KEHADIRAN KISAH LAMA

" Ini kenapa Mia. Kamu jatuh? " Desak Nucha penuh khawatir.

Mia menatap kedua manik mata Nucha. Tampak jelas memang ada ke khawatiran di sana untuknya.

Membuat Mia bertanya tanya dalam hati dan benaknya seperti apa sebenarnya perasaan lelaki di depannya ini kepadanya.

Apa karena bentuk tanggung jawab atau memang memiliki perasaan lain.

Perlahan tangan Mia terangkat meraih tangan Nucha yang masih betah berada di jidatnya yang terluka lalu menurunkannya.

" Semalam tidak sengaja kebentur tembok karena kurang hati hati saat di kamar mandi. " Jawab Mia pada akhirnya.

Meski tidak dapat di pungkiri rasa sakit masih sangat terasa, namun Mia menerima perhatian yang Nucha beri kali ini dengan baik.

" Maaf. Saya malah meninggalkan kamu dalam keadaan sakit. Harusnya saya menjaga kamu. Bukannya pergi berhari hari " Ucap Nucha tulus.

Mia menangkap ada ketulusan lewat sinar manik mata Nucha saat menatapnya. Namun karena hatinya telah benar benar terluka, Mia tetaplah tidak peduli.

" Tak masalah. Kita hanya terikat pernikahan. Bukan secara hati karena saya terjebak. Anda tidak perlu berlebihan. Saya masih bisa menjaga diri saya sendiri." Ucap Mia menatap manik mata Nucha, kemudian berlalu pergi.

Nucha terpaku di tempatnya. Hanya bisa memandangi punggung istri cantiknya itu yang perlahan berlalu dengan tarikan nafas dan membuangnya dengan kasar.

Nucha sadar Mia tidak akan dengan mudah menerima hubungan mereka dan melupakan lukanya.

Bahkan Mia tidak ada niatan ingin mencari tahu siapa dan bagaimana dirinya.

Dengan tubuh dan pikiran yang lelah, Nucha kembali masuk ke dalam ruangan kerjanya dan merebahkan tubuhnya di sofa.

Pikirannya kembali pada kejadian di kediaman orang tuanya beberapa waktu lalu. Beban pikirannya kini menumpuk. Dan harus segera di bereskan yang entah harus di mulai dari mana.

*

Menjelang dini hari, tepatnya pukul 02.20, Nucha yang memang tidak bisa memejamkan kedua matanya sama sekali meski hanya untuk istirahat sejenak, di kejutkan dengan dering ponsel yang sengaja di beri nada khusus.

Dengan segera jarinya menggeser tombol hijau pada layar ponsel. Dengan lemah Nucha menurunkan kembali ponsel yang menempel di telinganya.

Sebait doa pun terangkai bersama dengan harapan sembari memejamkan kedua mata. Nucha berharap pula semoga semua bisa di laluinya dengan ikhlas.

Dengan langkah kaki gontai, Nucha berjalan menuju kamar pribadinya yang dimana di sana ada wanita cantik yang kini telah menjadi istrinya tengah terbaring pulas.

Mia sendiri tengah terbangun karena ingin ke toilet. Namun ketika mendengar suara pintu di buka, Mia kembali berpura pura tidur.

Tanpa di duga, Nucha terisak kecil sembari memeluk tubuhnya dari arah belakang dengan intim.

Ingin rasanya Mia melepaskan diri. Namun entah kenapa dirinya tidak tega ketika Nucha bergumam di tengah isakan kecilnya.

" Ada apa dengannya? Bukankah malam ini adalah hari bahagianya? " Monolog Mia bingung.

**

" Ada apa denganmu Nucha? Kenapa hari ini kamu kurang fokus? Apa kamu mau mencelakakan pasien? " Amarah Luna memuncak saat melihat Nucha di ruang istirahat medis setelah keluar dari ruang operasi.

Luna Abimanyu adalah rekan sejawat Nucha di rumah sakit yang sama saat ini. Luna adalah dokter ahli beda, yang sama dengan dokter Anugrah, Ayah dari Nucha.

Tak dapat di pungkiri. Keduanya sama sama hebat saat di meja operasi. Dan itu di akui oleh Nucha.

Luna sendiri tidak menyangka akan bertemu lagi dengan Nucha. Bahkan bisa se tim di ruang operasi.

Luna adalah lulusan terbaik di universitas yang sama dengan Nucha. Namun setelah kelulusan mereka, Luna menghilang tanpa kabar hingga bertahun lamanya.

Dan hari ini, mereka di pertemukan kembali di rumah sakit tempat Nucha bekerja sebagai rekan kerja.

" Jika kamu punya masalah, tolong jangan bawa di ruang operasi. Itu bisa membahayakan pasien." Tegas Luna menatap Nucha yang sejak tadi hanya menunduk diam.

Nucha beranjak dari kursinya dan memilih berlalu tanpa menanggapi ucapan Luna. Membuat Luna sedikit merasa kesal.

" Ternyata kamu masih sama." Monolog Luna menatap kepergian Nucha dari hadapannya.

Saat jam makan siang tiba, Nucha dan Ricko sengaja ikut bergabung dengan rekan medis lainnya di kantin rumah sakit.

Biasanya kedua sahabat itu akan menuju cafe yang berada tidak jauh dari rumah sakit berada.

Namun entah kenapa, Nucha begitu tidak bersemangat hari ini sehingga hanya memilih mengisi perut kosongnya di kantin rumah sakit seperti rekan medis lainnya.

Dan saat yang sama pula, Luna berada di sana sedang mengantri pesanannya. Tidak dapat lagi menghindar, Nucha terpaksa meneruskan langkahnya.

" Nucha? Mau pesan apa biar sekalian aku pesanin? " Tawar Luna dengan senyum manisnya menyambut Nucha yang berada tidak jauh darinya berdiri.

" Tidak usah. Biar saya pesan sendiri. " Cegah Nucha dingin.

" Apa kamu masih marah sama aku? " Tanya Luna menatap wajah Nucha dari arah samping.

Nucha yang di tatap demikian oleh wanita anggun nan cantik itu hanya bisa berusaha mengendalikan dirinya agar terlihat baik baik saja.

" Dok, ini pesanannya sudah datang. " Tatapan Luna baru bisa beralih dari wajah Nucha setelah pelayan kantin menyerahkan nampan berisi menu pesanannya di meja kasir.

" Oh iya terima kasih. " Ucap Luna dengan ramahnya.

" Aku duluan ya? " Ucap Luna tersenyum ke arah Nucha sembari membawa nampannya menuju meja yang kosong di antara pengunjung lain setelah selesai membayar.

Nucha menghembuskan nafas pelan sembari menundukkan pandangannya. Hatinya masih terasa sakit. Namun di lain sisi, di hatinya yang paling dalam ada kerinduan di sana untuk Luna.

" Woy. Ngelamun aja. Tuh udah selesai aku pesan. Bayarin sekalian ya, aku ke toilet dulu sebentar. " Ucap Ricko yang tiba tiba muncul mengejutkan Nucha di depan meja kasir setelah memesan menu untuk mereka berdua.

" Jangan lama lama. Ntar makanannya keburu basi nungguin kamu. " Ucap Nucha bergurau.

" Ah bilang aja disitu gak bisa jauh jauh dari aku. " Ujar Ricko menanggapi gurauan Nucha.

" Yang ada aku bersyukur malah gak ada kamu. Hidup aku bisa jauh lebih tenang." Ucap Nucha kembali menanggapi hingga Ricko memilih berlalu karena kebelet.

Sementara itu, di ruangan pribadi Nucha, Nyonya Melin, sang ibu dari Nucha Ardian tengah menahan kekesalan pada sang anak yang belum muncul juga padahal dirinya sudah hampir sejam berada di sana.

Sementara panggilan teleponnya juga tidak di angkat oleh sang anak meski sudah puluhan kali dia lakukan.

Nucha tahu sang ibu pasti tidak akan tinggal diam dengan apa yang dia lakukan semalam.

Dan bukan maksudnya mengabaikan sang ibu. Namun dirinya tengah menyiapkan mental untuk menghadapi sang ibu.

" Kenapa gak di angkat? Dari siapa? Kalu aja penting. " Ucap Ricko yang sejak tadi memperhatikan Nucha diam menatap layar ponselnya.

Nucha akhirnya memasukan kembali ponselnya di saku celana sembari menyudahi makan siangnya yang baru separuh di makan.

" Aku duluan ya?" Ucap Nucha bergegas pergi tanpa menunggu jawaban Ricko.

" Loh Nucha. Ah dasar anak itu. Ada apa sih dengannya hari ini? " Ucap Ricko melihat sikap sahabatnya itu dengan bingung.

𝘽𝙀𝙍𝙎𝘼𝙈𝘽𝙐𝙉𝙂

Hai teman teman, terima kasih ya sudah mampir disini, di karya saya ini.

Mohon dukungannya agar saya bisa terus semangat lagi untuk menulis episode berikutnya. Sehingga bisa sesuai dengan harapan pembaca. Terima kasih..🙏😇

💙🖤🖤

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!