Darren melempar sepuluh lembar uang dolar tepat di buah dada Dila lalu menaikan resleting celananya lagi, pria itu bahkan tak melepaskan celananya ketika meniduri Dila
Dila hanya diam mendapat hinaan dari Darren, pandangan wanita itu kosong menatap Darren
" Itu cukup bukan untuk membayar keperawananmu." Ucap Darren sambil kembali memakai kemejanya
" Belilah sesuatu yang enak, tubuhmu sangat kurus!" Ledek Darren, tanpa sadar padahal tadi ia sangat menikmati tubuh itu sampai tak berhenti mengerang
" Kalau kurang bilang saja padaku!" ucap Darren terakhir lalu meninggalkan Dila yang masih terlentang dengan tampilan berantakan diatas kasur
Darren membuka pintu kamar hotel itu dengan kunci ditangannya. Bibirnya tersenyum bak iblis, ia tampak puas setelah melecehkan dan menghina Dila
" Jangan harap ada pria yang mau denganmu!" Ucap Darren, sepertinya ia memang sudah merencanakan semuanya sejak awal, makanya ia datang lebih pagi dari biasanya
" Pak Darren, sejak tadi kami-"
" Pindahkan kamarnya ke presiden suite satu lagi." potong Darren pada Jena
" Tapi Pak-"
" Memangnya siapa kau berhak melawan kata-kataku!" Potong lagi Darren
" Mulai hari ini, kamar ini khusus untukku!" Timpal Darren lalu meninggalkan Jena dan beberapa bawahan lainnya dengan kebingungan apalagi melihat tampilan Darren yang tak serapi biasanya, mereka tentu bertanya-tanya
Dikamar Dila mencoba bangkit duduk, ia memunguti beberapa lembar uang dan mencengkramnya. Dila menunduk pada perut bawahnya yang dipenuhi cairan Darren, seketika ia menangis tersedu-sedu. Dila bukanlah wanita yang cengeng, tapi hari ini ia menangis begitu kencang memenuhi kamar hotel
Dibawah kekuasaan Darren ia tak berdaya, Dila menatapi beberapa uang ditangannya. Jika dirupiahkan tentu uang itu begitu banyak. Dila melempar uang itu kelantai, harga dirinya benar-benar diinjak Darren
Tangisan Dila semakin menjadi ketika melihat noda darah diatas sprei dengan warna cream, Dila mencengkram sprei itu lalu menunduk, menangis menyembunyikan wajahnya
Tring
Tring
Tring
Bunyi panggilan telpon membuat tangisan Dila sedikit mereda, ia mencoba meraih tasnya yang berada diatas meja
" Dila, ibumu berulah lagi." Dila menarik nafasnya panjang, sambil sesegukan ia bangkit dari kasur dan memunguti lagi lembaran dolar yang diberikan Darren
Dila sudah seperti seorang wanita penghibur, tubuhnya kotor, harga dirinya dihargai uang. Tapi sepertinya Dila tidak punya pilihan lain selain mengambil uang dari Darren
" Melelahkan, semuanya terasa melelahkan untukku!" Gumam Dila
Setelah memakai pakaiannya Dila memutuskan untuk keluar dari hotel tersebut. Dila menyembunyikan dirinya agar tak dilihat teman-temannya, ia keluar melalui tangga darurat
" Taksi." Suara Dila sudah sangat serak sekarang, tampilannya pun sangat berantakan
" Antar saya ke stasiun Pak!"
Mobil taksi melaju ke tempat tujuan Dila. dalam 20 menit Dila sampai. Ia langsung memesan tiket dengan perjalanan ke Bandung
Diperjalanan Dila kembali merenungi apa yang terjadi, buliran airmata kembali menetes. Dila meremmas rambutnya, ia ingin sekali mati tapi Dila bukan tipe orang yang mudah menyerah. Mati sebelum merasakan keindahan dunia itu tidak lebih baik. Dila bercita-cita mengelilingi dunia, sukses dan menjadi orang kaya, ia tak ingin mati sebelum melakukan itu
Sebelum ketempat tujuan, Dila menukarkan terlebih dahulu uang dolar ke rupiah lalu bergegas menuju kediaman sang ibu
Ketika angkutan umum yang ditumpangi Dila berhenti tepat didepan rumah sederhana, kedua mata Dila disajikan pemandangan yang tak mengenakan hatinya. Ia melihat sang ibu sedang ditendang-tendang oleh dua orang pria bertubuh besar
Dila segera berlari menghampiri." Berhenti." Kedua pria bertubuh gempal itu menoleh kebelakang pada Dila
" Bayar hutang ibumu!"
Dila langsung memberikan tas yang ternyata berisi uang pada dua pria tersebut
" Kalau seperti ini dari awal, kami mana mungkin akan berbuat kasar." Ucap salah satunya
" Lihat bu, putrimu punya banyak uang, kenapa kau harus susah payah begini?" Ledek salah satunya sebelum meninggalkan Dila dan ibunya
Dari dalam rumah terlihat adik Dila yang masih kecil ketakutan. Dila segera masuk dan memeluk adiknya tersebut, mencoba menenangkan sang adik yang tahun ini berusia 9 tahun
" Kakak, untung saja kamu datang." Rengeknya
" It's oke, itu bukan apa-apa sayang." Saut Dila
" Dimana Arin?" Tanya Dila
" Arin pergi meminta bantuan." Dila tersenyum, hanya wanita itu orang Dila percayai
Dila membawa adiknya duduk disebuah sofa
" Pria mana yang menidurimu?" Tanya sang ibu kasar
Wajah wanita itu sedikit babak belur, sambil menyalakan rokonya wanita yang telah melahirkan Dila itu duduk. Menatapi putrinya yang tampak berantakan
" Apa pantas Mama berbicara seperti itu didepan Aera?" Dila selalu kecewa dengan ibunya
Wanita paruh baya itu malah tertawa
" Kelak dia juga akan sepertimu, tapi baguslah. Sekarang kau lebih berguna sebagai seorang anak. Kenapa tidak dari dulu saja, kenapa susah payah banting tulang mencari uang!" Melihat Dila yang berantakan dan uang yang banyak tentu sang ibu tidak merasa heran, bahkan sejak lama ia menyuruh Dila mencari pria kaya, melihat dari penampilan Dila cukup mumpuni mendapatkan pria kaya, pikirnya
Malas meladeni sang ibu, Dila mengajak adiknya masuk kekamar. Ia merebahkan tubuhnya diikuti Aera
" Aera, kamu tidak sekolah?" Tanya Dila seraya merapihkan rambut Aera kebelakang telinganya. Sejak kecil Aera tak pernah mendapatkan kasih sayang yang layak dari ibu mereka
Seharusnya Dila menbenci adik kecilnya ini tapi Dila yang baik hati tak pernah sedikitpun meyimpan dendam dan kebencian, ia malah menyayangi Aera sepenuh hatinya
" Aera tidak mau sekolah, Aera mau ikut kakak."
" Kalau kamu tidak sekolah, kamu akan menjadi anak yang bodoh. Semua orang akan mentertawakanmu, memangnya kamu mau?" Dila tersenyum ketika gadis kecil itu menggelengkan kepala dengan wajah cemberutnya
" Tunggulah, suatu saat nanti kakak akan membawa Aera. Kita hidup bersama ok?"
" Kakak sudah bilang ini yang ke 100 kalinya."!Cibir Aera membuat Dila tertawa, keduanya tertawa cekikikan didalam kamar itu. Dila memang wanita yang kuat, seribu kali dunia mencoba meruntuhkannya tapi Dila selalu punya alasan untuk mencoba tersenyum. Ia tersenyum manis memandangi adiknya yang terlihat senang dengan kedatangannya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
🎀Cita🎀
Aku Suka Jalan Ceitanya,Pokoknya kelak Daren akan menyesal deh
2024-02-20
0
rachma yunita
jahat amat Darren..
2024-02-20
0
𝘛𝘳𝘪𝘚
darren kenapa gak cari tahu dulu tentang dila,, nyesel ntar /Grimace/
2024-02-20
0