamanya.
Sejak saat itulah kedekatan di antara keduanya mulai berjalan hingga berujung pada hubungan yang serius.
Saat ini, Mia sendiri bingung harus bagaimana melanjutkan semua yang sudah dia mulai.
Kontrakan yang menunggak. Kuliah yang butuh biaya. Juga kerjaan yang sudah usai karena tidak mungkin dirinya kembali kesana.
Mia hanya bisa menangis di sudut kamar kontrakannya. Tidak mungkin terus mengandalkan uang tabungan sisa penjualan rumah peninggalan orang tuanya di kampung yang sudah menipis.
Selama ini uang itu dia gunakan untuk biaya kuliah. Sedangkan gaji paru waktunya dia gunakan untuk biaya hidup dan juga biaya kontrakan.
Puas menangis, Mia akhirnya ketiduran. Hingga tanpa sadar hari sudah menjelang malam. Mia baru terbangun saat pemilik kontrakan datang kembali untuk menagih janjinya.
" Iya bu Susi. Saya boleh gak minta waktu sehari lagi. Besok setelah dari kampus, saya temu bu Susi." Ujar Mia meminta pengertian pemilik kontrakan untuk sekali lagi.
Melihat mata Mia yang sembab, membuat bu Susi sedikit tersentuh. Hingga akhirnya dia mau memberikan sedikit waktu untuk Mia.
Lagi pula selama bertahun tahun mengontrak, Mia selalu bayar tepat waktu. Hal itulah yang juga menjadi bahan pertimbangan pemilik kontrakan.
" Yasudah saya kasih waktu sampe besok sore. Kalau tidak bayar, saya terpaksa harus mengosongkan kontrakan ini. " Ucap bu Susi.
"Iya bu Susi. Terima kasih atas pengertiannya. " Ucap Mia tersenyum.
" Mia? " Mia maupun bu Susi tersentak kaget bersamaan sembari menoleh ke arah sumber suara.
๐ฝ๐๐๐๐ผ๐๐ฝ๐๐๐
๐๐๐๐๐๐ ๐บ๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐ข๐ ๐๐๐ข๐ ๐๐๐. ๐ฅฐ๐๐
๐ผ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ข๐ ๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐ ๐๐๐ข๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ข๐ ๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐.. ๐
๐๐ค๐ค
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments