PERHATIAN MIA

Hari kian terik. Matahari Siang ini rupanya semakin menunjukan kekuasaannya atas bumi.

Mia yang baru saja selesai dari aktivitasnya di dapur, berniat menghampiri sang suami yang sejak pagi berada di kamarnya yang sedang terlelap di bawah selimut.

Terik sinar matahari, tak mampu menghangatkan tubuh Nucha kali ini. Membuat Mia sedikit curiga akan kondisi sang suami.

Nucha memang sedikit egois kali ini. Rasa rindu selama dua hari ini kini membuatnya ingin terus bersama sang istri meski kehadirannya tidak di inginkan.

Entah sudah berapa kali Mia memintanya untuk pulang. Namun Nucha tidak mengindahkan permintaan Mia.

Bahkan Nucha memilih tidur di ranjang Mia dan menulikan telinganya. Membuat Mia semakin di buat kesal.

Saat ini, Mia tengah memperhatikan wajah sang suami yang masih tertidur pulas di ranjangnya.

Niat hati ingin membangunkan sang suami untuk makan siang, namun saat melihat pulasnya tidur Nucha, membuat niatnya urung.

Wajah Nucha memang masih terlihat pucat. Namun tidak mengurangi ke ketampanannya.

Dengan gerakan pelan, tangan Mia terangkat menempel di kening dan wajah Nucha. Ingin memastikan kondisi sang suami dadakannya itu.

Entah mengapa. Hatinya sedikit terusik akan kedatangan suaminya kali ini. Sedikit tidak rela jika sang suami tidak baik baik saja.

Tanpa di duga, Nucha justru terusik dengan sentuhan tangan Mia. Membuat Mia terkejut saat Nucha membuka matanya.

" Maaf sudah membangunkan mu " Ucap Mia gugup.

Nucha tersenyum menatap wajah Mia. Bahkan tanpa di duga, Nucha bergeser dan meletakkan kepalanya di pangkuan Mia.

Mia terperanjat. Tindakkan Nucha semakin membuatnya gugup. Nucha sadar itu. Namun dia justru tersenyum dalam diam.

" Badan kamu masih hangat. Kita ke dokter lagi ya? " Ucap Mia saat mendapati suhu tubuh sang suami yang kembali hangat.

Jujur saja Mia merasa khawatir. Sebab Nucha baru saja di rawat di rumah sakit. Dan ini belum sehari dirinya pulang dari perawatan.

" Biarkan begini dulu. Sebentar saja. " Mohon Nucha yang terlanjur nyaman tidur dalam pangkuan Mia.

Mia terpaksa menuruti. Dengan sedikit sentuhan pada puncak kepala sang suami. Anehnya Mia pun merasa nyaman dengan posisi itu.

" Jika gak mau ke dokter, paling gak kamu makan siang dulu. Obat dari rumah sakit ada gak? " Tawar Mia

" Obatnya di rumah. " Jawab Nucha begitu pelan hampir tidak terdengar.

" Ya sudah kita makan dulu ya? Nanti setelah itu kita balik ke rumah. " Akhirnya Mia memilih mengalah kali ini.

Sebab Mia khawatir akan kondisi Nucha yang belum pulih tapi harus berada di kontrakannya. Ada banyak hal yang dia pikirkan. Dan kali ini memilih untuk tidak ego.

" Aku mau jika kamu ikut. " Tawar Nucha menatap wajah sang istri.

" Iya, aku ikut. " Jawab Mia sembari mengangguk.

*

Selesai makan siang, keduanya kembali ke rumah Nucha dengan Mia yang menyetir kali ini.

Sementara Nucha hanya bisa diam sembari memejamkan mata di sepanjang perjalanan mereka. Hingga tak butuh waktu lama, mereka pun akhirnya sampai juga.

" Kita sudah sampai. Ayo turun. " Ucap Mia sembari menoleh ke arah sang suami.

Nucha membuka kedua matanya. Namun dia seperti tidak berniat untuk turun dari mobil.

" Kenapa? " Tanya Mia bingung.

Bukannya menjawab. Nucha justru meraih tangan Mia dan menempelkannya di pipinya. Mia tahu maksud sang suami.

" Iya kita turun dulu. Biar cepat minum obat dan istirahat. " Ucap Mia memberi perhatian.

Nucha merubah posisinya menghadap sang istri.

" Jika aku tau kamu akan perhatian seperti ini, aku rela sakit dari kemarin kemarin" Ucap Nucha menatap serius wajah Mia.

Di luar dugaan. Mia justru tertawa geli melihat kesungguhan Nucha.

" Aku bukannya perhatian atau apa sama kamu. Tapi aku cuma takut aja mama kamu akan mencari ku dan menyalahkan aku jika tau anaknya sakit gara gara aku. " Elak Mia

" Naif. " Ucap Nucha tersenyum.

Melihat senyum Nucha, membuat Mia merasa bersalah atas ucapannya.

" Ayo ahk turun dulu. " Ucap Mia mengalihkan dan bergegas mendahului.

Nucha tersenyum bahagia melihat sikap Mia kali ini. Hangat dan penuh perhatian.

Mia yang dingin, minim suara, kini seolah tidak lagi ada Mia yang seperti itu. Nucha berharap, ini akan berlangsung selamanya.

**

Setelah Nucha minum obat dan istirahat di kamarnya, kini Mia menemui bi Tuti yang sedang sibuk di dapur.

Mia ingin menanyakan sesuatu sebelum memutuskan sesuatu untuknya dan Nucha. Dan siapa lagi yang dapat membantunya jika bukan bi Tuti. Wanita yang selama ini selalu merawat sang suami.

" Saya tau Nucha pasti akan marah bi. Tapi saya mohon bibi tenangkan dia. " Ucap Mia memelas.

" Tapi non Mia, mas Nucha bukan anak kecil lagi yang dulu bibi asuh. Dia sudah dewasa, bahkan sudah.. "

" Sudah menikah. " Ucap Mia memotong ucapan bi Tuti yang tidak meneruskan ucapannya karena bingung akan status mereka yang belum dia ketahui.

Bi Tuti melebarkan matanya saat mendengar pengakuan Mia. Bi Tuti tidak menyangka bahwa ternyata kata halal yang pernah Nucha katakan adalah status pernikahan.

" Non Mia? " Bi Tuti masih belum percaya dengan apa yang masuk di indra pendengarannya.

Mia mengangguk pelan meyakinkan bi Tuti

" Kami menikah tepat ketika saya tinggal di rumah ini." Jelas Mia.

" Apa yang terjadi non? malam itu non Mia seperti sedang hancur. Bahkan non Mia sempat sakit. " Desak bi Tuti ingin tahu.

Mia menarik nafas dalam dan menghempaskannya dengan kasar sembari menunduk.

Berat rasanya harus kembali mengingat masa itu. Namun sudah terlanjur kali ini, terpaksa Mia menceritakan semuanya pada bi Tuti.

Dan akhirnya setelah bi Tuti tahu semuanya, bi Tuti akhirnya mengerti kenapa Mia memintanya untuk membantunya kali ini.

Namun di lain sisi, bi Tuti yang melihat ada pancaran cinta di mata Nucha untuk Mia, membuatnya bimbang.

" Non, apa boleh bibi kasih saran? " Tanya bi Tuti dengan raut wajah yang sulit di artikan.

Membuat Mia mengerutkan keningnya menatap intens wajah bi Tuti.

"Non, mas Nucha itu anaknya baik. Dia tidak pernah neko neko. Dan jika mas Nucha telah berani mengambil keputusan yang beresiko, itu artinya mas Nucha sudah memikirkan matang matang. " Ucap bi Tuti serius.

" Bibi juga melihat, mas Nucha begitu sayang pada non Mia. Terbukti pada saat non Mia sakit, dan saat non Mia pergi dari rumah, mas Nucha begitu khawatir. "

" Non Mia tau? mas Nucha sebetulnya belum sembuh. Tapi karena rasa khawatirnya pada non Mia, dia memilih pulang dari rumah sakit." Imbuhnya lagi panjang lebar.

" Jika bibi boleh saran, non Mia cobalah tinggal sebentar di sisi mas Nucha. Dengan begitu, non Mia bisa mengenal seperti apa mas Nucha sebenarnya. Setelah itu, terserah non Mia mau pergi jauh, bibi akan bantu agar mas Nucha tidak menemukan jejak non Mia. " Ucap bi Tuti sedikit bernegosiasi.

Mia menatap wajah bi Tuti dengan serius. Berusaha mencerna setiap kata yang keluar dari mulutnya dengan baik.

Ada benarnya apa yang di sampaikan bi Tuti. Bahwa Nucha memang baik selama ini dan juga begitu mengkhawatirkan dirinya.

Namun sekali lagi, Mia tidak dapat membedakan apakah itu tulus karena kasih sayangnya atau sekedar tanggung jawabnya.

" Yasudah bi. Saya terima kesepakatan dari bibi. " Ucap Mia pada akhirnya.

Menurutnya, tidak ada salahnya dia mencoba tinggal beberapa hari di rumah itu. Sembari mencari cara untuk pergi dari kehidupan Nucha selama lamanya.

𝘽𝙀𝙍𝙎𝘼𝙈𝘽𝙐𝙉𝙂..

Terima Kasih atas kunjungannya di bab Ini.. 🙏

Semoga suka, dan mohon dukungannya untuk episode berikutnya.. 🙏💙🖤🖤

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!