Darren tak punya pelarian lagi, ia memutuskan untuk pergi ke klub malam. Darren benar-benar pusing dan ingin mengistirahatkan tubuhnya
Tringggg
Trinngggg
" Wanita ini, kenapa posesif sekali." Gerutu Darren mematikan ponselnya yang berbunyi
Kemudian Darren masuk dan duduk dimeja bartender, ia memesan satu gelas whisky pada seorang bartender. Sambil menikmati musik jedag jedug, Darren menyeruput whisky itu hingga habis tak bersisa
Tiba-tiba dipikirannya terlintas Dila, Darren menarik nafasnya dalam
" Bos, ada apa? Kau terlihat stress sekali?" Tanya seorang bartender pria itu pada Darren, keduanya saling mengenal karena semenjak kembali ke Jakarta Darren langganan di klub malam itu, meski Darren tak pernah mabuk, ia hanya menghangatkan tubuhnya disana dan melepas penat setelah lelah bekerja
" Kau tahu, aku menghamili seorang wanita?" Bartender yang sering disapa Boy itu terbahak membuat Darren kesal
" Kekasihmu?" Darren menggelengkan kepalanya
" Hanya seorang karyawan ditempat kerjaku!"
" Memangnya tidak ada yang lebih berkelas sedikit." ledek Boy terbahak lagi membuat Darren melempar gelas yang masih ditangannya, untung saja Boy sigap menangkap gelas itu
"Lalu apa yang membuatmu sangat stress seperti ini?"
" Aku tidak mungkin menikahinya, selain tidak mencintainya, orangtuaku. Bagaimana dengan orangtuaku!" Gerutu Darren menjedug-jedugkan kepalanya pada meja bar
" Kalau begitu gugurkan saja dan beri dia uang, kenapa repot-repot sekali."
Darren terdiam memikirkan ucapan Boy
" Bagaimana kalau dia tidak mau?"
" Tidak ada yang bisa menolak uang."
" Kau benar." Saut Darren lalu pergi begitu saja meninggalkan Boy dan klub malam
Tujuannya adalah apartement Dila. Selama diperjalanan Darren mencari klinik yang menyediakan jasa aborsi
" Aku tidak mungkin menghancurkan harapan Daddy." Gumam Darren
Ketika sampai Darren langsung memarkirkan mobilnya dan masuk kedalam gedung. Tiba di depan pintu apartement Dila, Darren dengan tak sabar menekan bell
Hanya dalam hitungan menit pintu apatement itu terbuka, menampilkan Dila dengan daster santainya. Darren segera menarik pergelangan tangan Dila
" Ikut aku!"
" Kemana?" Tanya Dila sedikit meronta
" Diam, turuti aku!" Bentak Darren menbuat Dila takut dan menuruti perkataannya
Darren memaksa Dila masuk kedalam mobil hitamnya. Darren melajukan mobilnya secepat mungkin setelah mendapatkan alamat klinik yang ia tuju
" Sebenarnya kita mau kemana?" Tanya Dila menoleh pada Darren yang fokus menyetir, sudah hampir 3 jam mereka diperjalanan
" Menyelesaikan masalah."
" Apa maksudmu?" Tanya Dila dengan dahi berkerut
" Dila, aku tidak mungkin bertanggung jawab dan menikahimu!" Dila menarik nafasnya dalam, kedua matanya berkaca lagi
" Kau benar-benar mau membunuhnya?"
" Dewasalah, kita tidak dalam hubungan seperti itu, bayi, kau pikir aku mau punya bayi-"
" Cukup. Hentikan mobilnya." Ucap Dila. Darren tampak mulai kesal, bukannya berhenti ia malah menambah kecepatan mobilnya ditengah deras hujan badai malam ini
" Aku bilang berhenti!"
" Diam." Balas Darren membentak. Namun bukannya diam, Dila malah mencoba menghentikan mobil itu dengan memengang stir kemudi Darren
" Kau gila!" Bentak Darren benar-benar marah
" Kau mau kita berdua mati disini hah!"
" Hentikan, aku bilang berhenti." Teriak Dila histeris
Akhirnya Darren menghentikan mobilnya membuat Dila segera keluar, wanita itu mencoba melarikan diri dari Darren ditengah hujan
" Sial." Gumam Darren memukul stir kemudi lalu ikut keluar, ia mencoba mengejar Dila. Tentu wanita itu kalah dengan tenaga Darren
Saat dekat Darren menarik pergelangan tangan itu dengan sekuat tenaganya hingga tubuh Dila berputar dan menghadapnya
" Jangan keras kepala dan memikirkan dirimu sendiri!" Bentak Darren
" Lepaskan aku!" Teriak Dila sambil menangis
" Dengar Dila, aku akan membayarmu, berapapun yang kau minta akan kuberikan." Dila menggelengkan kepalanya, ia tak menyangka Darren akan mengatakan hal itu, meskipun suka uang tapi Dila tak mau mendapatkan dengan cara membunuh anaknya sendiri
" Berapa? Berapa yang kau minta. Aku tahu kau sangat suka uang, kau-"
Plakkkk
Dila menampar pipi itu dengan keras membuat kedua mata Darren menyala
" Brengsek, lepaskan aku!" Teriak Dila
" Tidak, kau harus ikut!"
" Aku tidak akan memaksamu, aku akan membesarkan anak ini sendiri. Pergilah."Saut Dila meronta
" Aku tidak akan membiarkan itu, kau pikir aku akan membiarkan anakku hidup dengan wanita menyedihkan sepertimu. Aku lebih baik membunuhnya." Hati Dila merasa ditusuk dengan ucapan Darren kali ini, dadanya benar-benar sesak. Airmatanya meluncur deras
Darren mencoba menyeret tubuh itu
" Aahh sakit."
" Darren sakitttt!" Dila mulai berteriak
" Jangan coba berakting untuk membodohiku!"
" Kumohon, ini benar-benar sakit." Teriak Dila, tubuh wanita itu melemah, Darren menahan tubuh itu
" Darren sakit." Itu rintihan terakhir Dila sebelum wanita itu tak sadarkan diri
Darren tampak panik, ia segera membawa Dila kembali ke mobil. Darren melajukan mobilnya untuk mencari klinik sambil sesekali memperhatikan Dila
" Dila." Panggil Darren ketakutan, dengan satu tangan ia menepuk-nepuk pipi Dila
Setelah 15 menit mencari, akhirnya Darren menemukan sebuah klinik 24 jam didaerah pedesaan. Darren segera membopong tubuh itu masuk kedalam klinik, ia disambut dua perawat pria yang membawa brankar untuk Dila
Setelah menidurkan Dila di brangkar, Darren tampak terkejut ketika melihat darah segar mengalir dipaha bawah Dila. Darren segera mengurus administrasi di klinik itu
Darren menjambak rambutnya kasar dan menjatuhkan tubuhnya dikursi tunggu setelah mengantar Dila ke ruang ugd, Dila segera ditangani oleh dokter jaga disana
" Apa yang harus kulakukan." Gumam Darren tampak kebingungan
" Pak Darren?"
Darren segera bangkit ketika melihat perawat yang membawa Dila tadi
" Dokter menyuruh anda masuk." Darren menurut, ia mengikuti perawat itu menuju ke ruangan dimana Dila berada
Darren melihat Dila masih tak sadarkan diri diatas brangkar
" Apa yang terjadi dok?" Tanya Darren
" Begini Pak, sepertinya ibu mengalami shock berat, ibu stress dan mengakibatkan pendarahan. Untung saja janin kalian masih bisa diselamatkan. Janinnya benar-benar kuat."Darren meneguk ludahnya susah payah
" Lihatlah, dia masih sangat kecil." Ucap dokter sambil melihat ke layar monitor dimana hanya sebuah titik kecil saja
Darren mengikuti tatapan sang dokter, jantungnya berdebar kencang saat ini. Tiba-tiba Darren merasa sangat bersalah karena berniat ingin membunuh darah dagingnya sendiri. Darren benar-benar tak bisa berpikir jernih tadi, bagaimanapun dia manusia yang masih punya hati nurani kan?
" Diluar sana, banyak sekali para orangtua yang ingin memiliki seorang anak, saya harap bapak menjaga istri bapak sebaik mungkin. Tidak hanya tubuhnya saja tapi pikiran dan suasana hatinya juga ya pak." Darren hanya mengangguk tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar monitor sedikitpun
Lama Darren menunggu Dila terbangun, ia duduk memperhatikan wajah pucat Dila sambil banyak berpikir. Ketika kedua kelopak mata itu terbuka, Darren tampak merasa lega
" Dila." Dila menoleh ke sumber suara
" Darren jangan lakukan itu, dia tidak berdosa." Ucap Dila pelan. Darren menggelengkan kepalanya, wajah itu terlihat merasa bersalah
" Kita rawat dan besarkan dia bersama." Saut Darren membuat Dila mematung dengan berubahnya pikiran Darren
" Aku tidak mau memaksamu, aku akan membesarkannya sendiri. Aku tidak akan mengganggumu. Aku janji."
" Aku ayahnya, aku yang berhak memutuskan." Jawab Darren
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
🎀Cita🎀
mmm,si Darren ini plin plan
2024-02-24
0
𝘛𝘳𝘪𝘚
Darren /Angry//Angry//Angry//Angry/
2024-02-24
0
Asih Thea
aku jadi kesel SM Daren
2024-02-24
0